Sabtu, 31 Maret 2012

PUISI


<<AKU GILA TANPA TATAPANMU>>
Hanya dengan tatapan sihirnya aku terjatuh kelubang cinta.
Dia menatapku tajam dan intens membuatku bergidik ketakutan.
Namun dibalik rasa takutku terdapat sebuah kesenangan.
Perasaan senang karena dia menatapku.
Sudah seperti pengisi tenaga saja.
Tanpa ada tatapannya hidupku terasa hampa.
Aku gila jika tidak melihat tatapannya.
Aku bingung dan tidak sempurna tanpa tatapannya.
Hanya dia yang mampu memberikan tatapan seperti itu padaku.
Entah kenapa rasanya berbeda dengan tatapan mereka yang berada disampingku.
Tatapannya mengandung sebuah makna dalam.
Aku tidak berani berfikir jika tatapannya akan hilang.
Jika tatapan sihirnya tidak lagi ada.
Menyisahkanku dengan kehampaan.
Aku bisa gila tanpa tatapannya.
Aku bisa jadi gila karenamu.
Karena tatapan matamu.
+++++
<<PERSIMPANGAN>>
Dimalam saat kau mengatakan kalimat manis itu.
Dimalam itu pula aku mencintaimu.
Menganggap jika cinta kita benar-benar cinta.
Selembar puisi tercipta semenjak hari itu.
Semakin banyak setiap harinya.
Hingga sebuah bendel terbentuk.
Dimalam yang berbeda.
Kau mengatakan kalimat mengerikan itu.
Kita berpisah dipersimpangan.
Tidak ada lagi upaya darimu untuk berjalan dijalan yang sama denganku.
Persimpangan ini?.
Kenapa harus ada?.
Jalan yang kita tempu kini berbeda.
Tidak ada lagi puisi yang tercipta.
Yang ada hanya tetes air mata di setiap lembar buku yang akan kutulis.
Puisi itu kini telah hilang.
Hanya ada kertas-kertas kosong berhias air mata kering.
Kembali aku bertanya.
Kenapa ada persimpangan?.
Tidakkah pernah kau berfikir untuk mengulang kembali kisah kita.
Tidakkah kau berfikir jika aku terluka.
Aku terluka karena ada persimpangan itu dan kau memilih berjalan sendiri-sendiri.
Aku terluka karena pilihanmu.
+++++
<<DIA MENINGGALKANKU>>
Tidak peduli apapun.
Hanya kau yang kutunggu.
Melepaskan kebahagiaanku hanya untuknmu.
Menutup perasaanku pada mereka.
Karena aku tahu jika perasaanku terlalu banyak untukmu.
Ini menyakitkan.
Kutunggu dan menunggumu selalu.
Berharap kau akan datang dengan senyummu.
Aku tidak berharap kau akan membalas perasaanku.
Aku hanya ingin melihatmu.
Mengetahui apa kau baik-baik saja.
Tidak lebih.
Tapi selama aku menunggu.
Menunggu dengan mengumpulkan banyak air mata.
Kau malah tidak datang.
Mereka bilang kau melupakanku.
Aku tidak peduli akan hal itu.
Tapi bisakah kau berdiri dihadapanku.
Dan tersenyum padaku.
Agar kerinduan dihatiku hilang.
Aku tidak ingin dan tidak membayangkan.
Jika kau akhirnya akan meninggalkanku.
+++++
<<DUA TETES AIR>>
Kita ibaratkan dua tetes air
Yang bertemu di danau kehidupan..
Kadang orang yaris memisahkan kita
Tapi pada cinta kita bebankan

Namun angin yang lembut telah membawaku
Kuberikan cinta agar kau bisa melihat orang yang kau sayang
Sampai nanti kita bertemu kembali
Sebagai 2 bintang di angkasa

++++++

<<<CONSPIRASI>>>

Bahkan aku tidak begitu mengerti dengan arti kata CONSPIRASI.
Tapi sekarang dengan nyatanya aku mengatakan ini sebuah CONSPIRASI.
Kalian membuangku dan aku mengambil.
Membuang dan mengambil.
Tidak seharusnya kalian memilih tindakan itu.
Senjata makan tuan, Kalian merasakannya?.
Apa rasanya menyenangkan, sangat nikmat dan menggembirakan.
Kurasa seperti itu Karena sekarang itulah yang kurasakan.
Ulat dalam buah?.
Terserah. Karena aku sudah kalian buang dan menggerogoti dari luar.
Ulat diluar buah. Itu lebih tepat.
Senang rasanya menyakiti.
Seperti VICTORY yang jarang sekali didapatkan.
Ini langkah. Karena kalian membuangku dan aku merusak.
Sebuah CONSPIRASI bawah tanah.
Menjerembakkan dari bawah kaki kalian.
Teruslah berjalan.
Berjalan agar kalian selamat dan tidak terjerembab.
CONSPIRASI ku.
Akan menghancurkan kalian perlahan-lahan.
++++++
<<<KEBINGUNGAN>>>
Hanya mampu melihatmu dari kejauhan.
