Sabtu, 12 Mei 2012

OH


CERPEN : OH!!
AUTHOR : ZULAIPATNAM
GENDRE : FANATASY & ROMANCE
RATED :[PG 16]

+++++++
“kau lupa denganku?.” Tanyaku tidak percaya melihat ekspresi wajahnya yang begitu aneh melihatku berdiri tegap dan mengulurkan tangan meminta di jabat.
“memangnya kau siapa?. Kita pernah bertemu sebelum ini?.” Dia bertanya dengan nada penuh kebingungan, kedua alisnya saling bertautan. Mataku membulat menyadari itu, dia benar-benar melupakanku. Kuhempaskan tanganku kesamping tubuh.
“ehm…, kurasa aku salah orang. yah, kita memang tidak pernah bertemu sebelum ini.” Ungkapku begitu kecewa, bagaimana bisa dia mengatakan semua kalimat itu di depanku, dia lupa dengan 3 thn itu. Dia lupa?.
“oh.” Hanya itu katanya, satu kata yang tidak berarti bagiku.
“fuck it.” Ucapku menahan emosi saat berbalik meninggalkannya. Aku meruntuki kebodohanku saat dengan PeDenya berjalan mendekatinya yang tengah asik duduk bersama seorang gadis dan aku langsung mengulurkan tangan hendak berjabat. Seharusnya aku tidak melakukan hal itu, seharusnya aku bisa menahan diriku saat melihatnya, bukanya berjalan mendekat seperti besi yang tertarik oleh magnet.
Kubuka pintu café ini dengan enggan, kulenggangkan kakiku menyusuri tangga kecil di depan pintu, pergi meninggalkan café yang ia tempati. Kuhirup dalam-dalam udara yang bercampur polusi ini, hah. Disaat seperti ini aku berharap polusi akan dapat membunuh orang dengan segera. Tapi tidak, polusi yang kuhirup tidak dapat membunuhku saat itu juga.
++++++++
“siapa gadis itu?.” Tanya perempuan di depanku, dia asik mengaduk cokopinya sesaat setelah aku duduk kembali di kursi.
“entahlah.” Ungkapku jujur.
“dia sepertinya sangat mengenalmu.” Seru perempuan bergaun putih  menjadikanku berfikir. Mengenalku?, aku tidak mengenalnya.
“entahlah.” Kusesap gelas berisikan cafelate yang kupesan.
“bagaimana kalau dia adalah seseorang yang sangat penting bagimu?.”
“pertanyaan aneh.” Perempuan gaun putih itu tersenyum penuh arti padaku, dia menelitik begitu dalam hingga aku tak kuat. “APA?.”
“yakin tidak mengenal gadis itu?.”
“hah. Terserah kau lah.”
Siapapun gadis itu aku tidak peduli, toh kami baru bertemu saat ini.
+++++++
“hai.” Tegurnya padaku, aku menengadahkan kepala, mendapati sosoknya berdiri menghalau sinar matahari untukku. “kenapa sendirian?.” Dia bertanya seolah tidak terjadi apa-apa.
“kau gila.” Pekikku berdiri dan mendorong tubuhnya, dia terhentak beberapa langkah kebelakang, kulangkahkan kakiku menjauhinya. Hendak masuk kembali kedalam rumah namun langkahku terhenti, sepasang lengan telah melingkar di perutku. Kuperhatikan siapa pemilik lengan itu.
“jangan seperti itu padaku. Aku tidak bisa jika kau marah.” Ungkapnya penuh permohonan.
Kau tidak bisa jika aku marah tapi kenapa kau membuatku marah?.
“lepaskan!.” Pintaku setengah berteriak, dia malah menguatkan lengannya di perutku. “aku bilang lepas!.” Pintaku lagi dengan menyentuh lengannya. Dia tidak bergeming.
“jangan membuatku gila.” Tambahku akhirnya.
Bahuku terasa berat, ada sentuhan disana yang diciptakan oleh kepalanya. Kugerakkan bahuku agar dia bergerak.
“diamlah!. Lama aku tidak melihatmu.” Ungkapnya menjadikanku merasakan jika kerinduan yang baru terobati itu menyenangkan. Andai saja obat kerinduanku tadi padanya mendapat tanggapan kebenaran?.
“kenapa tadi kau berpura-pura tidak mengenaliku?.” Tanyaku akhirnya meminta sebuah penjelasan. “apa karena kau bersama dengan pacarmu?.”
Dia menggeleng lemas, membuatku geli karena tersentuh rambutnya di bagian leherku.
“lalu?.”
“karena aku ingin memberikan kejutan padamu. Aku ingin kamu merasa aneh saat bertemu denganku untuk pertama kali setelah 3 thn itu, bukankah ideku sangat berhasil?.” Bangganya semakin erat merangkulku.
“benarkah?.” Masih aku meraguinya.
“kau tidak percaya denganku?.”
“tidak.” Gelengku mantap.
“bagaimana kalau aku membuatmu percaya padaku.” Tawarnya menjadikan aku bengong.
“dengan cara apa kau mau membuatku percaya?.” Tanyaku bodoh.
