Sabtu, 31 Desember 2011

FICTION AND YOUR MY LOCE (bag II)


Tittle   : Fiction And You’r my Love. [Bagian II]

Author  : Zulai

Gendre : Fantasy , Romance, & Thriller

Rated :  [PG 14+]

Werewolf disini saya ubah sedikit karakternya dari kebiasaan werewolf pada umumnya, jadi mohon jangan diprotes…tapi boleh koq protes kalau memang itu perlu.

STORY

Sesuatu yang aneh kurasakan tiap kali menatap jasad nenek yang sudah dkafani, satu-satunya keluargaku, penyemangat hidup, dan sandaranku. Kini telah tiada dan meninggalkanku sendirian. Aku menangis sejadi-jadinya saat keranda mayat nenek dibawah menjauh dari hadapanku, Sarah sahabatku dia memegangi pundakku erat, membisikkan kata-kata penyemangat yang tidak berguna sama sekali untuk keadaanku sekarang ini.

“tenanglah Oni…” suara Sarah terdengar bergetar, mungkinkah dia juga menangis.

Setelah kejadian tadi malam, aku memaksa untuk membawa pulang jasad nenek dan menguburkannya secara layak. Tidak perlu ada otopsi atau apapun, Karena aku sudah mengetahui siapa pembunuhnya dan untuk apa dia membunuh nenekku.


+++++


Tidak ada yang dapat kulakukan, mengambil cuti untuk sementara waktu itu pilihan pertamaku, Sarah mengajakku kerumahnya, dia mengatakan jika aku sendirian dirumah ini, maka akan ada banyak sekali kenangan buruk yang dapat membuka lukaku. Dia teman yang sangat baik.

Malam hari, saat sendirian didalam kamar, kusiapkan barang-barang yang akan kubawa kerumah Sarah. Sampai dibagian baju, dua buah kotak box berwarna putih bersih kuambil dari dalam almari dan membungkusnya kedalam kantong plastic besar berwarna hitam. Rasa marah dan bingungku kembali menyeruak ketika melihat kotak-kotak tadi, kotak yang berisikan gaun pengantin yang beberapa hari lalu kubeli bersama Reza. Tidak ada gunanya lagi baju ini. mau membuang tapi dalam hati terasa sangat berat.

“boleh aku masuk?” tanya Sarah mengagetkanku. Cepat-cepat kusembunyikan kotak-kotak tadi kebawah ranjang.

“tentu” jawabku mencoba tersenyum dan terlihat tegar.

“apa yang sedang kau lakukan?” Sarah duduk disampingku diatas ranjang. Jemarinya yang lentik mengacak-acak beberapa bajuku yang berserakan diatas ranjang. “berkemas untuk pergi kerumahku?” tebak Sarah tanpa menunggu jawabanku.

Aku mengangguk dan sedikit mendorong kotak-kotak itu kedalam kolong ranjang dengan kakiku.

“ehm…mungkin ini terlalu cepat untuk kutanyakan” nada ragu-ragu mendominasi kalimat Sarah. Apa yang hendak ia tanyakan sampai seperti itu.

“katakan saja. akan kucoba untuk menjawabnya” yakinku.

Sarah menarik nafas, memandang sekeliling kamarku untuk menetralisir keraguannya. “pernikahanmu” akhirnya Sarah mengucapkan tujuannya. Menanyakan pernikahanku.
“bagaimana dengan pernikahanmu?, bukankah sudah dekat” tambah Sarah, aku tersenyum kecut.

“pernikahanku yah…” kataku terdengar berfikir “itu akan diundur sedikit lama atau bahkan cukup lama” imbuhku. Sarah mengangguk faham.

“diundur yah…!!. Baiklah, kurasa Cuma itu yang ingin kutanyakan sekarang” dia meraih jemariku dan meremasnya. “jangan patah semangat Oni, kita berdua akan menghadapi semuanya bersama-sama. Aku akan selalu berada disampingmu” dorongan semangat dari Sarah sangat membangun untukku.

“trimakasih” kataku, Sarah melepaskan jemariku dan berganti memelukku.

“jangan seperti ini, kita berdua seperti pasangan lesbi” godaku dan memukul pundak Sarah ringan.

“hahahah…kau sempat-sempatnya bergurau seperti ini Oni” komentar Sarah. Kami berdua berpelukan dan saling tertawa menertawai tingkah kami yang sedikit terlihat seperti lesbi.

Ketika memeluk sarah mataku terpaku pada jemari manis di tangan kananku. Cincin pertunangan kami. Sebuah cincin bertahtahkan batu merah yang diberikan Reza padaku saat prosesi tunangan 2 bulan lalu. Haruskah aku melepaskannya dan melupakan semua yang sudah kulalui. Aku tidak tahu dan memilih melupakannya untuk sementara ini.


++++


Sudah seminggu sejak kematian nenek, hari ini aku resmi kembali bekerja, tempat kerjaku adalah taman belajar anak-anak atau biasa disebut Tk. Disana aku menjadi guru Tk B, kenapa aku memilih profesi ini, kurasa karena aku sangat ingin mendapatkan kebahagiaan berkumpul bersama anak-anak, dengan itu perasaanku seperti tenang jika melihat senyum anak-anak yang kusapa saat pertama masuk kedalam kelas, mendengar suaranya yang imut dan mlengking saat mereka menyanyi bersama. Itu semua sangat menyenangkan.

Memasuki gerbang seorang siswi berlari memelukku, kusambut pelukannya dan bertanya apa alasan anak ini memelukku tiba-tiba.

“hai…ada apa?, apa ada yang menganggumu?” tanyaku, dia mendongakkan wajahnya menatapku dan menggeleng cepat. “lalu kenapa?” dia memberikan setangkai bunga mawar pink padaku.

“kata ibu ini yang paling cocok untuk kuberikan pada buguru, mawar pink  melambangkan keceriaan dan kegembiraan, aku harap dengan menerima bunga ini ibu guru akan selalu ceria dan gembira seperti dulu” jelasnya membuatku Manahan nafas, anak sekecil ini sudah dapat mengatakan hal seperti itu.

Kuacak rambutnya yang ikal panjang dengan lembut. “trimakasih yah” kataku sambil menerima bunga pemberiannya.


+++++


Sepulang dari mengajar, kupandangi bunga mawar pink pemberian salah satu siswiku dengan berbaring diranjang.

“kegembiraan dan keceriaan” Masih dapatkan aku meraskan perasaan itu setelah semua yang terjadi. Kehilangan nenekku dan dibohongi secara besar-besaran oleh seseorang yang sangat kucintai dan yang kuanggap dapat menemaniku sampai tua nanti.

Mengingat Reza aku jadi teringat akan Werewolf. Benarkah dia seorang Werewolf.

Kubuka laptop dan mencoba mencari semua brita dan artikel yang berkaitan denga manusia Serigala atau lebih populer disebut Werewolf. Selama hampir berjam-jam aku terhanyut dalam dunia maya dan mengunduh semua artikel tentang Werewolf, mencari video dan foto-foto.  Aku sudah seperti paparazzi jika seperti ini, kuakhiri acara berburu  artikel ini setelah membaca artikel terakhir, yaitu tentang manusia serigala yang dapat mati jika ditembak oleh peluru perak.


+++++


Hari libur, kunikmati dengan berpergian bersama Sarah keswalayan dan berburu buku-buku atau novel. Kami berdua berjalan menyusuri setiap toko dengan menyeruput es Doger yang rasanya sangat nikmat.

“aku koq gag pernah lihat Reza kerumah jemput kamu kayak dulu lagi sih?”tanya Sarah disela-sela menyeruput es Dogernya.

Pertanyaan Sarah membuatku tersedah dan terbatuk, sarah menepuk pundakku ringan.

“hubungan kalian masih lancar kan?” tambah Sarah cemas. Aku mengangguk dan menunjukkan cincin tunangan yang terpaksa kukenakan untuk menutupi ketidak wajaran hubunganku dengan Reza dihadapan Sarah.

“lihat. Aku masih mengenakan cincin pertunangan kami” pamerku. Memang sempat kulepas cincin ini tapi Sarah terus-terusan bertanya, jadi kuputuskan untuk mengenakannya kembali agar Sarah berhenti curiga.

“hei…aku tidak butuh bukti kau menggunakan cincin itu atau tidak. Jangan menutupi hubuganmu dengan Reza dariku Oni” desak Sarah.

“kamu bicara apa sih…?, hubunganku dengan Reza tetap baik-baik saja, tidak ada yang berubah. Kami tetap seperti dulu. Mengerti” jelasku menaikkan nada bicara.

“ya ya ya…tidak perlu melotot. Aku sudah percaya padamu” kata Sarah ikut memelototiku.

“apa yang kau lakukan. Kenapa memlototiku seperti itu” tandasku dan mendorong tubuh Sarah. Membuat sarah terdorong kebelakang dan menabrak seorang pria berjaket kulit hitam yang terus-terusan menatap kami berdua dengan mengerikan.

“maaf…maaf. Saya tidak sengaja” pinta Sarah dan melirikku untuk minta bantuan karena pria yang ditabraknya terlalu mengerikan.

“maafkan kami tuan” kataku menambahkan. Pria itu berlalu pergi seperti tidak peduli, tapi kenapa aura dari pria itu sangat mengerikan.

“yah…ini salahmu” todong Sarah berbalik mendorongku.

“maaf…maaf” kataku memelas dan menggandeng lengan Sarah. “ayo kita pergi ketoko buku” ajakku. Sarah menurut, kami berdua berjalan menuju toko buku yang berada di lantai 2.

Sesampainya di toko buku. Aku dan Sarah memutuskan untuk berpisah karena Sarah sangat menyukai kesedirian dalam memilih buku Novel yang akan ia beli. Terpaksa aku berjalan sendirian di toko yang lumayan besar ini, menacari buku yang pas dihati. Hingga akhirnya aku menemukan sebuah buku yang memang sangat ingin kubaca untuk saat ini. APAKAH WEREWOLF ITU??. Demikian judul dari buku tersebut. Mengambil satu dan kutenteng untuk memilih buku lain.

Lagu NSG Star berjudul Rapuh mengalun merdu dari Sound toko, membuatku merasa nyaman. Hingga sebuah bisikan datang, suara dari seorang pria, berat dan merdu. Bisikan itu menyuruhku untuk segera keluar dari toko buku.

“cepat keluar dari tempat ini. berlarilah bila perlu” katanya. Kusebarkan pandanganku kesegala arah dan mencari sumber suara itu. Mataku menelitik setiap penjuru toko hingga akhirnya aku melihat pria yang tadi ditabrak oleh Sarah, pria itu memperhatikanku dengan matanya yang hitam pekat dan tajam. Merinding tentunya, apalagi saat mata kami bertemu, sorot matanya seakan mengatakan jika aku adalah buruannya. Apa jangan-jangan pria ini adalah sekutu dari paman. Jika ia berarti nyawaku dalam bahaya.

Sarah. Aku teringat akan Sarah, cepat kuberlari mencari Sarah, mencoba menghubungi ponselnya tapi gagal.

“sit…” kataku frustasi.

Sarah. Dimana kau?. Aku ketakutan dan saat berlari mencari Sarah sebuah tangan menarikku kedalam pelukannya.

Tubuhnya yang tegap dan dadanya yang bidang, bau parfumnya. Aku mengenali orang ini tapi tidak berani memandang wajahnya untuk memastikan.

“kita harus pergi dari tempat ini” katanya dan menarikku menjauh. Tangannya yang besar memegang erat jemariku. Tepatnya jemari kami saling bertautan. Otakku tidak bekerja dengan benar, padahal ingin sekali aku untuk melepaskan genggamannya tapi kenapa aku malah diam saja dan mengikuti setiap instruksinya untuk pergi dari tempat ini.

Kami berdua berlari tanpa henti sampai menuju parkiran bawah tanah, dia membimbingku masuk kedalam sebuah mobil Van hitam. Sekali lagi aku hanya menurut, sama sekali tidak memberikan perlawanan berarti. Kenapa aku melakukan semua ini, apa karena dorongan perasaanku yang sangat merindukannya dan ingin berada disampinya selamanya. aku bingung. Sampai akhirnya mobil melaju kejalanan dan membuatku melihat sinar matahai.

“kita mau kemana?” tanyaku bingung, maish berusaha untuk mencoba keluar dari dalam mobil ini.

“kita harus menjauh dan pergi sejauh mungkin, paman sedang membuntutimu sekarang” jwabnya cepat penuh dengan kecemasan.

Paman. Untuk apa orang-atau mungkin dapat kusebut manusi serigala- itu membuntutiku, apa belum puas dia sudah membunuh nenekku. Marah dan gelisah, itu yang kurasakan sekarang. Marah karena dia datang kembali dalam hidupku yang kurasa sudah sedikit tenang dan membaik, gelisah karena aku harus dihadapai dengan realita jika secara tidak sadar aku sudah seperti buruan untuk paman.

Pergi menjauh dan bersama orang yang kucintai itu mungkin jalan terbaik untuk keselamatan hidupku. sekarang aku sangat tenang meskipun jantungku sedikit berpacu dua kali lipat karena sekarang ini aku duduk disamping pria yang sangat kucintai yang juga sekaligus Werewolf. Itu menurut asumsiku sendiri. Tapi saat fikiranku melayang pada sarah, rasa cemas menyeruak dalam fikiranku. Bagaimana dengan Sarah, apa dia akan baik-baik saja, mengingat situasi saat nenek yang tidak bersalah menjadi korban. Akankah Sarah juga mengalami hal yang sama.

“Sarah…bagaimana dengan Sarah, kenapa kau tidak membawa Sarah bersama kita” kataku cemas. Mimic wajah Reza menjadi berkabut. Ada apa dengan Sarah kenapa sampai terlihat seperti ini. “apa terjadi sesuatu pada Sarah?” tanyaku akhirnya merasa jika perasaanku sangatlah tidak menyenangkan.

Tidak ada jawaban, aku kembali mendesaknya, begitu sampai dia akhirnya membuka mulut dan mengatakan “tidak ada yang terjadi pada Sarah” benarkah yang dia katakan?, jujur aku sangat senang mendengar jawabannya, tapi saat memikirkan jika kaimatnya itu adalah kebohongan yang ia coba buat untuk menenangkan fikiran lain membuncah dalam diriku.

“kalau begitu bisakah kita kembali kesana dan menemui Sarah. Setidaknya dia tidak akan cemas jika mengetahui keberadaanku” seruku mencari alasan agar dia mengatakan kejujuran.

“tidak perlu, nanti aku sendiri yang akan mengatakannya pada Sarah, jika kamu kembali pergi kesana. Itu akan membahayakan hidupmu sendiri” katanya meyakinkanku. Membahayakan hidupku?. kenapa?. Apa karena paman yang berada disana?.

“untuk apa aku takut jika ada kau disisiku”

“tapi-“ keragu-raguan. Cukup membuktikan jika dia berbohong, bukannya ragu karena takut berhadapan dengan paman, melainkan ragu karena jika aku kembali kesana aku pasti akan mengetahui sebuah kebenaran.

“Apa benar Sarah baik-baik saja?” kembali kutanyakan itu. Tidak ada jawaban, dia hanya konsentrasi pada kemudi mobilnya. “setidaknya berkatalah jujur padaku Reza, aku tidak biasa untuk kau bohongi. Meskipun selama ini kau membohongiku, tapi untuk sekarang cobalah untuk berkata jujur dan apa adanya padaku. Aku akan mencoba untuk menerimanya, baik atau buruk sesuatu itu” tambahku panjang lebar dan berharap jika kalimatku ini akan membuatnya mengatakan yang sebenarnya.

“BERHENTILAH BICARA DAN DIAM” bentaknya sesaat kemudia, aku terhenyak kesamping dan menggeser sedikit posisi dudukku kepintu mobil mencoba untuk sedikit mencari aman meskipun itu sangatlah tidak berguna. ada apa dengannya, kenapa tiba-tiba berubah menjadi kasar seperti ini, jangan-jangan jiwa serigalanya sedang membuncah dan menguasai dirinya. Oh tidak……aku tidak ingin melihatnya bertransformasi di hadapanku sekarang. Menurut artikel yang kubaca, Werewolf akan bertransformasi dibulan purnama dan itu pasti malam hari. Bukannya siang hari seperti ini. tapi berfikir seperti tiu untuk sesaat pasti wajar, mengingat tampang Reza sekarang yang mengerikan dan terlihat ganas.

Tindakan bodoh yang sedang kulakukan, tapi harus kulakukan. Melihat wajah Reza yang mengeras dan penuh dengan emosi. Tangan kiriku menggerayai pintu mobil dan mencoba mencari knop pintu, akan kubuka pintu ini dan melompat keluar dari dalam mobil. meskipun resikonya adalah terbunuh karena kecelakaan. Tapi itu lebih kuinginkan disbanding terbunuh ditangan orang yang kucintai.

Dapat. Knop pintu yang kucari-cari sekarang sudah pas dipeganganku, hanya tinggal melakukan satu tindakan kecil dan aku akan melompat dari dalam mobil ini.

“maaf” katanya membuatku batal membuka knop pintu dan beralih menatapnya. Mimic wajahnya sudah sedikit lembut dan dia minta maaf padaku. Minta maaf karena sudah berteriak padaku. Mungkinkah itu?. Akan kutanyakan.

“maaf untuk apa?”

“maafkan aku karena sudah membentakmu tadi. Aku sedikit tidak terkontrol sejak kejadian malam itu” katanya memelas. Kejadian malam itu yang dia maksud itu apa ketika nenekku terbunuh oleh pamannya?. Bisa juga ia, mengingat tidak ada lagi kejadian dimalam hari lainnya yang kuingat.

Tak.

Kesalahan yang kuperbuat. Padahal posisiku sekarang adalah bersandar pada pintu mobil, tapi sekarang yang kulakukan adalah membuka knop pitnu itu, membuatnya terbuka lebar dan sebagian tubuhku terjatuh ke aspal, seharusnya itu mudah jika kakiku tidak tersangkut kursi mobil, membuatku terseret sepanjang jalan dengan kaki yang tersangkut di dalam mobil. Reza berteriak untuk membantuku tapi tidak dapat, tangannya mencoba meraih uluran tanganku yang meminta bantuan.

Teriakan histeris beberapa orang dan pengendara dijalan terdengar seperti lengkingan mengerikan untukku, hingga sebuah truk tronton yang memang sedari tadi berada di belakang mobil Reza mengarah padaku. Sakitnya tubuhku yang terbanting keaspal dan lecet karena terseret aspal seketika hilang digantikan ketakutan yang membuncah memikirkan bagaimana jalan cerita kematianku yang mengerikan jika truk tronton itu tidak dapat mengerim lajunya dan menyantapku dari belakang.

Jarak sudah semakin dekat dan tubuhku masih terpontang-panting di aspal. kututp mataku karena ketakutan dan juga untuk meredam sakit yang kurasakan disekujur badan, hingga kurasakan sebuah hentakkan keras dan kakiku sudah tidak tersangkut dimobil. Yang terjadi adalah sosok berbulu besar tengah menggendongku, dan hanya itu yang kutahu karena setelah dia meletakkanku dipinggir jalan. Dia menghilang dan konsentrasiku padanya buyar setelah mendengar suara bahan baja dan besi yang beradu di jalan raya. Mobil Van hitam Reza menubruk trotoar dan dihantam truk tronton yang hendak melindasku dari belakang.

Darah segar kurasakan meluncur dari punggungku, kuyakini itu darah karena baju yang kukenakan robek dan memamerkan punggungku yang bisa dikatakan mengalami luka serius. Beberapa orang segera menolongku dan memanggil ambulan.

“bagaimana gadis ini bisa berada disini?. Jelas-jelas tadi aku melihatnya tersangkut di mobil hitam itu?” heran seorang pria gemuk yang memegangi tubuhku.

Aku diam dan menatap semuanya kebingungan. Sosok berbulu dan tubuh besar itu apakah Reza.

“katakan sesuatu” seru seseorang padaku.

Pandanganku focus pada mobil van hitam Reza. Mobil itu rusak dan rengsek dari belakang ke depan, jika reza berada didalamnya tidak mungkin dia selamat.

Fikiranku terus berada pada sosok yang kuyaniki adalah Reza dengan wujud Werewolfnya sampai sebuah mobil ambulan dan beberapa mobil polisi datang. ada sekitar 4 orang dan 2 petugas ambulan yang mengangkat tubuhku untuk dibawa masuk kedalam ambulan. Rintihan perih saat mereka menyentuh tubuhku membuatku menangis karena tidak snaggup menahan sakit seperti ini. aku seolah akan menjemput ajal.

Tidak ada yang dapat kuceritakan saat berada di dalam ambulan, mereka menguasai tubuhku dengan memberinya beberapa alat dan benda yang membuat tubuhku semakin perih dan sakit.


+++++


Sejauh yang kulihat sekarang dan mengingat apa yang telah kualami. Ruangan bercat putih dengan dua ranjang dan dua almari kecil di setiap ranjang. Tidak ada korden yang menjadi penyekat antara satu ranjang dengan ranjang lainnya, ruangan ini terlihat tidak terpelihara dan sedikit kotor, tapi dibagian yang sedang kutempati terlihat bersih. Disamping ranjangku terdapat tiang infuse, tangan kananku sedikit nyeri karena ditancapi sebuah infuse, begitu pula dengan punggungku, rasa sakitnya baru terasa setelah beberapa saat bangun.

Kupandangi penampilanku sesaat, aku tidak mengenakan pakaian, hanya perban yang membalut badanku dari dada sampai perut, selimut yang sedari tadi menyelimutiku kini terserak di atas pahaku. Lengan kiriku terasa mati rasa, ada balutan perban yang sangat kuat disana, juga ada darah kering yang bertotol di bagian lengan dan perutku.

Kejadian mengerikan itu langsung tergambar jelas. Kejadian yang sangat menakutkan dan mampu membuat jantungku hampir berhenti berdetak. Apa ini dampaknya?, tubuhku terasa sangat sakit dan nyeri. Ini mungkin tidak berarti apabila sosok berbulu itu tidak menyelamatkanku, mungkin saja tubuhku akan remuk lebur andai saja truk tronton itu berhasil menggilis tubuhku.

Disaat itu, pintu terbuka dengan bunyi decitnya yang menggerikan, pandanganku kualihkan seketika dari tubuhku kepintu, seorang pria. Pria yang menjadi belahan jiwaku dan pembohong besar. Dia melihatku terpaku, seketika dia tidak bergerak. Pandangannya terfokus pada tubuhku dan mungkin penampilanku.

“koq berhenti Rez?” terdengar suara seorang gadis dibelakang Reza, sesaat kemudian gadis itu menyeruduk Reza, membuatnya masuk kedalam ‘ruanganku’ dengan canggung. Gadis tadi tersenyum padaku, dia terlihat lebih muda dariku, mungkin 4 thn lebih muda. Sekitar 17 thn-an. Setelah tersenyum dia masuk kedalam ruangan dan melambaikan tangannya padaku. Aku hanya membalas dengan senyum kecut.

“hallo kak…namaku Eni, aku adiknya Reza” jawabnya dengan riang, di tangan satunya menenteng kantong plastik transparan yang berisi buah-buahan seperti, apel, pir, dan jeruk. Apa gadis ini membawakan semua itu untukku?, entahlah. Tapi aku berharap iya.

“adiknya Reza” kataku mengulangi. Reza punya adik?, seberapa jauh yang tidak kuketahui tentang pria ini, padahal dulu kami hampir menikah.

“ehm…” angguknya bersemangat dan berjalan mendekatiku.

“ini aku bawakan” serunya memamerkan kantong plastik yang kuamati tadi. Alkhamdulillah, ternyata itu untukku.

Pandanganku kualihkan pada Reza yang tertunduk di depan pintu, dia seakan enggan untuk menatapku. Apa dia malu karena wujud aslinya terlihat olehku kemarin.

“kakak hebat. Padahal udah tidur 4 hari, tapi masih terlihat seger kayak gini” celetus gadis dihadapanku yang bernama Eni. Tunggu sebentar…, apa dia bilang?. Tidur selama 4 hari, apa itu berarti aku koma?.

“apa kau bilang?, 4 hari?” heranku.

Dia mengangguk.

Aku menatap nanar Reza, dia menatapku akhirnya.

Koma selama 4 hari?, aku tidak percaya jika didalam jalan crita hidupku aku akan mengalami apa itu yang namanya koma.

Reza menyuruh Eni untuk keluar ruangan, tentu Eni memberontak dan mengatakan berjuta alasan agar tetap diizinkan berada di sini, tapi saat Reza menatap Eni dengan tajam. Eni langsung menurut dan keluar dari ruangan dengan manyun. Setelah kepergian Eni, kali ini aku yang angkat bicara, menanyakan kronoligis kejadian dan segalanya pada Reza. Dia memberanikan diri memandangku, menarik kursi plastik warna hijau yang sedari tadi berada di ujung ruangan ke samping ranjang dan duduk disana.

Dia mulai bercerita, dia mengatakan jika setelah ambulan yang membawaku pergi, wanita Body asik yang ternyata bernama Purnama membuntutiku. Dia menemukan dimana rumah sakit yang menanganiku dan melakukan semua administrasi dengan menyamar sebagai kakakku. Setelah operasi aku mengalami koma selama 4 hari. Katanya itu disebabkan karena kepalaku yang terbentur beberapa kali dan cukup kuat pada saat kecelakaan.

“dan sekarang aku dimana?” kataku penasaran.

“tentu saja dirumah sakit” jawabnya enteng.

“ehm…maksudku rumah sakit mana?, dan kenapa rumah sakit ini terlihat aneh?” jelasku akhirnya.

“ini rumah sakit Medika Jaya.” Katanya lirih.

“Medika Jaya?. Aku tidak pernah mendengar nama rumah sakit ini?” heranku.

“tentu saja” tentu saja?, apa maksudnya.

“ini rumah sakit khusus untuk kami. Purnama memindahkanmu kerumah sakit ini karena dia tidak begitu suka jika harus terus-terusan bertemu dengan manusia” tutur Reza membuatku mendelik.

‘rumah sakit kami’ perhatikan kalimat kami. Kami itu berarti Werewolf. pasti. Dan alasan jika Purnama tidak begitu suka betemu dengan manusia itu menambah bukti. Ya tuhan…aku berada dirumah sakit Werewolf. itu mengerikan.

Memikirkan itu membuatku bergidik dan mengawasi sekeliling ruangan. Mataku pasti terlihat meloto saat menatap setiap sudut ruangan ini. sakit yang dari tadi kurasa sangat luar biasa bahkan sedikit tidak terasa.

“aku manusia. Apa mereka semua yang berada di rumah sakit ini tidak mengawasiku” bisikku pada Reza, dia menyeringai tipis dan menggeleng.

“tidak” ulangku lagi terheranan.

“ehem” dia sangat dingin sekali, menjawab pertanyaanku saja kikuk seperti itu.

“tidak” ulangku kembali.

