Senin, 13 Juni 2011

kita adalah keluarga

“kalian berdua akan bercerai??” tanya Oni tidak percaya. Rasanya seperti terjatuh ke dalam jurang untuk yang kedua kalinya. Ibu Oni adalah janda yang dinikahi oleh pengusaha Konstruksi, yaitu tuan Yudi yang sekarang adalah ayah tirinya. Ayah kandung Oni sudah tidak terdengar kabarnya lagi. Begitu bercerai dgn ibunya, ayah oni seperti hilang dari muka Bumi, oni beberapa kali mencoba menghubungi No telpon ayahnya, tapi nihil. Sepertinya ayah oni sudah ganti no telephone. Tidak hanya sampai disitu, oni bahkan pernah nekat kabur dari rumah dan pergi ke Sumatra. Dikarenakan oni mendengar kabar dari salah satu teman ayahnya jika ayahnya sekarang sedang berada di Sumatra untuk urusan bisnis. Ibu dan ayah tirinya klimpungan kesana kemari mencari Oni. bahkan sampai reza. Yang notabenya adalah adik tiri Oni ikut-ikutan cemas. “ibu akan bercerai dgn ayah Yudi (oni sudah biasa memanggil ayah tirinya dgn Ayah Yudi) kamu jangan marahyaah” ibu Oni membelai rambut anak perempuan semata wayangnya tersebut penuh kasih sayang, ia tahu jika ini adalah beban batin untuk Oni, tidka semestinya jika Oni harus menyaksikan perceraian ibunya yang kedua kali. Oni tidak merespon. Ia masih menangis dan terus-terusan terisak. Kamarnya yang hangat tidak bisa menghentikan tangisan oni. “tok tok tok” seseornag mengetuk pintu dari luar. “boleh ibu izinkan masuk” tanya ibu Oni, oni mengangguk. “masuk” printah ibu. Pintu terbuka dgn perlahan-lahan, seorang anak laki-laki berusia 17thn, 1thn lebih muda dari Oni, kepalanya menyembul, ia terlihat seolah ragu untuk melangkahkan kakinya kedalam kamar Oni.  “boleh aku masuk” pintanya. “tentu. Kau ingin bicara pada kakakmu atau ibu” tawar ibu Oni hangat. Anak laki-laki tadi adalah reza. Adik tiri oni. “aku ingin bicara dgn kak Oni” kata reza seraya mendekati Oni yang tertunduk lemas di atas ranjangnya. “kalau begitu ibu keluar dulu yaa…” ibu oni keluar dari kamar, maksud hati ingin memberikan prifasi bagi kedua anaknya tersebut.  Sekeluar Ibu. Reza menggantikan posisi Ibu Oni disebelahnya. Oni mendongak untuk melihat wajah reza, kedua mata Oni lebam dan basah akibat menangis terus-terusan.  “kakak tidak apa-apakan..??” tanya Reza memastikan begitu melihat keadaan kakaknya yang sangat kacau. “ehm..” angguk Oni. “kalau begitu bisa temani aku..” pinta reza. “apa?” “temani aku” “malam ini..?” heran Oni. anak ini tidak tahu apa jika sekarang dirinya sedang shock. Lagi pula apa reza tidak Shock juga mendengar rencana perceraian orang tua mereka.  Dgn semangat reza mengenakan jaket ketubuh kurus Oni. “iih kakak kurus” ejek reza. “pletak” pukulan kecil mendarat di kepala reza. “sekali lagi kau bilang aku kurus. Tidak segan-segan nyawamu akan melayang di tanganku” ancam Oni, tubuhnya memang kurus, tapi bukan kurus tanpa daging, melainkan kurus tanpa lemak, membuat tubuhnya terlihat kurus tapi didalamnya tersimpan otot-otot yang siap melakukan tugasnya jika dibutuhkan. “baik-baik. Aku minta maaf” reza pasrah, dia tidka ingin ancaman kakaknya menjadi kenyataan. “kita pulang saja, aku tidak ingin malam-malam begini kita keluyuran dijalanan”   “jangan donk kak.., ini belum apa-apa. Nanti disana akan ada banyak hal menarik yang bisa kita temukan. Hitung-hitung menghilangkan Stress” jelas reza bersemangat agar kakaknya tidak merengek minta pulang. Dgn begitu banyak perjuangan reza berhasil mempertahankan Oni.  “waaaaaah” jeriti oni girang. Dia loncat-loncat gak karuan. Reza kwalahana untuk menahan pergerakan Oni yang tidak terkendali.  “udah kak udah” bujuk reza. “lepasin aku.” Oni berontak dari kekangan reza. Berhasil. Oni berhasil lepas dari kekangan Reza. Kini dia berlari menuju pedangang stiker jalanan. Dgn cepat oni menarik satu grendel stiker dgn macam-macam model dan warna dari bintang idolanya. “hya.. mbak mau ngrampok saya yaaah” jerit penjual stiker. Oni tidak memperhatikan. Di asyiik meneliti satu persatu stiker yang ia pegang sekarang. Banyak model dan warna dari grafil angak ‘46’. No dari idolanya Valentino Rossi. “hyaaa. Kakak. Mau ngapain siih. Dirumah-kan punya banyak” protes Reza.  “mas…., gimana ini, mau beli apa Cuma lihat-lihat” protes penjual tadi kepada reza. Merasa dirinya harus bertanggung jawab, reza langsung membayar lunas sejumlah uang yang diminta si penjual stiker untuk barang yang sudah dirampas Oni.  “duuuh kakak, ini lihat barang gituan ajah langsung girang. Kan aku yang jadi susah” gerutu reza pada Oni, dasar kuping Congek, Oni seperti tidak mendengar gerutuan Reza, dia malah melahap habis mie ayam dalam mangkuknya. Reza mendengus kesal.  “dingin Rez..” Oni menggigil. Jaket yang ia kenakan tidak mampu lagi menahan dinginnya malam. “pakek jaketku aja kak..” reza melepas jaketnya kemudian mengenakan pada oni. “eh.. gak usah, nanti kamu kedinginan lagi” elak oni, dia juga tidak tega kalau reza sampai harus melepas jaketnya demi dirinya. “kalau gitu satu dingin semua dingin juga” usul oni dan melepaskan jaketnya. Keduanya hanya memakai t-shirt tipis. “sesekali menggigil kedinginan tidak apa-apalah, demi adik sendiri” tambah oni. Deg. Jantung reza berdetak kencang. Adik sendiri. Kata itu terasa hangat ditelinga reza. Baru sekarang setelah 4 thn ia menjadi bagian dalam hidup Oni. oni mengatakan adik sendiri. Biasanya jika ditanya, siapa anak laki-laki itu oleh temannya, oni selalu menjawab. “entahlah” atau jika mudnya sedang bagus oni akan menjawab “dia adik tiriku”. “kakak tadi bilang apa?” tanya reza tidak percaya. “sejak kapan adikku ini jadi kakek-kakek pikun” goda oni  “ayolah kak…” rengek reza bersemangat. Dia sangat ingin mendengar Oni mengatakan kata-kata itu lagi.  “apa yang ini. Sesekali mengigil kedinginan tidak apa-apa demi adik sendiri” oni mengulangi kata-katanya. “trimakasih kak” reza refleks memeluk Oni. dia sangat bahagia mendengar kata-kata itu. Sejenak reza berfikir dalam pelukan Oni. pelukan oni begitu hangat, ketentraman yang selama ini ia rindukan, kini ia temukan dalam pelukan Oni. tapi kenapa harus sekarang. Kenapa di saat kedua orang tua mereka memilih perceraian, kenapa sekarang. Batin reza sedih. Tidak terasa air matanya lembut mengalir menuruni pipinya. “hei gak usah gitu donk. Ayoh lepasin malu dilihat orang” jelas oni sambil mencoba melepaskan pelukan reza.  ~Tulitlut tulilut~  Ponsel Oni berbunyi, reza melepaskan pelukannya. Oni membaca is isms.  “ayah dan ibu tidak akan bercerai” girang Oni setelah melihat isi SMS dari ayah tirinya. “kita tidak akan berpisah, kita akan menjadi keluarga utuh yang sempurna” girang oni memeluk reza. Begitu juga dgn reza, kegembiraan membeludak dari dalam hatinya. Ternyata sewaktu Oni dan Reza keluar rumah. Kedua orang tua mereka membicarakan dgn seirus rencana bodoh ini. Ibu Oni menimbang-nimbang kembali keputusannya untuk bercerai begitu juga ayah reza. Perceraian bukanlah jalan terbaik. Untuk apa bercerai jika masih ada jalan lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar