Selasa, 06 September 2011

SEBAGIAN CERITAKU


Tittle               : CINTA ABADI

Author            : Zulai

Gendre           : Thriller, Romance, Sad

NB                  : Ok. Ini fiction ragak GeJe. Maksud aku mau buat crita yang panjang dan berarti, tapi entah kenapa tiba-tiba jadi Cuma narasi gini isinya. Dimaklumin yaah…!!!

STORY

Seorang gadis mantan narapidana. Dicintai oleh pria baik-baik yang bekerja sebagai tim SAR, keduanya bertemu saat sigadis masih mendekam didalam penjara, si pria tengah mengantarkan surat kekantor polisi untuk pemintaan sukarelawan narapidana pria dalam memperbaiki infastuktur bangunan-bangunan negara yang rusak terkena gempa beberapa bulan lalu. Keduanya bertemu, si pria menebus gadis tersebut dan membawanya pulang kerumah, keluarga si pria menerima kedatangan gadis itu, mereka menganggap ini adalah kewajiban mereka untuk merawat gadis ini. tinggal bersama dalam satu atap mendorong sipria untuk menyatakan isi perasaannya.

Keduanya kini menjalin hubungan kekasih tanpa sepengetahuan keluarga sipria. Disinilah kesalahan sipria, dia tidak mau terbuka dengan keluarganya. Sehingga saat sipria mendapatkan tugas untuk pergi keluar pulau membantu korban bencana, sigadis ia tinggalkan sendiri dirumah bersama keluarganya, dan pada saat itulah. Ayah dari sipria mencetuskan ide untuk menjodohkan sigadis dengan anak temannya. Tentu saja istri-nya sangat setuju karena mereka berdua sangat ingin melihat gadis ini hidup bahagia.

Hingga pada saat pertunangan itu tiba, sigadis merasa terjebak karena keluarga tersebut tidak memberitahukan maksud dari acara mewah malam itu, dia bertemu dengan calon tunangannya, seorang pria pegawai bank dengan wajah tampan, sangat tampan malah, melebihi sipria kekasihnya. Tapi hati sigadis sudah untuk kekasihnya, dia menangis dan menolak perjodohan tersebut. Membuat ayah murka, mencela sigadis dan bersikap dingin padanya. Hidup sigadis mulai saat itu terasa beku didalam rumah, dia hanya bisa meminta maaf setiap bertemu dengan ayah kekasihnya, dia hanya bisa menangisi nasibnya ditengah malam sambil berharap bahwa dimalam itu kekasihnya akan datang dan membelanya dihadapan keluarga. Dia terus berharap akan hal itu.

Sampai berita datang pada sigadis melalui mulut seorang teman. Kekasihnya telah gugur dalam tugas, dia terkubur dalam bangunan yang runtuh karena terkikis banjir. Rintihan parau kini menggantikan tangisan sigadis, dia merasa dihianati karena sebelum kepergian kekasihnya, kekasihnya mengatakan jika dia akan kembali dan mengungkapkan hubungan keduanya kepada keluarga.

Jasad sipria akan diserahkan kepada keluarga. Dimalam sebelum kedatangan jasad kekasihnya, sigadis tertidur didalam kamarnya dengan jendela yang terbuka, membuat gorden putih tipis yang tertutup melambai-lambai tertiup angin. Sigadis masih tertidur pulas dengan mata bengap. Bengap karena terlalu banyak menangis. Hingga saat pergantian hari. Datang sosok yang berdiri disamping ranjang. Sosok tersebut berpakaian serba putih, wajahnya sangat segar dengan sunggingan senyum yang hangat.

“maafkan aku karena tidak bisa menepati janji” kata sosok tadi dan perlahan menggilang.

Sigadis merasakan desiran udara yang menyapu tubuhnya, membuatnya terbangun dari tidur dan mendekati jendela kamar,menutupnya kemudian duduk dihadapan meja riasnya.