“diamlah. Jangan banyak bicara, nanti lukamu tidak kunjung sembuh jika kau banyak bicara” katanya mengajiiku dan bertindak seolah ibu-ibu. Mendengarnya mengatakan semua hal itu membuatku sedikit senang, entahlah kenapa bisa begitu.

“kau aneh” kataku akhirnya sedikit menahan tawa.

Dia mengerutkan dahi tanda meminta jawaban yang pasti, kujulurkan jemariku dan menunjuk dahinya. Ingat, jarak kami sekarang berdekatan. Membenarkan kerutan di dahi reza agar tidak mengerut.

Dia menatapku tajam, aku tersenyum senang dan menggeleng cepat.

“kau menatapku seperti itu, tajam dan focus. Itu lucu sekali. Hahahah” kutarik jemariku lagi dan menggerayai selimut untuk menutup sebagian tubuhku. “aow” rintihku setelah megapai selimut di pahaku. Lukaku masih terasa sakit ternyata jika tubuhku kugerakkan terlalu.

Reza dengan sigap memegangi selimutku dan membantu secara lembut, tangan kanannya menyentuh punggungku lembut untuk membantuku berbaring kembali di ranjang. Setelah selesai reza menyelimutiku. Pelakuan yang sangat menyenangkan.

“sudah kubilang. Jangan banyak bicara dulu, kalau sakitnya terasa baru tahu rasa” ucapnya beribet dan kembali menceramaiku. Seperti inilah hubungan yang kuinginkan, dingin tapi penuh dengan perhatian.

Reza duduk disampingku dan kami ‘sedikit’ mengobrol ringan tentang masalah cuaca dan keadaan negara layaknya president yang menyambangi mentrinya yang sedang sakit saja. hingga seornag dokter dan dua suster masuk kedalam kamar, mereka memaksa Reza untuk keluar karena membutuhkan prifasi saat mengecek keadaanku. Awalnya aku sangat takut mengingat rumah sakit ini adalah ‘rumah sakit kami’ kata Reza tadi, dan itu pasti tidak menutup kemungkinan jika mereka semua adalah para Werewolf.

“tenanglah. Aku berada diluar, jika mereka berani macam-macam. Teriak saja sekencang-kencangnya” bisik Reza diikuti tawa ringan dari dokter dan suster yang kini tengah berdiri mengitari ranjangku.

“tapi tadi kau bilang aku tidak boleh banyak bicara. Apalagi berteriak” protesku meralat semua ucapannya tadi.

“haiss…kau memang gadis bodoh Oni” ejeknya dan langsung berlalu keluar ruangan dengan menyakukan tangannya di saku celana.

“Reza…” teriakku dan tidak digubrisnya, malah sekarang dokter dan suster-suster itu sudah melancarkan ‘aksinya’.

Jantungku berdetak dua kali lipat, membayangkan setiap foto yang sudah kuunduh dari internet waktu itu, beberapa foto Werewolf yang sangat menakutkan. Dengan telinga panjang, moncog panjang, gigi taring yang tajam, kuku-kuku yang tak kalah panjang. Apa mungkin aku akan melihat sosok itu sekarang juga jiga pada Werewolf didepanku ini berubah wujud.

“tidak perlu takut nona” bujuk suster yang berkulit putih susu padaku. dia mengelus pergelangan tanganku dan menancapkan jarum suntih di selang infuse. suster berkulit putih susu itu tersenyum lembut. Mungkinkah wanita secantik ini adalah seorang Werewolf..?.

“jadi bagaimana keadaanmu sekarang?, apa tubuhmu masih terasa sakit dibagian punggung dan belakang kepala?” kali ini Dokter yang berkaca mata minus dengan kumis tipis menanyaiku secar abertubi-tubi.

“apa anda sudah  buang angin besar, karena jika sudah melakukannya berarti anda dapat mengkonsumsi makanan, tapi jika belum, anda masih tidak diperkenanakan untuk mengkonsumsi makanan” lagi.

“bagaimana perasaan anda setelah koma 4 hari, tidak ada bagian-bagian tubuh yang terasa sakit, kurang terkontrol, kepala pening?.” Dan lagi. Kapan pria ini diam.

Saking takut dan cemasnya, bibirku keluh dan tidak mampu untuk digerakkan hanya sekedar mengatakn iya, aku terlalu ketakutan pada mereka.

Akhirnya, keadaan yang hampir membuat jantungku berhenti berdekat atau bahkan copot itu usai, dokter tersebut berkali-kali memeriksa punggungku karena mungkin saja ada luka para. Suster berkulit putih susu dan satunya yang bertubuh agar gemuk dan bantet itu juga sangat menakutkanku, mereka cengar-cengir dan mengeluarkan banyak sekali jarum sunitk dan obat.


++++


Eni kini menggantikan Reza, dia duduk di sofa dan membaca majalah lawas yang disediakan rumah sakit, sekali-kali dia mengomentari rubik yang sedang ia baca dan meminta pendapatku. Aku hanya menjawab sebisaku, meskipun itu kadang membuat Eni mendengus kesal dan mengataiku ‘tidak asyik’. Tidak asyik. Mengapa kaliamat itu mengingatkanku pada Purnama, diakan dulu kujuluki wanita body asyik. Hahahah…lucu sekali, padahal jika mengingat waktu itu adalah hari yang sangat memalukan, tapi sekarang. Purnama sama sekali tidak pernah menunjukkan batang hidungnya padaku.

Kuberanikan diri untuk bertanya pada Eni.

“ehm…ehem..ehem..” aku berdehem terlebih dulu untuk menarik perhatian Eni, dan yups…aku berhasil, dalam seperkian Milidetik, Eni sudah menatapku dan menunjukkan tampang ‘ada apa’-nya padaku.

“hai…boleh aku bertanya?” kataku akhirnya. Eni mengangguk bersemangat.

“apa tentang kak Reza?”. Tebaknya. Aku menggeleng, dia terlihat kecewa, dari tadi yang bersemangat kini bahunya mulai sedikit merosot dan menyenderkan tubuhnya di leher sofa. “trus apa donk…?”

“Purnama”

Eni kembali menegakkan tubuhnya dan menatapku bersemangat.

“mbhak Purnama?, kak Oni mau nanya masalah mbhak Purnama sama aku gitu…?, waoow…” gaya Eni terlalu berlebihan.

“memangnya kenapa?, dan kenapa ekspresi kamu terlalu lebay seperti itu” protesku.

Dia menggeleng dan mulai membuka mulut.

Sekitar 5 menit dengan penjelasan yang singkat tapi mengena dari Eni. Aku mengetahui siapa itu Purnama dan apa alasan keberadaannya selama ini disamping Reza. Dia adalah mantan pacar –atau tepatnya pacar yang tak dianggap- bagi Reza. Kenapa Reza melakukan hal itu, itu karena hubungan darah diantara keduanya yang masih erat, Purnama adalah anak dari saudara ayah Reza, entah berapa saudara yang dimiliki ayah Reza. Karena aku sempat berfikir jika Purnama adalah anak dari ‘pamannya’ Reza.

Dan…setelah kufikir, mungkin alasan itulah yang membuat Purnama sangat dingin padaku.

Sudah hampir tengah malam, Eni sudah pulang dan hanya aku sendirian di ‘kamarku’ ini. berbaring diranjang dengan memandangi atap, mencoba berfikir apa Sarah baik-baik saja. huft...Sarah, dia kini satu-satunya teman dikehidupanku, seandainya dia mengetahui kebenaran jati diri Reza, masihkah Sarah berteman denganku. Karena kadang kala, sahabat bahkan akan pergi jika mengetahui keburukan lingkungan atau pergaulan kita. Apakah Sarah adalah pribadi yang seperti itu?, entahlah.

Aku ngantuk, bahkan sangat ngantuk, anehnya kenapa mataku tidak dapat tertutup dengan rapat, malahan aku sangat peka jika mendengar gerakan kecil dan suara disekitarku. haduuuhh…aku butuh istirahat, ayolah badan…bersahabatlah denganku. Seperti it uterus sampai jam dinding menunjukkan pukul 12 malam.

“tok..!! tok..!! tok..!!” ketukan pintu kamar membuatku terlonjak ketakutan. Jantungku berdetak tidak karuan.

Kriiieek…

Bunyi pintu yang dibuka, haishh…kenapa pintu kamar rumah sakit ini tidak berkunci siih…. Aku meruntuk sendiri dalam hati. Berdo’a dan berdo’a agar hal buruk tidak terjadi membuatku sedikit tenang.

Tap…tap…tap…

Langkah yang mendekat, aku tidak berani melihat kearah pintu, melainkan memalingkan tubuhku kesamping dan memejamkan mata erat-erat.

Jleb…

Mataku terbuka lebar dan desiran darah dibalik kulitku mengalir deras. Sebuah tangan menyentuh pundakku dan kini mencengkramnya erat. Tubuhku bergidik keras, kugigit bibir bawahku kuat untuk meredam agar aku tidak berteriak.

“Oni” bisikan suara yang sangat indah. Suara milik Reza, dia membisikkan namaku tepat ditelingaku dan menarik pundakku agar tubuhku menghadapnya.

Lega dan senang, saking senangnya sampai aku menangis.

Reza melihat air mataku dan mengusapnya lembut dengan jemarinya.

“kenapa menangis?” tanyanya lembut dan mencari posisi duduk disamping ranjang.

“huhuhuhuh” aku masih terisak.

“hei…” serunya.

Aku tidak bergeming dan kini malah menenggelamkan wajahku diatas bantal, meyembungikan wajah tangisanku dari tatapan khawatir Reza.

Entah kenapa aku menangis, yang jelas alasan pertamaku adalah karena rasa lega berkat kedatangan Reza. Aku jadi snagat ketakutan jika melihat orang asing atau siapalah yang menyentuhku semenjak kejadian pembunuhan nenek waktu itu. Bisa dikatakan aku mengalami depresi tingkat rendah.

“hei…ini aku Reza, kamu kenapa nangis?” tanyanya kembali, kali ini dia mengelus puncak kepalaku lembut. “aku Reza…” katanya mencoba meyakinkanku. Aku sudah tahu jika kau itu Reza, tidak perlu mengatakan hal bodoh itu lagi.

Dapat kurasakan jemari Reza menarik pundakku dan mencoba membuatku untuk beranjak dan mengahadapnya, dia berhasil melakukan hal tersebut meski itu membuatku sedikit merintih kesakitan karena lukaku. Mata kami saling pandang, Reza menatapku dalam dan aku merasa risih akan hal itu, apalagi dia tengah melihatku yang bercucuran air mata karena hal yang tidak dapat dijelaskan.

“kenapa?” tanyanya. Aku menggeleng kemudian memalingkan muka, dia menyentuh pipiku lembut dan menariknya untuk kembali menatapnya.

“apa kau takut padaku?.” tuduhnya membuatku mencelos. Untuk apa dia mengatakan hal seperti itu, aku tidak pernah takut padamu Reza… aku takut pada pamanmu dan itu saja.

“aku tahu kita berbeda, dan mungkin itulah yang membuatmu sampai seperti ini sekarang…, aku minta maaf dan jika kau menginginkan yang terbaik itu bisa kuberikan…” terbaik bagiku adalah bersamamu apapun jati dirimu, manusia atau seorang Werewolf bagiku sama jika didalamnya terdapat hatimu.

Kuusap air mataku dan mencoba terlihat lebih tegar.

“bisakah kau pergi bersamaku dan hanya kita berdua, melupakan masa lalu dan membangun kembali semuanya dari awal” kataku akhirnya tidak sabar.

Reza bungkam, dia mungkin tidak percaya dengan apa yang sudah kukatakan barusan, secara bersamaan aku meminta Reza untuk kabur dari kehidupan kelam ini dan menjalani jalan hidup baru sebagai pasangan normal yang akan bersama dan bahagia selamanya.

“Oni” katanya terbata.

“aku serius, lagi pula untuk apa aku masih berada disini jika bukan karena dirimu, aku sebatang kara dan hanya kau dan Sarah yang kumiliki”

Sarah, apa dia akan menerima keputusanku ini, dan menghadapi kejujuran nanti yang akan kukatakan padanya. Dia teman baikku, pasti dapat mengerti apa yang tengah kuusahakan agar hidupku kembali normal.

“kita berbeda, apa kau tidak memperdulikan masalah itu…?” Reza menanyakannya dengan hati-hati.

“sudah kukatakan, lupakan masa lalu dan mari kita membangun semuanya dari awal. Dan itu juga berarti kesampingkan siapa jati dirimu sebenarnya Reza” tuntutku.

“bisakah…” dia sangat terlihat tidak percaya dan ragu-ragu.

“berikan jawabanmu dan aku akan menunggunya. Aku berharap yang terbaik bagi kita, tapi jika terbaik itu adalah kesengsaraan bagimu. Kembali pada awal, pilihan ada pada tanganmu sayang…, bukan padaku”.

Untuk mengatakan semua itu, membutuhkan keberanian dan harga diri yang sangat besar, aku mati-matian memperjuangkan cintaku hari ini. mengesampingkan siapa kami dan batasan-batasan yang ada.


++++


Dipagi hari, Reza tertidur pulas di sofa. Wajahnya seperti malaikat jika dilihat dari sini –dari tempatku tidur- matanya tertutup rapat dan nafasnya teratur, sedikit gerakan saat dia menggerakkan tubuhnya untuk mencari posisi nyaman. Dia terlihat seperti malaikat namun jati dirinya adalah sosok yang menakutkan sungguh berbanding terbalik.

Aku tidak berani dan tidak sanggup untuk menanyakan apakah makhluk berbulu yang menolongku ketika kejadian di jalan raya beberapa hari lalu adalah Reza, aku tidak punya cukup nyali untuk menanyakannya. Biarlah itu terkubur dalam benakku sendiri.