Mengagumi dari pandangan.
Mencari dari perasaan.
Mencintai dari harapan.
Hamba lemah dan tidak berdaya.
Disebut cinta hamba tak kuasa.
Titih benih air menetes terasa bagai surga.
Sama hal dengan dia yang menjadi surge di hatiku yang gersang.
Semburat senyumnya membawaku ke awang.
Sekilas tatapannya menenggelamkanku kelautan.
Sebisik suaranya membuatku menahan nafas.
Hamba benar-benar tak kuasa.
Katakan ini cinta jika suatu ketika kami akan bersama.
Katakan ini jalan kehidupan jika hanya sebagai pemanis.
++++++
<<<>>> 




CRIMINAL


CERPEN : CRIMINAL
AUTHOR : ZULAIPATNAM
GENDRE : ACTION, ROMANCE, LIFE
RATED : [PG 13+]
NB : hanya mau bilang. Tolong dimaklumi kalau ada TYPOnya. Soalnya aku capek dan belum semua tipo aku ganti.
<<<STORY>>>
“mulai sekarang menjauh dari Gilang!.” Gertakku. Aku benci jika harus melakukan hal seperti ini. Itu akan membuat image baikku hancur dan banyak orang yang akan membenciku nantinya. Apalagi yang lebih parah adalah aku akan di CAP sebagai gadis yang sok. Aku tidak mau semua itu menimpaku, tapi aku harus bagaimana lagi. Turnamennya berlangsung 3 hari kedepan dan bocah ini selalu datang untuk mengganggu anak buahku. Tidak akan kubiarkan.
“kau punya hak apa untuk melarangku mendekati sahabatku sendiri, hah?. Cih, dasar cewek sok.” Oh Nooo. Baru saja aku mengkhawatirkan tentang sebutan ini dan sekarang sudah ada yang mengucapkannya.
“kau.” Aku menunjuk-nunjuk muka bocah ini. Dia lebih tinggi dariku sekitar 10 cm dan aku harus mendongak keatas untuk melihat tampangnya yang bodoh itu. “dengar yah bocah…, tidak bisa kau lihat jika sa-ha-bat-mu itu sekarang sedang sibuk berlatih untuk turnamen 3 hari kedepan. Jadi bisakah kau berhenti menganggunya agar dia bisa lebih berkonsentrasi. Bukankah itu yang kau harapakan agar temanmu berhasil dan sukses. Benarkan?.” Kataku menggurui dengan nada yang kucoba untuk sangat-sangat halus.
“kau. Cewek sok yang egois.” Ucapnya cepat.
“apa kau bilang?.”
“cewek sok yang egois. CEWEK SOK YANG EGOIS.” Dia bahkan mengulangnya dengan sangat keras. Aduuuh…aku sudah tidak punya muka lagi didepan pelatih dan anggotaku sekarang. huh kenapa bocah ini harus menyulut emosiku sih tadi.
“diamlah!.” Bentakku tidak kalah keras. Kurasakan hiruk pikuk arena latihan menjadi sunyi. Pasti mereka berhenti dan menatapku semua.
“okey (kutarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kuat.  Wuuusssh) begini saja. Aku mohon padamu. Kau bisa bebas menggunakan Gilang sebagai sahabatmu lagi dengan bagaimana adanya. Tapi, untuk sekarang ini. Bisakah kau membuat Gilang untuk berkonsentrasi dan focus pada turnamen. Oke?.” Tawarku bersabar. Jika saja saat ini hanya kita berdua, barang tentu kau akan menerima pukulan dari sepatu rodaku ini.
“Gilang.” Teriakku membahana. Beberapa detik kemudian Gilang datang dengan tampang pucat pasih.
“kenapa mukamu?. Kau terlihat pucat?.” Tanya bocah tengik di depanku sok perhatian.
“benarkah?.” Gilang meraba-raba wajahnya.
“apa kau berlatih dengan keras?, kau disiksa di sini oleh cewek sok dan egois ini?, kau dijadikan mesin untuk mendapatkan piala bagi mereka?. Aduuh kenapa nasibmu sangat kasihan sobat…” dia bahkan sekarang meracau tidak jelas. Hah. Kesabaranku sudah habis.
“bawa pergi sahabatmu ini dari arena latihan. Pastikan dia tidak akan pernah kembali sampai kau berhasil lolos di turnamen. Mengerti?.” Titahku pada Gilang . dia mengangguk dan mulai menarik temannya keluar arena.
Kekuasaanmu sekarang yang menjadi taruhannya.
++++++
“kau pindah rumah lagi?.” Tanyaku tidak percaya. Ini sudah ketiga kalinya pacarku, Reza Gunawan. Berpindah tempat tinggal dalam kurun waktu 6 bulan.
“iya. Habisnya tempat tinggalku yang dulu kurang nyaman. Fasilitas airnya sering macet.” Keluhnya sambil menata buku-buku tebal berbahasa inggris.