Lama gadis itu duduk di depan meja rias, menatap biasan dirinya di cermin, akhirnya gadis itu menggerakkan tubuhnya dan berpaling pada laci meja riasnya, mengacak-acak isi laci dan menangkap sebuah benda berkilau, dia menarik sesuatu yang terselip di benda berkilau tersebut, sesuatu yang lancip dan berkilau juga. Setelah selesai dengan benda berkilaunya, gadis itu mengenggam benda berkilau tersebut dengan kuat ditangan kananya, kemudian berjalan menuju ranjangnya. Ia merebahkan tubuhnya tepat ditengah ranjang. Mengengenggam erat benda tajam berkilau yang ternyata adalah pisau lipat dengan kedua tangan dan menmpatkannya didepan dada, ia menutup matanya dan mencoba mencari posisi ternyaman. Usai sudah, yang ia lakukan kini mengangangkat tinggi-tinggi pisau lipat tersebut dan menghujamkannya tepat di dada. Menancap dengan kuat, mengoyak jantung dan membocorkannya. Darah segar menyeruak dari mulut dan dadanya. Dia mendelik Karena sakit bukan main yang ia rasakan, hingga akhirnya, demi memudahkan kematiannya sendiri, gadis tersebut mengoyak dadanya yang membuat kulit disekitar sana terkoyak dan menganga lebar. Semakin banyak darah yang bermuncratan, mengotori bad cover warna putih dan gaun malamnya. Kekuatan terakhir yang gadis tersebut miliki, dengan terbata-bata namun pasti dia mengucapkan kalimat terakhirnya.

“ha-nya di-a alas-an ku un-tuk hi-dup”

DEG. Detakan jantungnya untuk terakhir kali. Matanya mendelik dengan kedua tangannya masih mengenggam pisau lipat yang masih menancap didada.

Untuk gadis ini bukanlah hal sulit untuk membunuh hidupnya sendiri, dia sudah pernah membunuh hidupnya ketika membantai keluarganya, gadis itu sangat benci kepada ibu tiri dan 3 saudara tirinya. Hidupnya dulu bagaikan Cinderella, sampai akhirnya datang bisikan setan untuk membebaskan dirinya dari syndrom Cinderella. Dia membantai keluarganya kecuali adik dan ayah kandungnya. Polisi menjatuhi hukuman 10 thn penjara tapi dia hanya menjalani 2 thn dipenjara dikarenakan dibebaskan oleh kekasihnya.  Dan sekarang, dia kembali mengulang kesalahannya, membunuh hidupnya untuk kedua kali.

Dipagi hari, saat jasad seorang pria dipulangkan kerumahnya, geger menjalar disebuah rumah. Ditemukan mayat gadis dengan pisau menancap didada. Bukan pemakanan tunggal yang dilakukan, melainkan pemakaman 2 jasad. Makam mereka berdampingan. Keluarga menangis tiada henti.

++++

Sebuah taman, penuh dengan bunga mawar Biru. Bunga yang indah dan melambangkan keabadian cinta dan dapat juga diartikan sebagai imaginasi, misteri, tak dapat disentuh atau ketidakmungkinan lainnya. Bunga yang mengartikan bahwa seseorang yang sangat mencintai begitu dalam pasangannya. Mawar biru, menggambarkan kebekuan cinta karena cinta itu tidak akan pernah leleh dan tetap abadi.

 Dan disanalah. Sepasang kekasih yang berjalan bersama bergandengan tangan menyusuri taman dengan rumput hijau bertelanjang kaki. Berkali-kali mereka saling bertatapan mesra.

++++


Sorry kalau ceitanya GeJe yaaahhh………

SEBAGIAN CERITAKU


Tittle               : Sayap Seorang Gadis

Author            : Zulai

Gendre           : Fantasy

Nb                   : Hany Asebuah fIKSI, bilamana ada yang tidak berkenan dihati mohon dimaafkan

STORY

Gadis tersebut terus saja berdiri di sana, di halte bus yang sudah kosong. Hanya bertemankan terang bulan dan pekatnya malam, dia tetap berada disana, mengecek jam tangannya dan mencoba menghangatkan tubuh dengan cara menggosok-gosokkan tepalak tangannya satu sama lain.