++++


Sudah sekitar 2 minggu berlalu, hubunganku dengan Reza sudah membaik dan kami menjalaninya dengan normal, memulai dari awal dengan mengesampingkan jati dirikami. Purnama. Dia sama sekali tidak pernah datang kerumah sakit untuk menjengukku semenjak aku sadar dari koma, sempat kutanyakan tentang masalah ini pada Reza dan Eni, mereka menjawab apa?. “mbhak Purnama sedang ada kesibukan diluar kota, jadinya gag sempat kesini. Mungkin satu bulan kedepan baru bisa njenguk kak Oni” what…alasan yang gag logis sama sekali, dan satu bulan kedepan, itu kalimat sama saja dengan mendo’akan aku agar tetap tinggal dirumah sakit ini selama satu bulan kedepan itu…Oh…No…do’amu sama sekali tidak ku-amin-i Eni. yang paling membuatku aneh dan berfikir yang bukan-bukan adalah tentang Sarah. Kenapa dia sama sekali tidak menjengukku. Aku takut terjadi hal-hal buruk terhadap Sarah, hampir saja aku berniat keluar dari rumah sakit dan menemui Sarah jika saja Reza dan Eni tidak menahanku dan memberikan berjuta kata rayuan agar aku mengurungkan niatku tersebut.

Sarah, maafkan aku jika tiba-tiba saja menghilang dan tidak ada kabar.


++++


“senang…” tanya Reza, dia membantu memapahku turun dari ranjang untuk berpindah duduk di kursi roda. Aku mengangguk senang dan bersemangat. Yups…hari ini adalah hari kepulanganku dari rumah sakit, itu berarti kehidupan yang bebas, penuh dengan manusia dan Sarah akan kujalani kembali setelah sekitar 2 minggu lebih aku terkurung ditempat mengerikan dan penuh dengan Werewolf ini. Tere dan Fhigo beserta Eni tengah bersiap mengemasi barang-barang yang berada di ‘kamarku’, saking banyaknya barang yangharus dikemasi hingga Reza harus mengerahkan dedengotnya untuk hal ini.

Oh iya…Tere dan Fhigo, masih ingatkan..!!, mereka berdua adalah pembantu setia Reza. Setelah mengetahui siapa jati diri Reza sebenarnya tentu saja aku tergelitik untuk mengetahui siapa sebenarnya Tere dan Fhigo, apakah mereka berdua sama dengan Reza…??. Tapi jawaban yang kuterima malah membuatku tercengang. Tere dan Fhigo, mereka dulu adalah manusia biasa, normal sepertiku. Namun semenjak musibah yang melanda hidup mereka dan cobaan yang secara bertubi-tubi menghantam merek aberdua, satu pilihan yang mereka pilih. Mencari kekuatan dan keabadian dengan cara menawarkan diri mereka seutuhnya untuk dijadikan Werewolf oleh Reza. Karena itu, Tere dan Fhigo menjadi pembantu setia Reza.

Reza mendorong kursi rodaku menyusuri lorong rumah sakit. Tere, Fhigo dan Eni berada dibelakang dengan membawa barang-barang bawaan.

“bagaimana perasaanmu…untuk pertama kalinya keluar dari kamar dan berjalan dikoridor rumah sakit kami…?” tanyanya membuatku bergidik. Yaah…rumah sakit kami, otomatis seisi rumah sakit ini adalah werewolf, kecuali aku tentunya.

“senang dan cemas” jawabku jujur.

“maksudnya?”

“yah..kau tahu sendirikan. Ini rumah sakit untuk kalian” jawabku berbisik yang kuyakini Reza tidak dapat mendengarnya karena setelah itu dia mencobdongkan kepalanya lebih dekat kearahku.

“apa-“ katanya kemudian.

Aku menggeleng dan mencoba mengalihkan topick pembicaraan. Dari sinilah batu loncatan yang akan kujejaki, memulai semua dari awala sesuai dengan komitmen kami berdua. Mulai semua dari awal dan kesampingkan jati diri. Aku berharap itu akan berhasil karena dari sinilah kuperjuangkan semua hidupku.

====  BERSAMBUNG  ====

MIMPI ATAU KENYATAAN


Tittle   :  Mimpi atau Kenyataan

Author : Zulaipatnam

Gendre : Friendship, Fantasy, Romance.

Rated : 14 [PG14+]

Nb. Hiyahahahah. Aku bikin funfic tapi geje abezzz…biarlah kan namanya berkreasi tanpa batas, jadi sah sah ajahkan. Heheheh

Bagi reader dimaklumi yah. Oh iya. Fansnya Jjong sama T.O.P jangan marah yah.

STORY

“beneran nih mbah?” Jeni coba memastikan perkataan sih orang aneh dari botol.
“yaiyadonk, masak eke punya tampang-tampang pembohong sih……..!!” elak si orang aneh.
“gimana nih guys?, kalian semua pada percaya apa enggak?, kalau gw-sih pipti-pipti aja deh”
“yaah lo jen, koq segitu gampangnya percaya sama jin jejadian gak jelas kayak gitu, pamali’……, nanti kita jadi syirik donk, menyekutukan ALLAh SWT.”
gaya lo lus, kayak mami-mami pengajian kemisan aja” ejek Fera pakek acara jungkelin kepalanya lusi.
“ngap sih lo, syirik aja bisanya” bentak Lusi membela diri.
“woi dasar bayi bajang, gimana nih?, jadi ngak..?” bentak si orang aneh yang ternyata adalah seorang jin dari lampu wasiat alias botol kecap yang terbawa ombak pantai.
“ma ma maap mbah jin, bukan maksud kita-kita” Fera tiba-tiba gagap karena kaget kalok si mbah jin yang dari tadi bergaya ala waria ngeluarin suara maconya.
“udah yuk cepet, eke keburu ke salon nih!!!”
“apa yaaaah *fera mikir tujuh keliling* hmmmmmm”
“duh lama amet, gw dulu deh *nyrobot bagian* gw mau bisa jadi kayak Harry potter donk…!! keren coy” pamer Jeni ke Lusi dan Fera.
“ehm, gw gw gw, udah dapat ilham nih…*cerocos Fera* gw mau jadi orang sukses”
“preeet, mikirnya aja ngala-ngala-in jajahan belanda yang selama 347 thn, hasilnya?, mengecewakan” ejek Lusi
“betul betul betul” tambah Jeni
“tak patuuuuuut” keduanya tertawa terbahak-bahak, yang bikin fera manyun 1 meter.
“diem lo pada, nah lo Lus, apaan?, ngak mau?, kalaok gitu bagiannya buat gw aja yah, gw mau minta masnya Monas nih, biar jadi kaya….., bisa brangkat haji kita bertiga taon depan” Fera cengengeran n bayangin seberapa gedenya mas monas.
“noway, ngak akan., cuman di mimpi lo kalek, gini-gini gw juga tergiur, mbah jin?” manggil mbah jin.
“apa..?”
“aye mao…………”
“apa-an lame amat nih bocah”
“ehmmmmmmm…………” mikir
“cpeeetan” bentak mbah jin enggak sabaran.
“AHA...baca pikiran orang” teriak Lusi girang.

Beberapa menit kemudian…
Ketiganya terbangun karena debur ombak yang mengulung mengenai badan mereka.
“STUNAMIIIIII……..”jeni kalap n langsung bangun.
“mana-mana……..” shaut fera dan Lusi.
“cuman mimpi” jeni sadar kalok dia cuman ngipi.

-----

Semenjak ketemu sama mbah jin, kehidupan Jeni,Lusi, dan fera jadi ngak biasa, yang paling beruntung itu sih Fera. Kan gini… mereka bertiga itu pengangguran abadi, bukan maksud hati-sih jadi pengangguran, maunya oran tua sekolah tapi mereka bertiganya yang ngak mau. Jadi alamat enggak mungkin salah, pengangguran abadi jadi teman setia. Fera yang minta sama mbah Jin buat jadi orang sukses akhirnya terkabulkan, dia sekarang kerja jadi asisten apoteker dgn gaji yang lumayan. Si Jeni jadi nikmat banget hidupnya, soalnya  bisa jadi penyihir, kemana-mana di sihir, mau makan tinggal nyihir si mpok penjual nasi supaya nyediain satu porsi, jalan-jalan ke mall tinggal ngambil n milih-milih baju sesuka hati. Dan yang paling apes nasibnya  si Lusi mintanya sih ngak bermutu banget masak minta supaya bisa baca pikiran orang, jadinya lusi taudeh kalok pacarnya udah ngak cinta, nama pacarnya Irfan dua tahun lebih tua dari Lusi.

Suatu hari di kamar Lusi…………
“heee, dengar ha dengaaar”
“apaan jangan bikin penasaran gitu donk?” Fera udah ngak sabar.
“gw udah tau, lo mau blng kalok lo menang undian buat liat koser K-pop di korsel-kan..?, ngaku deh lo” sahut Lusi bikin suasa ngak panas lagi.
“plak” mukul kepala lusi.
“sakit congek” prote Lusi n gosok-gosok kepalanya.
“lo sih ngak asik bangeet, gw-kan mau buat kejutan, lain kali gw ngak mau ngasih kejutan ma lo, ujung-ujungnya ngak asiik” curhat Jeni merengut.
“btw, beneran lo dapat tiketnya?” Fera penasaran.
“yaiya donk, gw gitu, untung kalok masalah ini sihirnya masih bisa digunain”
“trusss” Fera tambah penasaran.
“ya apanya yang terus, kita tinggal nunggu pengirimannya aja n pemanggilan dari pihak penyelenggara, truss, wuuusssh kita bakalan ke korsel sama-sama, bisa lihat dgn langsung BIG BANG”
“YEEEEEEEEEEEEE” teriak ketiganya histeris. “kita memang makhluk paling beruntung, thank you mbah jin’ tambah Jeni.


-----
Lusi terkuali lemas, di depannya terlihat dgn jelas pemandangan yang membuatnya patah hati sekali lagi, meskipun mereka berdua sudah resmi putus 3 minggu yang lalu tapi rasa cinta Lusi pada Irfan masih sangat amat. “jadi ini alasannya?” gerutu Lusi menahan emosinya. “awas lo yah”
Dgn cepat lusi menekan no tlp.
“hallo”
“……….”
“cepet ngak pakek lama”
Tut lusi matiin ponselnya, masih mandangin Irfan yang sedang asyiik memilih boneka untuk pacar barunya si Ajeng di seberang jalan.
“sorry lama, tadi soalnya macet” jelas Jeni masih ngos-ngosan.
“ngak papa, yang penting lo udah datang” jwb Lusi tenang.
“ada apa sih?, padahal gw tadi udah hampir bisa dapetin lotre buat jalan-jalan ke Bali
“yah lo mikirin gratisan mulu’, ngak kasian sama orang-orang yang udah lo sihir, mereka semua rugi besar, tau ngak lo”
“iya iya……! dasar, gw tau kenapa lo ngomong gini, pasti karena …….” Jeni ngentiin celometannya saat pandangannya tertuju pada Irfan dan Ajeng yang sedang bermesraan. “jadi ini alasan lo nyuruh cepet-cepet gw kesini?” tebak Jeni.
“udah jelaskan, cepet lo kerjain mereka berdua, udah nek gw ngliatnya dari tadi” printah Lusi.
Mereka berdua yang dari tadi berdiri di bawah tiang telphon, tersamarkan dgn pedagang kaki lima yang menjajahkan barang jualannya.
“lihat dan perhatikan” Jeni jentiin jarinya.

“argggggggggggg, yank rambut kamu koq bisa kayak gini” jerit irfan ketakutan saat rambut ajeng yang sangat indah tiba-tiba berdiri semua kayak habis kesetrum.
“memangnya kenapa, bagusnya gaya rambut baruku” pamer ajeng sok cute.
“bukaaan, tap tapi, lihat ndiri aja “ nyuruh ajeng ngaca di jendela toko asesoris.
“argggggggggggggg” jeritnya membahana di keramaian.

“rasain lo” sukur Lusi puas.
“ada lagi……” jeni jentiin jarinya dan apa yang terjadi….
“argggggggggggggg” terdenga teriakan makin keras dari arah Ajeng yang masih sibuk ngaca. Kali ini tumbu kuku yang panjang dan item-item di jarinya.
Irfan kalap ngliat perubahan drastic pacarnya, “apa jangan-jangan lo itu serigala jejadian” tebak irfan dan langsung di gaplok ma Ajeng.

“siipkan ide gw” jeni sombong.
“good, good banget, kita liat aja masih maungak tu cowok dipacarin, sukurin lo, eh tapi bisa balik ngak nanti ke bentuk normal” lusi cemas.
“yah bisalah, nanti gw sihir lagi si ajeng supaya jadi normal lagi, tapi nunggu 40 hariyah” “lama ameet”
“tenang sihir gw Cuma bertahan 2 menit, bentar lagi juga balik ke bentuk smeula tu cewek” jls jeni.
“terserah lo deh, yang penting dia tau rasa” lusi cuek, yang ada dlm pikirannya cuman yang penting Ajeng ma irfan tau rasa.