“kau itu terbelenggu zaman purba?.” Ucapku seenaknya. Reza menautkan kedua alisnya memandangku menunggu penjelasan.
“nomaden. Berpindah-pindah dan tidak puas dengan apa yang ada dan diberikan di satu tempat. Itu pemborosan uang, tempat tinggal, tenaga dan waktu. Kau melakukan ke-4 hal tersebut 3 kali dalam 6 bulan terakhir.” Jelasku akhirnya. Reza tersenyum saja.
Akan kuceritakan bagaimana awal kami bertemu. Reza adalah seorang foto grafer dan aku adalah satu dari sekian banyak murid di tempat prifatnya. Aku suka memotret benda dan diriku sendiri, karena itu adalah hobiku selain sepatu roda. Kami menjadi dekat setelah Reza berhasil melatihku menjadi professional dan aku membawakan juara ke-2 foto grafer se provinsi. Kami saling dekat hingga akhirnya aku memutuskan untuk menembak Reza memintanya menjadi pacarku. Kalian pasti menyangka jika aku terlalu bodoh dan tidak punya malu untuk menembak cowok terlebih dahulu. Tapi itulah aku, aku menghormati perjuangan R.A Kartini dan memanfaatkan perjuangannya itu sebaik-baiknya. Untuk apa malu jika akan membawa kebahagiaan padamu. Dan nyatanya memang benar, Reza juga menaruh rasa padaku. Aku sangat senang dan hubungan kami bertahan sampai hampir 1 thn tepat 1 setengah bulan kedepan.
Aku membantu Reza menata buku-buku tersebut. Satu buku yang kulihat cukup menarik. Berjudul ‘sasaran’, ehm…sepertinya itu buku album. Kubuka perlembar album tadi dan mendapatkan sesuatu yang menarik didalamnya. Foto-foto itu sangat indah, diambil dari segala sisi. Tempat yang selama ini kulihat sebagai tempat yang biasa saja didalam foto ini disulap menjadi tempat yang penuh dengan seni, keunikan, keagungan, dan karisma dari bangunan yang menjadi tempat rapat dan kantor DPR.
++++++
“pakai sepatu roda kalian dan cepat pergi ke lapangan!. Pelatih sudah menunggu kalian.” Printahku pada 3 gadis berperawakan mungil yang manja-manja. Mereka adalah tiga anggota baru yang akan segera di seleksi dan pantas masuk ke grup apa. A,b,c, atau d.
Ketiga gadis tadi pergi melewatiku menuju pelatih yang sudah bersiap-siap dengan jurnal latihan dan kertas penialaian untuk mereka di tengah lapangan. Karena lelah aku duduk di bekas tempat ketiga gadis tadi. sambil mengatur nafas aku mengingat kejadian itu.
++++++
Ada apa ini?. Semua orang berdiri didepan pintu pengadilan dan hanya aku yang tidak diizinkan masuk. Mereka sedang membicarakan apa aku juga tidak tahu. Siup-siup kudengar hukuman 15 thn. Apa maksud semua ini?. Para reporter menyerbu kedepan pintu, membuatku terhimpit. Perlahan aku mundur. Hanya melihat dari kejauhan Reza yang keluar dari pengadilan dengan di kawal oleh banyak polisi dan didampingi beberapa orang berbaju hitam. Blitz kamera menerpa tubuhnya yang tinggi tegap, dia mengenakan kemeja warna putih bersih dengan kopyah hitam. Kenapa disaat ini dia terlihat sangat tampan?.
“apa yang terjadi didalam sana?.” Tanyaku ketakutan pada seorang pria yang tidak kukenal.
“tidak ada.” Jawabnya ketus. Menatapku tajam dengan isyarat –cepatlah pergi-.
~TOP NEWS~
sudah diputuskan oleh pihak pengadilan. Bahwa Reza Gunawan akan difonis hukuman 15 thn penjara karena merencanakan pem-bom-an di gedung DPR. dia sudah menyiapkan miniatur pesawat garuda boing 737 yang telah dimodifikasi. Pesawat tersebut sudah diisi dengan bahan peledak seberat 2,26 kilogra. Dia bakalan melancarkan serangan mautnya ke gedung DPR dari sebuah taman di dekat gedung melalui ponsel yang sudah di modifnya menjadi remote control jarak jauh. Aksinya benar-benar sangat rapi. Dia menyamar sebagai foto grafer dan hampir setiap akhir pekan pergi kesana untuk sekedar memotret dari berbagai sudut, hal itu dilakukannya untuk memuluskan rencana. (harian kota. Ad/def)
Tepat dihari jadi kami yang pertama brita itu keluar. kuremas Koran itu dan membantingnya. Aku tidak percaya jika Reza selama ini merencakan hal sekeji itu di belakangku. Dia adalah criminal dan aku sama sekali tidak menyadarinya. Kau gadis jadi gadis bodoh sekali. Kujambak-jambak rambutku frustasi.
Sejak saat itu aku sudah tidak pernah melihat Reza kembali. Dia menghilang dan hanya menyisahkan gambar digitalnya di TV dan internet. Setiap hari aku hanya dapat melihatnya melalui Tv dan computer, dia menjelma bak artis. Tidak pernah sekalipun brita tidak menampakkan wajahnya dan segala tentangnya. Bahkan sialnya sekarang ada banyak wartawan stasiun Tv yang setiap harinya berdiri didepan rumah untuk meminta informasi dariku.
“aku tidak tahu apa-apa.” Hanya kalimat itu yang terlontar dari mulutku setiap mereka mengerubung.
Bahkan di tempat latian sepatu roda ada mereka. Itu membuatku tidak konsen. Beruntung turnamen sudah terlewat. Jika tidak aku bersumpah akan mengusir mereka dengan tanganku sendiri.
Mulai saat itu terjadi. Aku dan Reza sudah tidak akan pernah berkomunikasi kembali. Dunia kami berbeda sekarang, dia adalah criminal yang paling popular di negeri ini berkat rencananya yang rapi untuk menghancurkan gedung DPR. kisah cinta kami berakhir saat itu. Bukannya aku tidak setia padanya, dalam hatiku aku merasa hancur dan tertipu. Tapi keadaan yang memaksa kami untuk tidak berhubungan. Keluargaku bukan keluarga sembarangan, ayah adalah seorang anggota DPR juga. Itu sudah cukup untuk memaksa hubungan kami usai. Ayah menganggap jika Reza mendekati hanya untuk mengorek informasi, tapi aku berani bersumpah. Reza tidak pernah sekalipun menanyakan masalah-masalah politik kepadaku selama kami berkencan. Namun apa daya, semua sudah terjadi.
+++++++
“bukankah kau gadis yang dulu sering masuk Tv karena memiliki pacar seorang criminal?.” Tanya salah satu dari tiga gadis mungil tadi.
Aku terbangun dari lamunan. Yah ampun, sudah berapa lama aku hanya duduk ditempat ini dan memikirkan masa lalu.
“apa?.” Tanyaku. Sebenarnya aku tahu apa maksud gadis ini, tapi ini hanya untuk mengulur waktu.
“kau gadis yang menjadi pacar dari si criminal Reza Gunawan itu kan?.” Ulangnya lebih spesifik. Aku tersenyum kecut lalu beranjak dari tempat duduk.
“bagaimana?. Kalian bertiga masuk grup apa, a,b,c, atau d?.” tanyaku balik dan beranjak pergi melewati mereka.
Sayup kudengar percakapan mengomentariku.
“aku yakin jika dia gadis itu.”
“benarkah?.”
“iya.”
“waah   jika ibuku tahu kalau ketua club ini adalah gadis itu, pasti aku tidak diperbolehkan ikut club ini lagi.” Rengeknya.
Bagaimana bisa mereka memandangku seperti itu, kadang ada yang mengatakan jika aku keren karena sudah berpacaran dengan seorang criminal, ada pula yang menyebutku gadis berbahaya. “jika dia berpacaran dengan seorang criminal. Aku yakin dia sudah terkontaminasi. Kenapa polisi tidak ikut menangkapnya?.” Mereka kira aku ini apa?, seenaknya mengatakan hal seperti itu. Kau fikir criminal itu adalah virus apa?.
“sudah jangan hiraukan.” Pelatih merangkulku.
“ehm” aku tersenyum. “trimakasih.” Ucapku.
“cepat kondisikan anggotamu. Kita akan latihan secara lengkap. Dari pemanasan sampai belajar teknik baru yang baru kudapatkan.” Titah pelatih. Aku mematuhi dan mengumpulkan semua anggota yang berjumlah sekitar 20-an.
“apa kau belajar sepatu roda agar nanti jika menjadi buronan kau bisa kabur dengan cepat?.” Sebuh pertanyaan yang membuaku marah, pertanyaan itu datang dari seorang bocah sahabat Gilang. Aku tidak percaya jika bocah itu akan mengikuti club ini. Alasannya dulu sangat sederhana. Supaya tidak berpisah dengan Gilang. Apa bocah ini homoseksual?.
Kembali aku tersenyum menanggapi pertanyaan bocah itu.
“tentu saja. Aku sudah berlatih dengan keras sampai menjadi pemain tercepat di club ini selama 9 thn. Semua itu untuk apa?. Tentu saja untuk hal yang kau tanyakan tadi.” jawabku mengiyakan.
“jadi itu semua benar?.” Tambahnya.
“ya.” Jawabku lugas dan singkat.
Semua disini terdiam. Pelatih bahkan hanya mengatupkan mulutnya rapat-rapat.
“ada apa denganmu?.” Tanya pelatih saat melihatku yang tengah menyendiri di ujung arena latihan.
“entahlah. Sejak tadi aku terus-terusan memikirkan tentang Reza.” Gelengku kuat-kuat.
“Oni.” Panggil pelatih. Aku menyahut dengan berdehem.
“jangan terlalu memikirkan hal ini. Kau gadis yang kuat dan memiliki masa depan cerah. Jangan buat masa lalu menghambatmu.” Hibur pelatih.