“dengan caraku.” Gumamnya parau di telingaku. Kuraskan lengannya melepaskan tubuhku, kedua tangan besarnya memegangi pinggangku dan memutar tubuhku menghadapnya. Aku dapat melihatnya dengan sangat jelas saat itu, matanya yang hitam pekat dan hidungnya yang mancung.
“tatap mataku!.” Titahnya, aku menurut saja.
“hanya ini caramu agar aku mempercaimu?.” Tanyaku meremehkan.
“tentu saja tidak. Aku ingin kamu merasakan tatapanku yang sangat tulus padamu.” Ungkapnya. Aku mengangguk saja mencoba mengerti jalannya permainan.
“setelah 3 thn itu. Kau pergi kemana?.” Tanyaku mencoba memecah kecanggungan. Dia hanya menatapku lurus tanpa bergeming sedikitpun.
“aku pergi ke suatu tempat yang indah yang tidak akan kau bayangkan.”
“kemana?.”
“sebuah tempat yang kau pasti akan mengunjunginya sendiri nanti.”
“ehm…, apa tempat itu dekat dengan kota ini?.”
“sangat dekat.”
“benar?.”
“ya.”
“kenapa kau tidak memberiku kabar jika berada di tempat itu?.”
“karena aku tidak bisa.”
“kenapa?. Sesibuk atau sesulit apa sehingga kamu gag bisa menghubungiku?.”
“keadaannya berbeda.”
“oh.” Kali ini aku yang mendesah dengan kata itu. Kata tiada arti yang ia ungkapkan tadi.
Okelah, dia pergi kesuatu tempat yang aku juga akan mengunjunginya nanti. Dimana tempat itu sebenarnya?, tempat yang menurutnya sangat indah dan tidak dapat kubayangkan.
Pandangan kami mencapai puncak, kurasakan tatapan lain yang tidak dapat kumengerti.
“kau bersedih?.” Tanyaku hati-hati. Dia menggeleng. “lantas kenapa pandangan matamu mengartikan sesuatu yang tidak bisa kutebak?.”
“karena…” dia memajukan kepalanya padaku.
“apa?.”
“aku merasa kesepian tanpa kehadiranmu.”
“maksudnya apa? kita..hmmmp-
Bibirnya mendarat di bibirku, aku menolak dan mencoba mendorongnya mundur.
“jangan melawanku!.” Titahnya saat melepaskan bibirnya.
“aku mohon jangan melakukan ini padaku!.” Pintaku lemah dengan menunduk. Malu?. Tentu saja aku sangat malu.
“kenapa?. Apa kau sudah melupakanku dan perasaan cintaku padamu?.”
Pertanyaannya terlalu dalam, kenapa aku harus melupakannya dan rasa cintanya?.
“tidak ada alasan bagiku untuk melupakanmu dan rasa cinta yang kau berikan padaku.”
“lantas kenapa kau menolakku?.”
Karena aku tidak bisa menahan hati dan perasaanku untuk tetap beku hanya padamu. aku tidak bisa hanya terbeku padamu. aku tidak bisa.
“jawab aku!.” Tukasnya kembali menciumku dalam.
Kembali ku berikan penyergahan padanya. Nihil, bagaimanapun aku tidak bisa menyaingi kekuatannya, dia terlalu kuat bagiku. Bibirnya melumat bibirku dalam, dalam hingga aku terhanyut olehnya, lututku lemas tak kuat menopang bobot badanku sendiri, beruntung dia menahan tubuhku dengan pelukannya yang sangat nyaman.
+++++++
Perempuan bergaun putih itu berdiri di belakang tubuh gadis yang tengah kucium, dia memberikan senyum dengan mengangguk. Aku membulatkan mataku saat menyadari gadis ini menerima ciumanku, bukannya memberikan penolakan seperti pada awalnya. Kuterima penerimaannya dan kami bermain dengan indah hingga kurasakan dia melemah. Perempaun bergaun putih terbang dengan sayap besar di belakang punggung yang ia miliki, melesat jauh ke langit dan menghilang.
Lemah. Kurasakan permainan bibir kami terhenti, tubuh gadis dalam pelukanku terhuyung padaku, kutahan dan menatap matanya yang terpejam. Perempuan itu melakukan tugasnya hari ini.
Wajah putih susu milik si gadis berubah secara perlahan dengan pasti menjadi pucat, tubuhnya yang penuh kehangatakan menjadi sedikit dingin. kugendong tubuhnya dan berjalan masuk kedalam rumah yang kosong tanpa penghuni itu. Membaringkan tubuhnya di atas ranjang tidur dan menyelimuti, biarkan gadis ini merasa nyaman untuk saat itu.
“entah siapa kau sebenarnya?. Yang ingin ku katakan adalah. Betapa beruntungnya pria itu mendapatkan hatimu yang tak pernah meleleh akan cintanya. Pergilah dengan keikhlasan dan tempu hidup barumu di sana dengan lebih baik.” Ucapku sembari mundur meninggalkan gadis itu.
++++++