-----
“gw ngak bisa ikut”
“kenapa” serentak jeni dan lusi.
“bos gw mau ngajak gw buat ke luar kota, katanya di sana mau buat cabang baru yang lebih gede” jelas Fera melas.
“yaaaaah ngak asyik donk?” jeni kecewa.
“eh jen, gimana kalok lo shir ja supaya Fera bisa ikut kita liat konseryah big bang, gimana?” usul lusi.
“ide brilliant”
“ngak usah deh” fera ngentiin ritual jeni yang udah mau jentiin jarinya.
“kenapa?” jeni penasaran.
“gw, mau pedekate bok!!, kapan lagi emangnya gw bisa keluar kota cuman berduaan sama bos gw” terang Fera bikin keduanya bengong ngak percaya.
“gile alasan lo, mang bos lo blm nikah apa?” selidik lusi.
“belom donk, diakan still 30 taok”
“ganteng ngak?” tanya Jeni.
“kayak Hero Jaejoong” pamer Fera bangga.

Akhirnya setelah berembuk, kesetujuanpun diambil, fera ngak jadi ikut ke Korsel buat liat konser, yang berangkat cuman Jeni dan Lusi.

--------

“eh kalian berdua jangan jauh-jauh, nanti kesasar gimana?” Mbak Septi manggil Jeni dan lusi yang berjarak 10 meter di depannya.
Mereka sekarang sudah berada di korea tepatnya di salah satu bandara, ditemani dgn seorang pemandu yang bernama mbak Septi keduanya dgn sukses mendarat di tanah korea.

Di hotel….
“nih kunci kamar kalian” ngasih kunci ke Jeni.
“lho la mbak di mana?” tanya Lusi penasaran.
“kita sebelahan donk kamarnya..!, masak sekamar bertiga?, ngak muat tauk” jelas mbak Septi “udah yuk kekamar, capek nih mau istirahat” mbak septi ngangkat tasnya dan melangkah menuju tempat kamar.

“lus ngak enakyah?, kalau ngak ada Fera disini. Tapi mau gimana lagi kasian dianya yang enak ma bosnya di luar kota” gerutu Jeni sambil ngemil snack di depan Tv.
“ho’o, btw u dari tadi ngerti enggak ngliatin Tv muluk” tanya Lusi yang lagi pakek handbody di atas ranjangnya.
“yaaah main filling aja. heheheh” nyengir ngak jelas.

Pukul 03:00 waktu setempat.
“Jen, lo ngak tidur” Lusi terbangun karena menyadari Jeni belum tidur.
“lo tidur aja, gw masih blm ngantuk kok” terang Jeni memastikan.
Lusi ngak berusaha buat nyuruh Jeni tidur, dia malah tepar lagi dan terbawa ke dunia mimpi yang baru ditinggalkannya selama tidak lebih dan kurang 2 menit.

 Pukul 08:0
“jen bangun jen” Lusi goyang-goyangin tubuh Jeni.
“100 menit lagi” erang Jeni malas.
“woi congek, hari ini konsernya lo ngak mau lihat apa?’ bentak tepat di terlinga Jeni.
Seketika pula mata jeni terbuka dan langsung terbelalak kaget. “beneran lo?” Jeni histeris dan langsung ngacir ke kamar mandi.

“kalian udah siap belum” teriak mbak Septi dari balik pintu.
“iya sebentar” jawab keduanya serentak.
“cepet, nanti kita terlambat” tambah mbak septi.
“iyaaaaaaaaaa………..” jawab keduanya dan muali terdengar suara keributan di dalam kamar.

perJalanan menuju lokasi konser.
“hyaaa mbak kok kita jalan kaki sih?” protes Lusi yang udah ngos-ngosan.
“salah siapa suruh lemoot yah gini jadinya, bus buat ngangkut kalian ke lokasi udah berangkat dari tadi” jls mbak septi penuh emosi.
“maap mbak, bukan maksud hati” rengek Jeni langsung ngrangkul mbak septi dari belakang.
“udah ngak usah ngerayu, gw ngak bakalan terpancing rayuan kalian” mbak septi berusaha nglepasin rangkulan Jeni.

Beberapa menit kemudian.
“akhirnya sampai juga” desah Lusi sambil ngelapin keringetnya.
“udah mulai ngak yah?” Mbak septi celingukan soalnya udah sepi yang terdengar hanya teriakan membahana dari dalam ruangan.
“permisi boleh kami masuk, kami fans dari Indonesia,maaf tadi agak sedikit terjadi problem jadinya yah begini ” mbak septi ngomong sama petugas penyelenggara.
Setelah berunding beberapa lama akhirnya mereka bertiga diperbolehkan masuk.

Terlihat dengan jelas barisan ratusan fans dari berbagai negara. Kami mendapatkan kursi di baris ke-4.

“keren banget……….” Lusi terkesima melihat 5 pria dihadapannya.
“ho’o, mereka keren banget, gw bakalan tidur dengan nyenyak hari ini”
“tapi…………….” Kegembiraan lusi sirna.
“kenapa?” selidik Jeni.
“gw ngak ngerti mereka ngomong apa?” jawab Lusi lemas.
“masalah itu, ngomong donk ma Jeni, si penyihir dadakan, hihihi” cengingiran dan jentiin jarinya.
“jadi seperti tadi yang sudah saya bilang, trimakasih” Ji Young menutup pidato singkatnya.
“hyeeeeeeeeeeeeee.” Pekik Lusi semangat “kalau gini hidup rasanya enteng”

Acara jumpa fans berlangsung sekitar 1,5 jam, sekarang sudanh sampai di sesi tanda tangan, semua fans di suruh mengantri giliran sesuai tempat duduk.

Lusi menata degup jantungnya yang dag did dug karena udah berjarak 2 meter dgn personil Big Bang, “sial, koq gw jadi gak Pd gini sih” umpat Lusi dlm hati.

Lusi semakin deg deg-kan saat berada tepat di depan seung hyun, personil big bang yang paling diidolakannya.
“selamat malam” sapa seunghyun.
“yah” jawab lusi gemetar.
Seunghyun mengoreskan penanya dgn cepat di foto yang telah disediakan.
“mau foto bareng?” pinta lusi malu-malu.
“tentu” kedunya berfoto bersama dgn gaya masing-masing.
“trimakasih” lusi mengambil foto yang telah ditandatangani seunghyun dan pergi tapi, baru satu langkah lusi bernajak seorang fans dari belakang menyerobot dan menyenggol lusi, dgn sigap seunghyun menolong lusi, mereka berdua terjebak dlm atmosfer yang aneh, pandangan mereka saling bertemu, terdengar riuh teriakan para fans.

Perjalanan pulang…………….

“lo beruntung banget lus, gw aja ngiri,,, gimana rasanya?”  tanya Jeni ngak sabaran did lm taxi.
“apanya?” pipi lusi jadi merah mengingat kejadian tadi.
“alah jangan sok-sok-an gitu deh, gw tau lo pasti seneng banget-kan.,,,, secara dipeluk sama choi seung hyun, rapper big bang yang terkenal ketampanannya, iyakan?” goda jeni.
“ah lo bisa aja deh” lusi memalingkan muka ke jendela dan membayangkan kejadian tadi.

-----------

“lo mau kemana?’”  mbak septi curiga soalnya jeni ngendap-ngendap keluar dari kamar.
“eeehm……….saya mau………mau………mau ke luar nyari cemilan” jeni dgn susah payah mencari alasan. “mbak sendiri mau kemana?” tanya deri balik.
“aku mau ke kamarmu, kitakan mau buat rencana ngap aja selama sisa liburan kita di sini”
“oh… gitu kalaugitu rundingan sama Lusi aja yah, aku mau pergi dadada” jeni ngacir.

Diluar sangat dingin, sendirian jeni berjalan menyusuri keramaian kota, sambil menikmati makanan apa namanya yang dibeli alias minta secara halus dgn kemampuannya.
“waduuh keren juga nih kota, rame coy” seru jeni terkesima melihat keindahan kota malam.
Lelah, mungkin itu yang dirasakan jeni, sudah hampir 1 setengah jam jeni berkeliling-keliling. Akhirnya jeni memutuskanuntuk beristirahat di sebuah kedai. Duduk sendirian di bangku kosong.
“hei ngapain lo?” semprot jeni pada seorang pria yang tiba-tiba duduk disampingnya. Pria tersebut memakai helm dan jaket kulit, sulit bagi jeni untuk melihat mukanya.
“diam, please” pinta orang tadi dan memegang erat lengan jeni, mencoba untuk bersembunyi.
“hei ngap lo, pegang-pegang gw, gw bukan psk jalanan yaok’ bentak derry sambil nglepasin pegangan pria tadi. “mendingan lo pergi sono, gw ngak mau lihat muka lo lagi, taungak lo mau gw gampret he. Plih yang mana lo” jeni sudah naik pitam, bahaya bagi pria tadi kalau jeni sudah ngancem bakalan terkabul semuanya, nyawa bisa melayang.

Segerombolan gadis berlari kearah mereka, salah satu diantaranya melihat tingkah jeni yang aneh.
“bodoh, ngap lo pertahanin pacar kayak gitu” sindir cewek tersebut dan melanjutkan berlari mengejar entah apa yang keliatannya sangat berharga. Si pria nampak sangat tegang saat gadis tersebut berada dihadapannya, tapi saat gadis tadi berlalu pria tadi baru berani membuka helmnya.
“ya ampun, mukw elo persis banget sama jonghyun, personilnya SHINee?” tanya jeni histeris. Jonghyun hanya mengangguk dgn senyumnya. Jonghyun merasa aman karena jeni enggak tau kalau sebenarnya jonghyun yang jeni maksus adalah dirinya.
“ehm… *jeni garuk-garuk kepala*sorry yah tadi gw gebukin elo. Habisyah elo tiba-tiba ja gitu nempel-nempel keg w, gwkan enggak enak gt..” jeni risih.
“ngak papa koq, semua juga salahku, seharusnya ku ngomong apa maksduku tadi, bukannya langsung nyelobrot minta Bantu” jonghyun membungkukkan pungungnya tanda minta maaf.
“memangnya elo tadi kenapa?. Kok sampek dikejar-kejar sama banyak banget cewek kayak gt?. Ketahuan ngintipin mereka ganti baju yaah” goda jeni
“ah_ *jonghyun bingung mau nyari alasan apa* “
“ngaku aja, gw enggak bakalan gebukin elo juga, pan gw enggak tau apa-apa. Oh iya btw sekarang jam berapa?”
Jonghyun melirik jam tangannya “sudah pukul 10 malam” jawab jonghyun.
“beneran….waduh gw harus buru-buru balik, udah yah bye” jeni  pamit sama jonghyun.
“tunggu sebentar, sebagai balasannya maukan kuantar pulang” tawar jonghyun.
“apa?.. ndak usah deh, gw bisa ndiri koq, lagian deket” elak jeni.
“tunggu disini” pinta jonghyun dgnmemakai helmnya kembali jonghyun berlari menuju sebuah motor besar.
“yuk naik” ajak jonghyun pada jeni.
Jeni akhirnya pulang dgn tumpangan gratis dari jognghyun.

------

“dari mana lo?” lusi mengacak pinggang.
“sory tadi gw lupa waktu” jwb jei dan menghepaskan tubhnya di ranjang.”gw ngantuk jangan lo ganggu deh. Good night”

-----

Jeni merapatkan tubuhnya, dibalik selimut sagat hangat berbeda sekali dengan udara yang sangat dingin, jeni merapatkan tubhnya lebih dekat dgn…………
“arggggggggggggggggggggggg” teriakan jenimembuat seseorang disampingnya terbangun.
“koq lo bisa tidur ma gw, ada apa ini” teriak jeni mencari jawaban, tapi pria tersebut tdk kunjung menjawab.
Buru-buru jeni bangun dan meloncat dari atas ranjang. Dgn cpt jenimencoba membuka pintu dankemudian berlari kerung tamu. Diruang tamu jeni hanya bengong melihat foto pernikan yang terpajang dgn sempurna di dinding.
“gw samapria yang semalem, bagaimana bisa ada foto seperti ini?” teriak jeni mengelegar. Jeni makin panic.
“ada apa?’ jonghyun dgn malas menyusul jeni ke ruang tamu.
“kita…. Kita.. koq bisa kayak gini’ tanya jeni gugup.
“kamu ngomong apa?, aku ngak ngerti?” jonghyun menguap dan menggaruk-garuk kepalanya.
“duh ni anak?, gw ngomong serius?” bentak jeni.

Beberpa menit kemudian.

Jeni hanya bisa terunduk dgn lemas mendengar penjelasan jonghyun.
“ini ngak mungkin…NGAK” jeni jambak-jambak rambutnya.
“hei kamu ngapain. Ini kenyataan. Apa kamu lupa tentang semuanya?, kita baru saja menikah 1 minggu yang lalu” tambah jonghyun dan menghentikan aktifitas jeni yang menjambak-jambak rambutnya.
“jadi elo jonghyun sungguhan?, ini kenyataan?, kita udah nikah? gw harus telephone Lusi… mana?” jeni tidak menunggu jawaban jonghyun dan nadahin tangannya ke jonghyun.
“apa?” jonghyun bingung.
“hanphone gw mana? Jeni bentak jonghyun.
“hanphone kamu yah ada di kamar”
Jeni berlari mengahmbur kedlm kamar, tapi jeni tiba-tiba berhenti dan kembali ke jonghyun.
“kamarnya dimana?’ tanya jeni oon.

Jonghyun mengantar jeni ke kamar, awalnya sih jeni nolak mentah-mentah tapi jonghyun maksa Karena khawatir dgn jeni yang tiba-tiba jadi plin-plan.
“ini hanphonemu” jonghyun memberikan hanphone lusi.
“makasih” jeni mengambil hanphonenya dgn cepat dan berlalu keluar.