“trimakasih pelatih.” Ucapku.
“sudah 5 thn kejadian itu berlalu. Kau harus bisa menata hidupmu dan menjadi wanita yang kuat.” Kembali bosa memberikan kata penyemangat.
++++++
Jangan buat masa lalu menghambatmu.
Kalimat itu menggema di kepalaku. Aku menatap beberapa bingaki foto didalam kardus yang sudah berdebu tebal yang kutarik dari kolong tempat tidur. Sengaja kusimpan kardus ini disana agar ayah tidak menemukannya.
Mungkin benar juga yang dikatakan pelatih. Jangan buat masa lalu menghambatmu. Perlahan-lahan kukeluarkan bingkai-bingkai foto tadi dari dalam kardus, menatanya berjajar di lantai. Ini adalah hasil jepretanku saat les prifat dengan Reza. Memajangkan beberapa foto narsis gila kami berdua. Foto saat berlibur, sekedar makan es cream, berjalan di trotoar, saat aku menjuarai turnamen sepatu roda, saat Reza lulus dari universitasny. semua kenangan itu terlalu indah untuk kulupakan. Tapi jika tidak kulupakan semuanya akan membuatku sakit. Aku harus bagaimana?.
Tidak sanggup aku harus menerima beban ini. Setiap malam fikiranku melayang pada Reza yang meringkuk di sel khusus, dia kedinginan, apa dia disiksa oleh polis-polisi disana sebagai pelampias amarah. Bagaimana tersiksanya Reza didalam sana. Kisah ini sudah menyiksa batinku.
Tok…!! Tok…!! Tok…!!
Ketukan di jendela. Aku mengernyit ketakutan, ada sosok berdiri disana. Kudekati dengan gugup jendela kamar dan membuka tirainya.
Bukan main terkejutnya aku saat itu, Reza berdiri dihadapanku dengan tampangnya yang lelah dan kotor. Dia mengenakan jaket kulit hitam dan celaan pendek khas penjara.
Sesaat setelah dia memasuki kamarku. Kupeluk Reza erat-erat. Aku merindukan lelaki ini. Criminal ini.
“kenapa kau lakukan ini padaku?.” Tanyaku tidak bisa membendung keingintahuanku.
Reza memelukku erat. Dia merengkuh tubuhku didalam dada bidangnya.
“izinkan aku memelukmu saja untuk saat ini!.” Pintanya.
Aku semakin terisak mendengar ucapannya. Bagaimana hal ini terjadi disaat aku berusaha untuk melupakannya. Reza. Seandainya waktu dapat kuputar dan mencegahmu melakukan hal bodoh itu, aku bisa memastikan hidup kita akan bahagia.
“bagaimana bisa kau melakukan hal seburuk itu padaku?.” Aku masih terisak saat mengatakannya. Reza megelus puncak kepalaku.
“ceritanya panjang. Jika kuceritakan padamu kau juga tidak akan mengerti.” Jawabnya.
“kau menganggapku bukan siapa-siapa?. Kau menganggapku hanya sekedar seseorang disampingmu saja. Iyakan? Oleh sebab itu kau tidak pernah mengatakan tentang ini semua kepadaku.” Amarahku tidak bisa terkendali. Kupukuli dada Reza dengan membabi buta.
“lakukan sepuasmu, sayang.” Ucapnya menahan sakit.
Reza kabur dari selnya, dia sudah merencakan ini lebih dari 2 thn dan baru saat ini waktu yang pas. Dengan sedikit kekayaannya, Reza menyuruh pengacara memberi sedikit uang pada petugas dan Reza berhasil keluar dari sel dengan cara melompati pagar setinggi 7 meter. Dia dijemput oleh beberapa temannya yang satu misi lalu diantar menuju rumahku.
“kenapa kau memajang foto-foto kita dilantai?.” Tanyanya sambil mengambil salah satu foto saat kami berjalan bersama di trotoar.
“kau terlihat sangat cantik di foto ini.” Pujinya. Sudah lama aku tidak mendengar gombalan khas Reza. Yah..sejak kejadian itu.
“tentu saja. Aku akan selalu terlihat cantik di manapun. Bahkan di trotoar.” Sombongku. Reza memelukku kembali dan kami bersandar di ranjang.
“nanti pagi negeri ini akan gempar. Semua brita akan memberitahkan aku yang berhasil kabur dari sel penjara.” Dia tersenyum sinis dengan mata yang menerawang.
Mendengar itu, kesedihan dihatiku kembali menyeruak.
Malam semakin larut dan aku tertidur dalam pelukannya. Reza memelukku sepanjang malam.
+++++++
~TOP NEWS~
Reza Gunawan benar-benar telah menggemparkan negeri kita. Setelah 5 thn yang lalu hampir berhasil menge-bom gedung DPR dengan alatnya yang canggih. Sekarang, pria yang kini berusia 27 thn itu resmi menjadi buronan polri. Bahkan Kapolri sengaja meminta pemerintah negara Malaysia,Bruney Darussalam,Papua Newgini,dan Singapura untuk siaga serta siap menangkap Reza Gunawan. Kapolri mengambil langkah cepat agar Reza tidak kabur keluar negeri, karena jika itu terjadi maka akan merepotkan bagi polri. Diperkirakan akan terjadi hal mengejutkan dalam jangka waktu kedepan jika Reza Gunawan tidak kunjung ditemukan dan ditangkap. (News Line /Yus/Pot).