02:00 am.

Gadis itu masih berada disana, entah apa yang ia tunggu, bus yang berhenti tidak ia naiki, tawaran cold tidak ia hiraukan. Menunggu apa gadis ini??. entahlah, yang tahu hanya dia saja.

03:00 am

Dari arah samping kiri gadis tadi berjalan seorang pria dengan jaket hoody warna hijau. Pria tersebut berjalan sangat cepat, seperti tergopoh-gopoh. Gadis itu tidak menyadari keberadaan si pria, sampai pria tadi terbatuk.

“uhuk uhuk”

Gadis itu menoleh kearah suara. Didapatinya pria tadi sedang tertunduk-tunduk karena batuknya. Merasa khawatir, gadis itu mendekati pria batuk tadi dan menyapa.

“anda tidak apa-apa tuan?” sapa gadis tadi ramah. Si pria kini mendongakkan wajahnya menatap sigadis.

“tidak” pria tadi menggeleng dengan tangan kanannya menekan dadanya. “aku tidak papa. Trimakasih sudah peduli padaku” tambah si pria.

Gadis tadi kini menjauh dan berjalan menuju halte kembali. Duduk disalah satu kursi tunggu yang telah disediakan.

“boleh aku duduk disampingmu?” tanya si pria yang ternyata sudah berada disamping gadis tadi.

Sigadis mengangguk ramah. Pria tersebut duduk disebelah gadis tadi tepat.

“itu cincin pernikahan?” terdengar nada ragu-ragu saat si pria menanyakannya. Gadis tadi tersenyum kecil dan menggeleng.

“tidak. Jadi dari tadi tuan memperhatikan jemariku. Hahahah…, lucu sekali” tanggapan sigadis membuat pria tadi malu.

“ini hanya cincin pasangan…, kami membelinya saat berlibur bersama ke Jogja” jelas sigadis bersemangat dengan memandangi cincin berwarna perak bertahtahkan batu hitam pekat yang menghiasi jari manisnya.

“indah sekali” puji sipria.

“trimakasih. Tuan adalah orang pertama yang memuji cincin kami ini” lagi-lagi jawaban si gadis membuat pria tadi malu.

Keduanya bercengkrama sepanjang malam, membuat kedekatan diantara mereka berdua semakin erat, meskipun baru bertemu tapi keduanya sudah terlihat seperti teman lama yang baru saja bertemu.


“anda percaya dengan malaikat pencabut nyawa” tiba-tiba saja sigadis menanyakan hal tersebut.

Si pria menautkan kedua alisnya “kenapa tiba-tiba kau menyakan hal itu?”

“hah..,sudahlah  itu hanya pertanyaan konyol. sudah jangan dihiraukan” ujar sigadis.

Diam. Tidak terjadi percakapan seperti tadi diantara keduanya sekarang, sekian menit hanya hening, baru ketika si pria melirik gadis yang duduk disebelahnya melalui ekor matanya. Pria tadi terlonjak kaget. Gadis tadi memiliki sayap berwarna putih yang mengepak ringan dibelakang punggung.

Sigadis menyadari kekagetan pria disampingnya.

“apakah tuan dapat melihatnya?” sigadis menyakan hal tersebut hati-hati. Takut jika dugaannya salah.

“ehem” angguk si pria pelan.

“benarkah” mimic wajah sigadis terlihat gembira.

“kau…, siapa kau” tanya si pria ketakutan sembari berdiri dari duduknya, mencoba menjauh secara perlahan. Sigadis menyadari pergerakan pria tersebut dan ikut beranjak dari duduk.

“anda tidak perlu takut. Aku bukanlah hantu atau apa?” jelas si gadis.