Seunghyun terbangun karena mendengar nada phonsel berbunyi. Masih setengah sadar seunghyun menganggat telephone dan…….
“siapa lo?’ tanya seseorang di sebrang sana ketus.
“saya seunghyun suaminya lusi” jawab seunghyun sopan dan mencoba untuk menahan emosinya.
“lusi……siapa lo? Seunghyun?, lusi mana mungkin sama lo?, hahahahaha” ledek si penelephone.
“jen… ini aku seunghyun.. kamu lupa?” seunghyun baru sadar kalau yang menelphon eternyata jeni sahabat istrinya setelah melihat nama panggilan.
“udah-udah jangan dibahas, sekarang gw mau ngomong sama lusi. Cepet lo kasih ke lusi”  seunghyun membangunkan lusi yang maish asyik membuat pulau di atas bantal.

“sayang.. ad atelphone dari jeni” bisik seunghyun. Lusi hanya menggerang malas dan mengusap air lirunya.
“oh yah sini” meminta ponselnya. “hallo?’ lusi menyapa jeni
“lus lo sekarang lagi dimana?, koq bisa sama seung…seung sapa?”
“maksud lo?, gw yah di kamar, lo pakek nelphone segala, gaya lu, kayak oang kaya aja” sindir lusi yang masih merem.
“gw ngak di kamar, lo belum sadar apa gimana sih”
“ooooooo, gitu tha?, kirain apaan” lusi membuka matanya, sesosok pria yang hanya jadi ada di angannya kini berdiri di hadapannya.


Jeni mondar-mandir di kamar, dia ngak sadar kalau Cuma pakek baju tidur tipis, saat berada di dpn kaca rias baru jeni sadar, sementara jonghyun hanya memperhatikan gerak-gerik jeni yang terus-terusan mondar-mandir.
“arggggggggg” jeni berteriak histeris dan menutupi tubuhnya dgn kedua tangan.
“kenapa?” jonghyun mendekati jeni.
“koq gw cuman pakek baju ginian?, jangan-jangan……..lo grebek-grebek gw yah tadi malam” jeni menbentak jonghyun.
“kita bahkan sudha melaukannya”
“apa……” jeni menjerit lalu terkuali lemas jatuh ke lantai. “ya ALLAH ampuni dosaku” rengeknya dan menangis sejadi-jadinya.


Lusi ngak mau bangun dari tempat tidur, dia cuman nutupin semua tubhunya pakek selimut dan ber do’a. Semua surat pendek dibaca, doa sehari-hari dibaca, tapi tetep hatinya ngak tenang. Seunghyun tetep berdiri tegak menatap tingkah lusi yang aneh.
“kamu ngak papa?” tanya sunghyun memastikan.
“a……..gw ngak papa lo keluar aja dulu nanti gw nyusul”
Seunghyunpun kelaur kamar menuju dapur, rencana sih mau buat sarapan buat lusi.

“kita harus ketemuan”
“dimana?, kita sama sekali ngak tau?, nanti kalau malah nyasar gimana?”
“ya lo pakek ilmu wangsit dari mbah jin aja?, daripada susah-susah”
“bener juga lo, oce dah kalah gitu, kapan?”
“nanti gw sms”
“bye”
“bye”
 Tit lusi matiin ponselnya, buru-burudeh dia ketik no seri yang paling dihafal. Buat ngecek pulsa.
“yah pulsa gw berkurang 1000 deh, tau gini mending sms aja” sesal lusi yang masih berada di balik sleimut.


“mau ikut ke SM?” tawar jonghyun yang baru aja ganti baju.
“hah?” jeni antusias kaget karena jonghyun mau ngajak ke SM, asyiik nih bisa ketemu banyak artis-artis top. Piker jeni.
“ikut ngak?”
“oh iya iya tunggu sebentar yah, gw mau mandi dulu n ganti baju, gak enak donk” jeni  meloncat dari kursi dapur menuju kamar mandi.

Dlm kamar mandi jeni mikir-mikir,”kalau gw mandi nanti jonghyunnya nunggu kelamaan” akhirnya seperti biasa jeni Cuma gosok gigi, cuci muka dan beres dah.

“yuk” ajak jeni antusias, jeni kayaknya udah lupa kalau dia sekarang udah jadi istrinya jonghyun, yang ada di pikirannya cuman pengen cepet-cepet ketemu sama artis-artis terkenal.
“pakek baju kayak gitu?” jonghyun melihat penampilan jeni.
“kenapa? Lo ngak suka” jeni ngerasa dihina jadi nadanya kayak preman.
“tapi…. Kamu yakin mau pakek baju kayak gitu. Kamukan istrinya public figure” jls jonghyun.
“biarin, lagian gwkan cuman istrinya penyanyi, bukan istri presiden” jwab jeni enteng.


Perjalanan ke SM.

Jeni milih buat duduk di belakang aja alasannya karena pusing. Bisa aja masak pusing mendadak. Padahal yang sebenarnya jeni asyik sms-an sama lusi.
‘woi gw mau diajak ke SM, ngiri ngak lo?’
‘sorry yaouw, gw ngak ngiri’ balas lusi cepat
‘kok bisa, gw mau ketemu sama suju snsnd, boa dan kawan-kawan’
‘biarin’
‘ih lo, ngak asyik, gw tau lo pasti sekarang lagi ngiri bagt sama gw, iyakan?’
‘enggaktu’
‘mang sekarang lo lagi ngapainsih’
‘gw lagi ngliatin personil bigbang latian, NGIRI NGAK LO’

“uh awas lo yah, pek-peken dewe, ku ngak ngiri” bentak jeni ke ponselnya.
“kenapa?” tanya jonghyun yang asyik nyetir mobil.
“ooooh ngak papakok, kamu konsentrasi aja nyetir, ehm………emangnya SM sama YG itu dektyah jaraknya?”
“????????” jonghyun

Di SM….

Jeni kayak orang udik banget, masak cuman pakek celana ¾ dan kaos oblong warna hitam, udah gt rambutnya cuman disisir pakek jari dan diikat kuda.
“kita mau kemana?” jeni bisik-bisik sama jonghyun saat mereka melewati lorong.
“mau ketemu anak-anak shinee lainnya”
“waaah beneran lo?, ihhh senengnya” jeni girang sendiri, di kepalanya udah terbayang wajah-wajah idolanya.
“hai” sapa 13 orang dari arah berlawanan
“yaaaa ada suju” pekiki jeni membahana.
Semua personil suju jadi diam seketika ngliat tingakh jeni yang langsung nylonong kea rah mereka bertiga belas dan nyalamin semuanya satu satu, seelah itu baru deh jeni berpidato.
“eghm…eghm… perkenalkan nama saya Jeni Setia Budi Arjoningkrat, istri sah dari Lee Jonghyun, salam kenal”
Jeni mengeluarkan buku kecil dari saku celananya “bisaminta tanda tangannya, plus nama yow, cos kaliankan orangnya banyak buanget nanti saya ngak tau in anda tangannya siapa? Oke”

Eethuek mrepet-mrepet deketin jonghyun.
“hai lee jonghyun istrimu, kok narsis abes gini yah” bisik leethuek membuat jonghyun tersenyum malu.
“biarin deh, namanya juga manusia”

“tirmakasih atas partisipasinya. Wassalam” jeni mendekati jonghyun dgn wajah puas.
“yuk” ajak jeni.
 Keduanya meninggalkan rombongan suju dan pergi menemui anggota SHNee lainnya.


“kamu ngak papa?” daesung mendekati Lusi yang nglimbruk gak berguna di pojok ruangan latihan, padahal si lusi cuman boring karena cuman nongkrong disini gliat personil big bang latian.
‘gayalo nanya keadaan gw, padahal mau interogasi gmn ceritanya gw ketemu trs nikah sama t.o.p’ lusi udah bisa baca fikiran daesung. “oh ngak papa kok”
“beneran?” daesung memastikan.
“ho’o”
“oh iya, aku mau nanya?”
‘nah lo, gw bilang juga apa’ lusi tersenyum puas, berarti keahliannya blm ilang, soalnya dari tadi lusi ngak bisa baca fikiran seunghyun. “mau nanya apa?’ lusi kembali pd.
“itu kak aku mau nanya?, critain donk awalnya kaka bisa ketemuan sama seunghyun?” daesung malu-malu.
“ooooo” lusi sok-sok-an. “gw lupa, sorry yaow, btw jangan manggil q kaka donk, toa kamu gitu?” lusi goda daesung yang kliatan kecewa.
“hayooo gi ngapain?’ seungri tiba-tiba aja nongol diantara keduanya.
“kamu itu bikin kaget aja.untuk aku ngak punya penyakit jantung” daesung jitak kepala seungri  sementara si lusi ngurut dada soalnya kaget.
“hyaaaaaaaa” jiyoung melompat diantara ketiganya. “lagi ngomongiin aku yaaah?’ tanyanya pd.
“yaah ngapaian sih kamu ikut-ikutan kesini. Udah sana pergi” usir seungri galak.
“iiih aku tidka dianggap” jiyoung pasang wajah imut.
“cup cup cup” daesung nepuk-nepuk pundak jiyoung.
Sementara lusi asyik dgn kemampuannya membaca pikiran orang dari jauh taeyang yang badannya berotot lari kesetanan kea rah mereka.
“awaaaaaas” seru taeyang, semetara keempatnya cuman bengong, “minggir” taeyang ngasih tanda buat minggir.
“kenapa sih tu anak?, geje banget” Jiyoung cuek aja.
“cepetan minggir, taeyang lagi di kejar sama seunghyun” lusi memerintahkan semuanya.
“beneran??? dari mana kamu tau kalau taeyang dikejar seunghyun” seungri ngak percaya.
“ehm… filling, yuk cepetan” lusi ngacir sendirian, dan apa yang lusi omongin ternyata benar dari balik pintu seunghyun berlari membabi buta sambil mengumpat.


“lus kapan ketemuannya?’ jeni menagih janji pada lusi dari telephone saat dirinya sedang jalan-jalan muter-muterin SM, boring soalnya didlm cuman ngliatinorang latihan trus ditanyain segala macam pergosipan tentang mereka berdua sama semua orang di sana.
“bentar… ehm. Gimana kalau jam 3 aja?”
“ok, *jeni nglirik jam tangannya* kurang seperempat jam lagi donk?’
“ho’o”
“ok deh gw tunggu di sana yah”
Jeni menutup sambungan telephone dan bergegas mencari taxi.


“woi” seru jeni melambaikan tangan sat melihat lusi yang clingukan nyari dirinya.
Lusi berjalana kea rah jeni dan mereka berduapun berembuk.
“gimana critanya?’ jeni memulai pembicaraan.
“mene ketehek, gw aja bangun-bangun udah ada t.o.p”
“gw juga, iiih jijai banget kok ngak sama GD aja yah?” jeni pasang muka mupeng.
“plak” lusi jitak pala jeni, “lo itu yah situasi genting gini, masih mikirin yang ngak mungkin”
“sorry yaow, gwkan lagi mengalami penyakit 50%”
“apaan itu?”
“50% seneng 50% ngak?”
“maksudnya?’
“yah gw seneng jadi bininya jonghyun tapi.. kok jonghyun bukannya GD”
“ooooooooo, kirain apaan”
Mereka asyiik ngobrol sampek lupa mesen minuman atau makanan. Sampai mbak-mbak penjaga café datang dan menegur mereka berdua.

“kita ngak bisa terus stay disini, kita harus balik ke indo” seru lusi saat keduanya sdg menikmati pesanan mereka.
“lo bener, lagian mbak septi kemana yah?, gw coba telephone tapi ngak yambung”
“cek pulsanya?”
“ngehina lo, skrng gwkan istrinya pernyanyi terkenal pulsa selalu full donk”
“iye iye, balik ketopik awal, pokoknya gw ngak mau tetp disini?, in pasti gara-gara sihir lo iyakan, ngaku deh lo?” lusi desak jeni.
“ngemeng epe lo?, mang siapa mau jadi ngak perawan cuman buat seneg-seneng, gila lo, gw gini-gini adalah muslimah yang taat”
“iya iya, kita hars bisa balik ke indi dlm 2minggu, gw ngak mau jadi strinya seunghyun selamanya”
“mang lo ngak seneng?’
“yah enggaklah, mending jadi penggemarnya aja, lbh enak coy”

Mereka berdua ngak sadar kalau di sebelah mereka ada dua orang wartawan yang udah ngintai dari tadi, sementara mereka berdua terus-terusan ngomong masalah pernikahan dadakan mereka.

Saat keluar dari caffe, baru aja nglangkahin kaki keluar mereka berdua berpapasan sama segerombolan anak-anak SMA yang ternyata adalah SHINee world an V.I.P. anak-anak SMA tadi ngejar lusi dan Jeni karena mereka ngak rela kalau idola mereka udah kawin sama orang asing. Dgn kemampuan jeni semuanya di sihir uat ngak bisa gerak, terus keduanya lari ngibrit dan sembunyi did lm bix mobil barang.

“ngap kita sembunyi disini?, gw ngak mau’ lusi mrah-marah.
“cepetan, sihir gw cuman bertahan 2 menit, lo mau mereka ngejar-ngejar kita lagi” jeni narik lusi ked lm box mobil.
 Setelah did lm box mobil…
“mang lo tau dari mana kalau sihir lo cuman bertahan 2 menit” lusi curiga.
‘gw udah sering kalek makek nih sihir, pertamanya gw digebukin sama mpok-mpok warung karena gw makan gratisan, trus gw piker-pikir ternyata sihir gw cuman bertahan 2 menit jadi gw harus cepet-cepet kabur kalau udah makek sihir gw, lo ndiri taukan tadi wkatu bayar di caffe gw buru-buru bgt, nah itu gw takut sihirnya habis” jeni jelasin panjang lebar.
“ooooooooo, rugi donk lo?, enakkan gw, tapi aneh kemampuan gw ngak bisa buat baca pikirannya t.o.p”
“lha kok bisa?”
“mene ketehek”

Keduanya ngobrol panjang lebr, sempet nelphone fera yang di indo, anehnya Fera di indo ngak tau sama sekali berita tntang pernikahan seunghyun dan jonghyun dari internet, malahan fera nganggap kedua temennya udah gila. Karena kecapekkan keduany tertidur dan baru terbangun pas jam 7 malam.
“hah udah jam 7 malam, lus bangunlus bangun” jeni guncang-guncangin tuhnya lusi.
“apaaan?”
“udah jam 7 malam”
“APAAAA” lusi terlonjak, keduanya keluar dari dalam box mobil.