Benar sekali apa yang dikatakan Reza, saat aku terbangun dia sudah tidak berada disampingku. Dia meninggalkanku begitu saja. Hatiku terasa hancur kembali. Foto-foto yang terserak dilantai sudah tidak ada, kucoba mencarinya di dalam kardus tapi kardus itu juga tidak ada. Apa mungkin ayah membuangnya. Segera aku berlari kepintu. Terkunci. Berarti ayah tidak mengambilnya. Aku berfikir…, apa Reza yang mengambilnya?. Untuk apa?.
++++++
Di tempat latihan sepatu roda. Bocah yang mengaku sahabat Gilang mendekatiku.
“hei. Aku dengar pacarmu kabur dari penjara. Apa itu benar?.” Dia bertanya dengan gayanya yang sok.
“aku tidak tahu. Kalau kau mengetahuinya dari Tv lebih baik kau tanya saja pada Tv.” Jawabku ketus.
“hah. Dasar gadis bodoh. Bagaimana bisa Tv menjawab pertanyaanku. Imajinasimu itu tinggi sekali.” Dia mencibirku.
“pergilah!.” Titahku. Aku tidak ingin diganggu untuk saat ini.
“kurasa kau butuh refresing.” Sarannya sambil melangkah menjauh.
Refresing?. Entahlah. Semalam aku sudah refresing dengan bertemu Reza. Itu lebih untuk membuatku bersyukur dan tenang. Tapi pagi ini setelah aku mendengar brita dan membaca Koran. Kembali cemas dan gundah yang kurasakan.
Latiah hari ini aku benar-benar gila. Mereka sengaja mendiamkanku, kuanggap itu sebagai tanda penghormatan Karena aku memang membutuhkan prifasi hari ini.
“pergilah jalan-jalan untuk refresing!.” Pelatih memberikanku air mineral botol.
Aku menerimanya.
“aku lihat Bento tadi menyarankan agar kau refresing. Tidak ada salahnya bukan?.” Aku mengangguk.
“memang benar.”
+++++++
Minggu sore di kawasan pertokoan padat. Toko-toko disini memiliki lebar yang tidak lebih dari 6 meter perseginya. Jangan dilihat dari ukuran, tapi lihat dari barang dan keunikan tokonya. Barang disini sangat murah. 5% lebih murah dari barang di pasaran, dan bentuk toko yang unik dengan segala keanekaragaman budaya yang dibawa dari masing-masing pedagang yang berasal dari luar pulau. Mereka menghiasi toko-toko tersebut dengan banyak barang unik dari daerahnya. Satu yang paling aku tidak suka yaitu toko roti dari orang papua. Mereka memajang koteka dan itu membuatku mual setiap kali temanku membelikan roti dari toko tersebut.
Saat tengah santai menyusuri pertokoan dengan menenteng kamera digitalku untuk memotret pemandangan dan gambar yang secara tidak sengaja terlihat mata.entah mengapa kebiasaan memotretku kembali muncul?. Bento berjalan di belakangku dengan malas.
“hei. Berhentilah memotret. Itu memalukan.” Pintanya. Aku hanya melengos tidak menghiraukan.
Saat asik memotret aku menemukan masker penutup wajah warna hitam. Karena sayang kupungut masker tersebut dan memperhatikan.
 “kau memungut masker itu. Iuh..menjijikkan.” komentar Bento. Aku muak mendengar komentarnya dari tadi. serasa aku harus merobek mulutnya.
“diamlah. Apa kau mau aku merobek mulutmu?. Hah.” Sentakku. Bento mengatupkan mulutnya membuatku senang.
“maaf.” Dia menjadi bersalah dan aku sangat suka dengan keadaan ini.
Kami melanjutkan berkeliling, Bento membeli cireng banyak sekali. Itu adalah makanan yang terbuat dari kanji dan tepung lalu diberi bumbu penyedap dan di goreng. Makanannya sangat enak, tapi yang tidak kusuka adalah bentuknya. Pipih dan lembek. Yiekss.
Kami duduk di bangku panjang pertokoan sambil menikmati cireng yang di borong oleh Bento. Sambil makan cireng aku memotret disanan sini. Mendapatkan gambar yang bagus, tidak lupa aku sedikit narsis denan bergaya akan melahap satu bungkus pelastik semua cireng ini. Bento ikut-ikutan narsis, dia memotret dirinnya bergaya patung liberti dengan cireng-cirengnya. Aku lumayan terhibur dengan refresing ini.
 “maaf. Itu punya saya.” Tiba-tiba seorang pria dengan kaos hitam pendek dan memakai topi yang sengaja di mampatkan kekepalanya mendekatiku. Pria tersebut menunjuk pada masker yang kutaruh di samping tempat dudukku. Segera kuberikan masker tersebut.