“kalau kau bukan hantu lalu apa?, kenapa ada sayap dipunggungmu” tuduh sipria.

“ini” gadis itu melirik sayapnya yang masih mengepak ringan. “ini adalah sayapku. Aku adalah manusia dengan kelebihan tersendiri tuan” jelas si gadis.

“maksudmu apa?”

++++

03:30 am

“kalau begitu kau sama denganku” tegas si pria.

“ehem. (angguk si gadis mantap) hanya saja aku memiliki sayap yang dapat memudahkanku untuk terbang, tidak lebih. Hanya itu kelebihan dari kami” jelas sigadis.

“kamu tidak bisa membaca fikiran manusia, melihat kemasa depan, menyembuhkan luka. Seperti itu?”

“tidak. Aku tidak bisa melakukan hal-hal tersebut”

“jadi kelebihanmu hanya terbang. Itu saja.., tidak ada yang lainnya” pria tersebut masih heran dan tidak percaya.

“iya”

“bisa kau tunjukkan bagaimana saat kau terbang” usul si pria. Gadis tadi tersenyum tipis dan beranjak dari kursinya. Menjulurkan tangannya kepada si pria, seolah mengajak si pria untuk terbang bersamanya.

“apa?”

“tuan mau ikut terbang bersamaku?” ajak sigadis.

“tidak trimakasih”

“baiklah. Dada” sedetik kemudian gadis dihadapan si pria sudah menghilang menembus langit, meninggalkan si pria sendirian.

Heran, kenapa hal aneh tersebut menimpa dirinya, si pria beranjak dari kursinya dan memandangi lagit.mencoba mencari dimana gadis itu.

“uhuk uhuk” kembali .batuk si pria menyerangnya. Semakin sakit dan sakit, dada si pria terasa sesak dan gatal.

Batuknya semakin menjadi, si pria menutupi mulutnya dengan membekap menggunakan kedua telapak tangannya, terasa lengket di telapak tangannya, pria tadi melepaskan bekapan dan melihat cairan merah ditelapaknya, darah. Ini akhir pikir si pria. Kembali si pria batuk dan batuk. Bahkan batuknya kali ini terasa sangat sesak. Nafasnya habis karena terus-terusan batuk. Dadanya terasa berat dan desahan nafas terakhir keluar dari raganya.

Sipria tergeletak dihalte bus sendirian dalam dingin.

“sekarang saatnya” gumam sigadis yang entah darimana sudah berada di samping tubuh sipria. Gadis tersebut mengusap perut sipria lembut setelah itu menggerakkan tangannya seperti menarik sesuatu. Cukup sulit. Kringat mulai memenuhi kening sigadis. Dan dengan usaha yang lebih keras. Gerakan menarik itu ia tambahkan dengan hentakkan cepat keatas. Akhirnya. Sesuatu yang dicari keluar. Sebuah cahaya yang berpendar sangat terang terangkat dari pusar sipria. Benda aneh tersebut mengambang diudara untuk waktu yang sedikti lama, sampai pada akhirnya gadis tadi mengangkat tangannya yang bertahtahkan cincin ke udara dan secara perlahan. Benda bercahaya tersebut terbang menuju cincin sigadis dan terserap kedalam batu hitam pekat

“akhirnya. Trimakasih tuan, telah ikut berpartisipasi dalam tugasku hari ini. akan kujaga jiwamu dengan sangat baik. Permisi” gadis tersebut mengepakkan sayapnya cepat dan terbang lurus kelangit. Meninggalkan jasad si pria sendirian dalam dingin dihalte bus.

Beginilah pekerjaan seorang pencabut nyawa. Terbang kesana-kemari untuk mencari pekerjaan, menyamar sebagai manusia dengan kelebihan saat manusia itu menyadari fisik aslinya.

Jadi alasan kenapa sigadis terus-terusan berada dihalte bus, menolak setiap tawaran angkut yang lewat adalah ini. menunggu kedatangan pria yang akan ia ambil nyawanya.