Jonghyun kelimpungan nyari jeni pakek motornya, dan seunghyun ngajak keempat temannya buat nyari Lusi. Mereka berdua tidak pamit dulu kalau pergi jadi suami-suaminya pada khawatir.


“jen laper?” lusi ngrengek, “gw tau lo juga laper jadi…! Cari makan yuuuk”
“idih mentang-mentang bis abaca pikiran orang jadi sok deh lo sekarang”
“iya-iya.., eh ngomong-ngomong gw tadi ngak pamit sama T.O.P dulu eaktu mau ketemuan sama lo” lusi jadi ingat kalau dia tadi kabur.
“sama donk gw tadi juga ngak bilang, biarin deh lagi pula kitakan udah gede, masak sih ia mereka khawatir ma kita”
“betul betul betul”
Keduanya memeasuki salah satu kedai..

Beberapa menit kemudian, jeni danlusi ngacir dari kedai dan ngos-ngosan jadinya waktu berhenti ditempat yang lumayan jauhnya.
“huh enakdeh kalau gini, habis makan langsung diet, hahahaha” jeni tertawa puas.
“tha’s right”
“eh yuk kita pulang?” ajak jeni
“kemana?’
“yah kerumah suamilo donk?”
“dimana?, gw ngak tau sama sekali arah pulang” rengek lusi. Keduanya clingukan.
“jen bukannya lo bisa nyihir?” tanya lusi
“yoha mangnya kenapa?”
“lo sihir aja supay akita berdua bisa pulang langsung sampai rumah”
“ok tuh ide loh”
Jeni jentikin jarinya dan bimsalabim…, keduanya udah nyampek dirumah mashing-masing. Padahal di luar sana jonghyun dan seunghyun lagi bingung klimpungan nyari mereka berdua.


Lusi lagi nonton tv sendirian, lusi piker kalau seunghyun ngak bakalan pulang jadinya dia enak-enakkan, merasa bebas karena sendirian di rumah.
Pukul 12 malam.., terdengar gemerisik dari arah luar, lusi ketakutan dan mencengram erat lengan kursi yang ia duduki dari tadi. Sesosok hitam masuk dari pintu dapur, lusi makin panic dan ketakutan, baru mau ngacir ke kamar lampu yang dari tadi mati tiba-tiba menyala dan terlihat dgn jelas oleh Lusi bahwa sosok hitam tadi adalah seunghyun.
“kau sudah pulang?” tanya seunghyun gembira dan berhambur mendekati lusi.
“memangnya gw dari mana?, darti tadi gw dirumah yang ngak pulang-pulang bukannya elo” jwb lusi cuek, padahal dlm hati dag dig duer karena beranggapan udah mau liat penampakan hantu korea. Lusi nyoba buat baca fikiran seunghyun tapi sia-sia ngak bisa.
“kamu tadi kemana aja?” tanya seunghyun saat lusi berlalu menuju kamar.
“gw tadi jalan-jalan sama Jeni”


Jonghyun mendapatkan telephone dari seunghyun, buru-buru jonghyun pulang kerumahnya dan mendapati jeni sudah ngorok-ngorok di sofa dpn tv.

Paginya…
Jonghyun hanya bisa menatap pias ke arah jeni yang masih tertidur pulas, ditangannya menggenggam dgn erat sebuah bulletin harian yang menampangkan gossip terkini tentang percakapan Jeni dan lusi kalau mereka sebenarnya tidak mencintai suami mereka, bahkan mereka akan kembali ke negara mereka setelah 2 minggu. Jonghyun tidak mencoba membangunkan jeni, dia langsung menyimpan bulletin tadi di laci meja dapur, baru setelah itu jonghyun membangunkan jeni dan bersifat wajar.
“bangun sudah pagi”
Jeni merenggangkan otot-ototnya dan membuka matanya, “pagi” sapa jeni ceriah.
“pagi juga..!, sekarang yuk bangun, kamu ngak sakit-sakit apa tidur di Sofa?”
“enggak gw inikan pramuka sejati, jadinya tidur dimana aja noproblemo”

Sarapan….
Jeni menahan rasa mualnya berkali-kali jeni udah mau muntah, karena udah ngak bentah jeni ngacir ke kamar mandi. Jonghyun tidak mengejar jeni, dia hanya meneruskan sarapannya.

Kamar mandi…
“huek huek huek” jeni muntah-muntah semua yang ada did lm perutnya ia keluarkan, mungkin masuk angina karena tadi malam klayapan sama lusi.


Lusi bangun pagi-pagi sekali, dia bahkan cuman tidur 3 jam, dari jam 1 pagi sampai 4 subuh. Matanya udah kayak panda waktu nongkrong di teras rumah menikmati udara pagi yang sejuk, dari balik pintu pagar seorang anak kecil masuk dan meletakkan Koran di tempat yang sudah disediakan. Lusi buru-buru ngambil Koran tadi dan membacanya, karena boring mau apa jadi lumayan lah baca Koran, tapi ada satu yang menjadi kendala bagi lusi, korannya berisikan bahasa hangul murni ngak ada gedriknya sama sekali, jadi lusi langsung masuk kedalam rumah dan melempar Koran tadi ke sembarang tempat.
“bikin kopi aaah” lusi berlari kearah dapur dan meracik kopi.

“waah enak bangeet. Kopi made in Lusi” tutur lusi menyombongkan diri.
Seunghyun yang baru bangun berjalan menghampiri Lusi yang duduk di dapur.
“waah enak nih kopinya?. Aku kok ngak dibuatin” pinta seunghyun, “kalau gitu ini baut aku yah” seunghyun merebut kopi yang sedang diseruput lusi.
“enak aja. enggak. Noway. Lo kalau mau buat aja sendiri” lusi nolak mentah-mentah.
“ihh jahat deh. Oh yah ngomong-ngomong mana korannya?. Ap akamu sudah ngambil?”
“Koran?. Tuh di ruang tamu” tunjuk lusi.
Seunghyun meninggalkan lusi utuk mengambil Koran. Lusi tetep cuek bebek dan melanjutkan acara minum kopinya.

Seunghyun membuka halaman demi halaman Koran, sampai dihalaman Entertainment seunghyun terpaku melihat isi brita. Ada foto istrinya dgn lusi yang sedang asyik tertawa di sebuah caffe.


Pihak menejemen mendeksak jonghyun untuk mengeluarkan klarifikasi tentang brita yang sedang heboh di masyarakat tentang dirinya, tapi setiap kali menejernya mendesak jonghyun malah selau menghindar dan bersikap tidak ada apa-apa.
“in ibis amembuat image kamu di masyarakat jelek” bentak menejernya.
“sudahlh, pasti lama-lama akan surut sendiri, tidak mungkin terus bergejolak seperti ini” batah jonghyun.
“ini sudah melebihi batasku. Kau mungkin harus menyelesaikannya sendiri”

Ke empat personil Shinee lainnya sudah menunggu di depan pintu dan bersiap-siap untuk membrondongi jonghyun dgn beribu pertanyaan.
“gimana?, lagi pula ini semua bukan murni kesalahanmu tapi salah istrimu si jeni itu” kata minho saat mereka berlima berjalan bersama di lorong.
“kalian jangan ikut campur, ini masalahku” sela jonghyun dan berjalanlebih cepat dari keempatnya.
“kak. Kita adalah keluarga. Jika ada masalah harus dibicarakan bersama. Jangan dipendam sendiri” kata taemin dari belakang punggung onew.
“dia benar. Kit adalah keluarga sebaiknya kita bicarakan hal ini bersma-sama dgn jeni” tambah Key.
Jonghyun menghentikan langkahnya dan kembali keempat temannya.
“trimakasih. Sudah mau menganggapku keluarga” kata jonghyun membuat keempatnya tersenyum. “tapi aku sudah punya kelaurgaku sendiri. Yaitu bersama jeni, akan ku hentikan brita yang bergejolak di masyarakat dgn caraku sendiri. Aku tidak inginmelibatkan kalian semua ked lm masalahku” tambah jonghyun membuat senyum keempatnya hilang begiut saja. “aku pergi dulu” jonghyun pamit dan kembali ke rumahnya.


“aku sudah tahu hal ini pasti terjadi. Sudah kubilang jangn menikahi fans mu. Dia hanya menginginkan ketenaran dan kebersamaan sementara” pringat Jiyoung kalap di temapt rapat big bang bersama paman YG.
“sudah. Jiyoung. Kau jangan menambah keruh masalah. Ini adalah masalah seunghyun biar dia yang bicara” potong paman Yg dan menoleh kearah seunghyun yang terus-terus menunduk. Dae sung mengosok-gosok pundak seunghyun untuk meredakan amarah dan membuatnya tenag.
“ini pasti segera berakhir kawan” hibur daesung dan taeyang yang duduk mengapitnya.
“mereka benar. Kami ada bersamamu. Jangan khawatir, kita tinggal menanyai Lusi tentang kebenaran brita tersebut” dukung seungri heboh.
“kau dengar. Teman-temanmu snagat mendukungmu. Kita harus bertemu lusi secepatnya” kata paman Yg dgn senyum yang menghibur.
“baik, terserah kalian” seunghyun terdengaa putus asa, seolah dia sudah kalah dari perang yang ia tempuai selama ini.
“kau terdengar menyerah. Kita tidak boleh menyerah sebelum berperang” jiyoung menyemangati seunghyun. “semangat!!!” tambahnya dan meninjukan tangannya keudara.


“huek-huek” jeni terus-terusan muntah dikamar mandi, bhakan saat jonghyun masuk kedalam rumah jen tidak menyadarinya, baru setelah terdengar pangilan jonghyun. Jeni buru-buru menemuinya di ruang tamu.
“kau sudah pulang” tanya jeni heran padahal tadi pamitnya bakalan pulang sore, sekarangkan baru jam 12 siang.
“kita akan pergi kerumah orangtuaku” ajak jonghyun tiba-tiba. Jeni melonggo mendegarnya, dan mencoba mencaria lasan.
“tapi. Aku ada janji dgn lusi”
“sepenting itukah lusi bagimu dari pada menemui ayah dan ibuku”
“baiklah” jeni mengalah tanpa syarat.

“kau datang” peluk ibu jonghyun ke jeni.
“iya” jeni merasa tidak nyaman dgn pelukan erat ibu jonghyun.
“kok mendadak datangnya?. Biasanya telephone dulu?” tanya ayh jonghyun heran. Kedua roangtu jonghyun sedang berada di rumah, dan mereka berdua tidak tau menau tentang berita bahwa jeni hanya ingin menikahi jonghyun selama 2 minggu.
“kami menginap” kata jonghyun dan masuk kedalam.
“apa menginap” tanya lusi kaget.
“waaah bagus sekali. Kita bis amain kartu semalaman” girang ibu jonghyun.
“jangan sampai malam-malam dia hamil” jelas jonghyun dari dlm rumah. Jeni semain kaget mendengar penuturan jonghyun.
“yaaampun kita sebentar lagi akan punya cucu” jerit gembir akedua orangtua jonghyun.

“kamu harus makan yang banyak. Supaya banyinya sehat” nasehat nyonya lee.
“trimakasih” jeni menerima satu ranjang gubis yang baru saja mereka petik di kebun belakang rumah.
“kau bisa maksak apa?” tanya nyonya lee.
“ehm……….. mungkin krawu. Itu makanan khas dari Indonesia” jls jeni banga. “aku sangat mahsi membuatnya” tambah jeni.
“baiklah. Kau boleh memasaknya. Dapur ini milikmu sekarang” serah nyonya lee dan meninggalkan jeni sendirian di dapur.

Dgn semua kemampuannya jeni memasak apapun yang ia bisa masak di dapur ini, dan taraaaaaaaaa. Masakan ala kadar tersaji di meja makan keluarga Lee malam ini.

“ini makanan apa?” tanya jonghyun aneh, sambil mengangkat mie yang dibalut telur dgn sumpitnya.
“itu namanya pizza mie. Resep yang kutemukan bersama teman-temanku semasa kecil dulu” jawab jeni senang.
“kalau ini?” tuan lee menunjuk kea rah mangkuk besar yang berisikan nasi yang penuh dgn bumbu dan cabai.
“itu nasi goreng ora pedes. Resep saya sendiri”
“dan ini?” tanya nyonya lee.
“itu krawu yang saya ceritakan tadi”
Keempatnya memakan dgn lahap masakan jeni yang tidak terbukti keenakan rasanya. Tapi mereka tidak mengeluh sama sekali tentang rasanya, hany amenampilkan ekspresi menyedihkan.