“ini. Tadi jatuh dan aku memungutnya.” Kataku memberi penjelasan terlebih dahulu. Takut nanti dia menuduhku sebagai pencuri.
“kalau begitu terimakasih.” Ucapnya seraya meninggalkanku.
“kau tidak mau memberi kami imbalan?. Kami kan sudah menemukan maskermu.” Tanya Bento membuat  langkah pria tadi terhenti. Kusodokkan sikutku ke perut Bento, berani-beraninya dia mengatakan hal memalukan seperti itu.
“diam kau!.” Printahku. Bento meringis kesakitan.
Pria itu berperawakan tinggi dan berotot. Dia membawa dua tas jinjing besar dan jaket hitam yang di cangking pada tangan kanannya. Pria ini sepertinya tidak asing bagiku, aku sepertinya mengenali pria ini. Dia sekarang pergi menjauh, meninggalkanku dengan Bento yang terpekur melihatnya.
Tapi entahlah. Seiring perginya pria itu fikiranku tentangnya masih tidak bisa hilang. Sampai akhirnya aku melihat sebuah toko baru disekitar sini. Tokoh yang menggantikan sebuah distro kecil bangkrut. Tertulis jelas di depan toko itu ‘Tatoo” ternyata tempat pembuatan tatoo. Ehm…, aku tertarik dan mendekat. Siapa tahu toko itu memiliki tattoo tidak permanen sehingga aku bisa dibuatkan tato bergambar ular yang melingkar di lengan kananku. Siapa tahu?.
Akhirnya kami mencoba memasuki toko tadi. berdiri seorang pemuda gundul berperawakan kurus kecil yang hanya menyisahkan daging yang membalut tulang saja. Aku menyapa pria tadi dan mulai bertanya-tanya tentang tattoo. Bento menelitik seisi toko dengan tatapan yang terpesona. Dia melihat dan terpana akan beranekaragaman jenis tattoo yang di sediakan di dinding-dinding toko.
“waow.., ini sangat luar biasa.” Puji Bento. Aku tersenyum saja kepada si pemilik.
“trimakasih. Apa kalian mau ditattoo atau hanya mengagumi tokoku?.” Tanya si pemilik sambil tertawa lebar di akhir kalimatnya. Kami bertiga ikut tertawa.
Saat tengah mengerjakan aku melihat keluar lewat jendela. Pria bermasker hitam itu menatap kedalam toko. Entah menatap siapa?. Aku atau pemilik toko. Dia sudah mengenakan maskernya dan masih menutupi kepala dengan topi dan mengenakan jaket hitamnya. Sekitar 3 jam lebih proses pembuatannya. Aku cukup puas dengan hasilnya. Bagus, rapi, dan  hampir terlihat asli.
Tangan kananku sekarang bertatoo seekor ular sanca yang melingkar dan hendak mematok tanganku. Sedangkan Bento dia menatoo tengkuknya dengan gambar yang terlihat menjijikkan. Gambar seorang wanita bugil dengan panah yang menusuk dadanya.
“kau yakin dengan tattoo mu itu?.” Tanyaku ragu.
Bento mengangguk mantap. “ini kan hanya sementara. Bukan permanen. Benarkan bos?.” Dia mantap. Si pemilik toko yang bernama Indro mengangguk sambil tersenyum.
“terserah kaulah.” Aku mengedikkan bahu dan membayar biaya pentatoan.
Aku kembali meneteng camera digital dan meminta seseorang yang baru saja masuk kedalam toko tattoo untuk membantuku memotret hasil tattook bersama Bento dan si pembuatnya. Dia memberikan kamera dan menunjukkan hasilnya. Bagus.
“trimakasih.” Kataku. Bento mengerutkan dahi memandangi hasil jepretan.
“kenapa hasil fotoku sangat jelek. Seharusnya aku tersenyum. Lihat, mukaku jadi berkerut karena mengerutkan dahi. Argg…, hapus fotonya.” Dia mencoba merebut kameraku.
“hey. Kau ini apa-apan sih.” Bentakku. Kami bergulat di dalam toko membuat kami diusir karena menganggu pengunjung lainnya.
Aku masih marah dan kesal. Itu tadi sangat memalukan dan Bento menanggapinya seperti angin lalu.
“kita pergi ke sana!.” Ajak Bento menarik tanganku.
Ada tempat yang menjadi faforit pengunjung. Tempatnya tidak jauh dari toko tattoo. Aku duduk dibawah temaran lampu kerlap-kerlip café out door. Ternyata selama aku berada di dalam toko tattoo sore sudah menjadi malam. Aku menikmati keindahan malam di pertokoan ini. Lampu flip-flop menghiasi setiap tangkai pohon yang berbasir lurus di tepi trotoar. Pesananku hari ini special karena itu yang dikatakan si weaters padaku.
“kau punya uang sampai memesan makanan special seperti itu?.” Ejeknya. Aku mendengus kesal.