Lusi berjalan dgn hati-hati dan menelitik setiap lorong yang ia lewati. Begitu sepi, padahal biasanya begitu banyak para trainee berseliwerandisini.
“mereka semua diliburkan dan dilaranguntuk kesini pada hari ini” jls taeynag yang sadar dgn sikap lusi.
“ohhh. Memangny akenapa?” tanya lusi penasaran.
“kau akan tahu nanti. Kami semua sudha menunggumu” taeyang mempercepat langkahnya. Mereka berduapun sampai di suatu pintu yang tertuliskan.
“BIG BANG”
“ayo masuk” ajak taeyang pada lusi yang seolah-olah bingun. Dari tadi lusi membaca pikiran taeyang dan yang muncul adalah, sebuha rasa kecewa yang sangat dalam kepadanya.
“tunggu sebentar.”panggil lusi. “apa kau kecewa padaku?” tanyanya. Taeyang pasang muka kaget dan tertawa renyah.
“untuk apa aku kecewa padamu?”
“tapi aku tau kalau kau sedang kecewa padaku”
“sudahlah yuk masuk” taeyang menarik lusi ked lm ruangan. Di sana sudah ada personil bigbang lainnya plus paman YG dan manajer.
“lama sekali” tanya jiyoung.
“maaf tadi sedikit macet” jls taeynag dan mempersilakan lusi untuk duduk di samping seunghyun tepat.
Lusi melihat kesekitar dan bisa membaca semua fikiran .
Jiyoung=dia marah padaku
Dae sung =  dia bertanya-tanya apakah ini kenyataan. ‘maksudnya apa?’
Seungri = hanya melihatku did lm fikirannya tidak ada apapun selain ingin segera pulang
Paman yg = ingin sekali menamparku.
Menejer = aku heran dgn gadis ini?. Apa benar dia ingin mencampakkan seunghyun.

“ada masalah yang ingin kami bicarakan dgnmu?” kata paman Yg membuka pembicaraan. Ruangan jadi sunyi semua mata melihat kearah lusi.
“apa ada sangkutannya dgnku?” kata lusi bingung.
“tentu ada. Kau….” Jiyoung menghentikan kalimatnya dan kembali tenang di duduknya.
“ini masalah yang rumit. Antara popularitas dan kehidupan” daesung menambahkan.
Lusi meliat kearah menejer dan baru tahu permasalahannya setelah membaca fikirannya.
‘dia gadis yang berbahaya. Hanya ingin menikahi seunghyun selama 2 minggu. Itu gila dan mustahil’
“kalian ingin menanyakan kebenaran brita itu?” lusi mengangkat pundaknya dan terlihat sangat ketus.

Jeni sedang membersikan halaman depan bersama ibu mertuanya. Mereka berdua menanam kembali bunga-bunga dan mencabuti rumput-rumput liar, serta memberikan pupuk. Istirahat dari kegiatan melelahkan tadi. Jeni dgn gembira melonjorkan kakinya di bawah pohon dan melihat puas hasil kerjanya.
“bagaimana bu?. Hasil kerjaku?” sombong jeni.
“kau lupa siapa tadi yang melakukannya semua. Kau hanya melihat dan mengambilkan alat-alat keperluan” kata nyonya lee membuat jeni tersipu malu.
“hihihi. Pokoknya ini semua karyaku” keras jeni tak mau kalah.
“baiklah.. ini hadiah buat kamu. Jadi… selama kamu disini, kebun in milikmu”
“benarkah” jeni riang.
“yap”
“trimakasih tante” peluk jeni pada nyonya lee.
“kau panggil aku apa?”
“tante. Itu artinya bibi”
“panggil aku ibu. Akukan ibu mertuamu” printah nyonya lee. Jeni jadi ingat kalau dia adalah istrinya jonghyun.

Malam harinya saat jeni asyik nonton acara TV.
“ikut ibu ke kamar” ajak nyonya lee pada jeni yang sedang asyik menikmati acara tv.
“mau apa bu” tanya jeni.
“sudah yuk ikut”
“baik” jeni berlari mengejar nyonya lee menuju kamarnya.

“ini buat kamu” nyonya lee memberikan sebuah cincin emas polos tanpa hiasan batu-batuan sama sekali ataupun ukiran.
“untuk apa?. Ini terlalu berlebihan” tolak jeni.
“ini cincin kawin ibu dgn ayahnya jonghyun. Kamu harus menerimanya. Ibu udah janji sama diri ibu sendiri waktu dulu, kalau ibu punya menantu atau anak perempuan yang sudah menikah, ibu akan memberikan cincin perkawinan ibu” jls nyonya lee membuat jeni terharu.
“tapi…” jeni masih berniat untuk menolak.
“udah kamu trima aja” desak nyonya lee.

“apa kamu mencintai jonghyunu?” tanya nyonya lee tiba-tiba saat jeni mencoba cincin tadi.
“maksud ibu?”
“ibu dengar dulu kamu fansnya jonghyun. Tapi itu dulu, dulu kamu fansnya dan sekarang kamu adalah istrinya. Posisimu sangat berbeda 360 derajat. Dari rasa suka dan sekarang menjadi cinta. Udahakan perasaan tersebut menjadi sayang dan terus selamanya”
“ibu bicara apa?. Aku memang menyukai jonghyun”
“kau hanya bilang suka, bukan cinta, dengarkan ibu. Rasa cinta dan suka sangatlah berbeda”
Jonghyun mendengar semua pembicaraan tadi lewat balik pintu. Dia sengaja menguping.


Lusi berada di bergitu banyak kerumunan orang yang berjubel ingin mendengarkan klarifikasiny tentang masalah yang terjadi. Begitu banyak orang dan wartawa yang terus-terusan memotretnya. Sinar-sinar blits kamera membuat lusi sedikti pusing ditambah begitu banyak suara yang ia dengar dari dalam fikirannya tentang menjelek-jelekkan dirinya dari para VIP yang menunggu penjelasan.
“kau tidak papa?” tanya manajer kepada lusi yang memgangi kepalanya.
“aku tidak papa. Mari kita mulai” elak lusi tegar. Dia sangat sedih dgn berita yang ia dengar. Lusi bahkan tidak menyangka pembicaraan rencana pulangnya sampai terdengar wartawan.

“maksud dari pernyataan saya kapan hari itu adalah?. Saya tidak akan menceraiakn seunghyun dlm 2 minggu melainkan dlm 2 minggu kedepan saya akan kembali ke Indonesia” jls lusi tegas dan padat lalau cepat-cepat dibawa oleh beberapa body guart keluar. Paman Yg tidak ingin ada penjelasan lebih atau pertanyaan dari para reporter yang akan semakin memperkeruh suasana.

Dari arah fans melayang telur busuk yang mendarat dgn tepat di wajah lusi. Dia hanya bisa menatap nanar kea rah fans dan kemudian pingsan.

“fera. Ini beneran elo?” jeni girang mendapatkan telephone dari fera.
“mang lo pikir gw ini siapa?. Heh, eh iya gw besok mau pulang dari luar kota. Lo kapan balik?”
“ehm…. 2 minggu lagi gw balik. Gw harus nyelesein masalah disini dulu baru bisa pulang ke indo”  jeni yang dari tadi rebahan di sofa ruang tengah langsung buru-buru mausk ke dalam kamar takut ada yang denger obrolannya dgn fera.

Jonghyun melihat tingkah aneh jeni dan membuntutinya, sudah 2 hari jonghyun dan jeni berada di rumah orangtuanya, dan setiap pembicaraan jonghyun tidak pernah menyinggung tentang brita yang tengah beredar, beruntung ortu jonghyun orangnya gak suka nonton tv, paling-paling cuman nonton berita pagi, siang dan malam selebihnya tv dimatikan.

“lusi………., gw ngak taut uh. Udah 2 hari dia ngak nelphone gw. Emang ada apa?” jeni mondar-mandir di depan jendela.
“………….”
“ok gw bakalan percepat buat pulang. Udah kangen rumah tauk, tapi lo bisa ngak kesini?”
“………….”
“gw sama lusi ada masalah disini. Harus secepat mungkin diselese’in, kalau enggak bisa ngak tenang hidup gw, ini semua gara-gara jin sialan itu” jeni mendengus kesal mengingat hari dimana ia bertemu dgn jin yang sudah memberinya kekuatan.


“yuk buk kita nonton tv bareng” ajak jeni pada nyonya lee yang sedang menyulam.
“kamu nonton tv aja sendiri. Lagian ibu enggak begitu suka nonton tv. Jonghyun memangnya kemana?”
“enggak tau tuh. Tadi katanya mau ke SM dulu ada urusan mendadak”
“oooooo”
“ayuk. Aku enggak suka liat tv sendirian” rengek jeni dan menarik nyonya lee menuju tv.

Jeni tercengang melihat siaran dimana konfrensi pers tentang dirinya yang akan menceraikan jonghyun dalam 2 minggu kedepan. Yang lebih membuatnya tercengang jonghyun mengtakan bahwa ini adalah keputusan bersama, bukan hanya keputusan jeni. Nyonya lee melihat dgn bingung dari tv ke jeni, seolah ingin mencari kejujuran nyonya lee menatap tajam keaah jeni. Jeni buru-buru menutup layar tv dgn tubuhnya dan mencari tombol off di pojok bawah layar.


Seunghyun berlari menyusuri lorong rumah sakit, menoleh kearah kanan-kiri mencari kamar no 34.  sempat beberapa kali dia berpapasan dgn para penjenguk yang langsung histeris melihat dirinya.
Lusi kaget, tiba-tiba saja seunghyun menyerobot masuk ke dalam kamar.
“kau tidak papa” tanya seunghyun cemas. “maaf aku tidak langsung datang menjengukmu. Kemarin begitu banyak kegiatan yang harus kami lakukan sepanjang hari. Maaf”
“tidak papa. Nanti gw juga udah boleh pulang. Kemarin cuman kecapekan” jls lusi membuat seunghyun lebih tenang.

“mau makan apel?” tawar seunghyun.
“trimakasih” seunghyun mengupas satu buah dan menyuapkannya ke lusi.
“gw beneran mau balik ke indo minggu depan” kata lusi lirih.
“ehm…….”
‘sial gw masih enggak bisa baca fikiran nih orang’ gerutu lusi.
Hening sejenak, menyadari percakapan ini akan berakhir lusi muter-muter nyari bahan topic pembicaraan. “gimana tadi kerjaannya?. Harus sukses, gw enggak mau kalau penampilan elo jadi jelek cuman gara-gara gossip geje BGT ini” tanya lusi.
Seunghyun tertunduk, memainkan jari tangannya, tidak ada jawaban lusi jadi salah tingkah ‘waah gimananih kalau samapai nih anak ngamuk-ngamuk disini, bisa matideh gw’ gumam lusi yang ngerasa nyawanya udah diujung tanduk.
“lancar” jawab seunghyun kemudian membuat lusi tenang dan mengurut dadah.
Suasana diantara keduanya jadi cair, mereka berdua ngobrol sampai sore.


Ruang makan sepi, hening, tidak ada yang berani angkat bicara, jeni seperti terintimidasi, kedua mata orangtua jonghyun terus melototinya tanpa henti, dalam hati jeni meruntuk ‘sialan. Kok bisa gw enggak tau sama sekali soal brita itu, lusi mana juga. Hpnya kok enggak bisa dihubungi’.
“kamu beneran mau bercerai dengan jonghyun?” ayah jonghyun bersuara.
Jeni mendongak dari tunduknya melihat langsung kearah ayah mertuanya, “iya” jawab jeni mantap.
“ya ampuun” ibu jonghyun memutar bola matanya dan bernafas berat.
“ada apa memangnya?. Kami lihat hubungan kalian baik-baik saja?” ayah jonhyun bertanya lagi.
“saya…..” jeni bingung mau bilang apa, masak jelasin semuanya. Kalau dia enggak tau kenapa bisa tiba-tiba nikah sama jonghyun dan ba blab la, yang semuanya hanya terdengar fiksi.


Malam hari. Lusi ternyata belum diperbolehkan untuk pulang karena rasa pening dikepalanya yang datang secara intensif dari tadi sore. Lusi tidur sendirian tidak ada yang menemani, seunghyun ijin pulang karena ada pemotretan mendadak.

12 malam
Dering telephone lusi berbunyi, lusi terbangun dan mengambil hp yang dia taruh di laci meja sebelah ranjangnya.
(jeni call~~)
Melihat nama jeni lusi jadi bersemangat.
“hallo” sapa lusi ceriah.


Jeni berdiri di depan rumah sakit tempat lusi dirawat, dgn memakai jacket hitam tebal yang ia temukan ditumpukan cucian rumah orangtua jonghyun, jeni menggigil kedinginan. Beberapa menit kemudian lusi datang dengan mengendap-endap, memakai piama rumah sakit dgn rambut yang acak-acakan.
“woi” panggil lusi kepada jeni yang clingukan di depan rumah sakit.
“duh lama banget dih elo?” tegur jeni cemberut.
“sorry tadi ada sedikit problem” jls lusi.
“ok kalau gitu cepetan” jeninarik lusi. Keduanya pergi dengan naik sepeda yang jeni ambil di rumah orangtua jonghyun lagi.

“kita mau kemana?” tanya lusi bingung sambil berpegangan erat kepinggang jeni yang ngos-ngosan mengayuh sepeda melewati jalanan kota malam.
“ke tengah kota” jawab jeni setengah berteriak.
“ngappaian?”
“gw rasa ini cuman jalan satu-satunya supaya kita bisa lolos dari masalah ini dan pulang kerumah dgn selamat”

Ditengah kota. Sepi sedikit sekali tokoh yang buka, paling cuman supermarket dan kedai-kedai.

Jeni berdiri tepat di tengah jalan raya. Menjentikkan jarinya sambil bergumam.

Keesokan harinya.

Jeni dan lusi sudah berdiri di depan bandara dgn menenteng barang bawaan mereka. Hari ini mereka akan pulang ke Indonesia.

= TAMAT =

Huwe…
Geje banget kan, tapi ditrimalah.