“sekali lagi kau mengacau refresingku hari ini. Tamat riwayatmu.” Ancamku bergaya memotong leher.
Kami menikmati santapan dengan lahap. Hingga di suapan terakhir aku teringat dengan kameraku. Sebaiknya aku memotret saat-saat ini.
“bisa ambilkan fotoku dengan pemandangan disekitarnya!.” Pintaku pada si wearters yang baru mengisikan gelas dengan air putih.
“tentu.” Angguknya dan menerima kameraku.
“aku ikut…” rengek Bento. Dia tiba-tiba merangkul pundakku dan bergaya narsis.
Aku berpose seolah menikmati santapan dan menatap lurus kearah kamera. Ciissss….
“trimakasih.” Ucapku seraya menerima kameraku.
“waah. Kalau yang ini aku suka. Aku terlihat tampan. Iyakan?.” Sombongnya degan cengengesan.
“ya ya ya ya.” Anggukku kesal.
“uh. Bukankah pria itu pria yang maskernya kau temukan?.” Bento menunjuk sisi kecil didalam baground foto kami. Pria itu masih duduk di tempat yang sama saat aku mentato kulitku. Bedanya dia sekarang menatap kearah kami. Wajahnya tidak terlihat jelas karena masker dan topinya. Kusipitkan mata untuk lebih jelas memperhatikan si pria dan menzoom foto.
“kelihatannya familiar.” Heranku.
++++++
Malam yang melelahkan. Saat menarik selimut untuk tidur. Dering ponsel berderu. Membangunkan. Bento membawa kabar jika Reza Gunawan tewas dalam aksi bom bunuh diri didaerah pertokoan.
~TOP NEWS~
Kembali setelah brita kaburnya Reza Gunawan dari penjara mengejutkan rakyat INDONESIA. Tadi malam Reza melancarkan bom bunuh diri dengan bahan peledak yang sama yang ditemukan di dalam pesawat mainan 5 thn silam. Reza menghancurkan tubuhnya sendiri dan 3 toko yang berada di samping kanan kiri toko tattoo yang ia ledakkan. 7 korban luka-luka dan 19 orang meninggal di tempat kejadian. Ternyata Reza tidaklah sendiri dalam rencana penge-bom-an. Tadi pagi, polisi dan tim gegana berhasil melumpuhkan sekitar 5 orang yang baru keluar dari pelabuhan. Mereka membawa tiga gerhanat, enam senapan otomatis, 2 refolfer caliber 44, dan bahan peledak plastic seberat 11,4 kilogram. Mereka adalah orang dibalik keberhasilan kaburnya Reza dari penjara 2 hari yang lalu. (Harian News/erw/ti)
Tanganku bergetar saat menenteng remote. Ini tidak mungkin terjadi. Dia meninggal degan mengenaskan. Apa lagi yang membuatku semakin shock adalah dia meninggal di tempat aku mentattoo tubuhku tadi sore. Reza mengenakan jaket hitam dengan masker di wajahnya untuk menyamarkan identitas. Dia adalah Reza, pantas aku  merasakan sesuatu yang aneh saat pertama bertemu.
“setidaknya kau sudah bertemu dengannya untuk terakhir kali.” Hibur Ibu, ayah sama sekali tidak memberikan penyemangat padaku, beliau puas dengan kematian Reza.  Mana aku gembira jika baru saja dia berdiri dihadapanku dan kemudian menghilang. Hari ini. Brita kematian Reza menjadi top di mana-mana. Tivi tiada henti menjelaskan rentetan peristiwa dan membahas tentang Reza. Aku sedih dan tidak dapat berfikr jernih. Dia seorang Criminal. Namun dia mampu menggetarkan hatiku. Criminal yang merenggut hatiku.
Percaya atau tidak. I’m in love with a Criminal.
<<<TAMAT>>>

Jumat, 09 Maret 2012

BUKU UNTUK SAUDARA KITA


Pernahkah kalian menyadari jika masih banyak saudar akita diluar sana yang tidak dapat menrasakan indahnya pendidikan formal. Dan pernahkah kalian memikirkan tentang betapa tidak beruntungnya saudara kita yang terpaksa merasakan kejamnya dunia tanpa pernah meraskan indahnya bangku pendidikan?. Pernahkah kalian memikirkan tentang itu. Kita hidup bersama dan sebagai makhluk social teman. Bukan sebagai individual. Sangat mungkin untuk kita bisa mengangkat saudara-saudara kita dari kebutaan pendidikan. Salah satu cara yang dapat dan hampir semua orang dapat melakukannya adalah menyisihkan buku bacaan kalian, entah itu LKS, paket,Koran,tabloid,novel,biografi,komik,majalah, dan lain sebagainya. Kalian dapat menyisihkan bacaan-bacaan itu untuk disalurkan kepada saudara-saudara kita.
Jika kalian berminat silahkan meninggalkan komentar di artikel ini.
Kami sangat bersyukur jikalau kalian bersedia. Ini tidak untuk kami, melainkah untuk saudara kita. Saudara kita yang terlupakan.