CERPEN : OH!!
AUTHOR : ZULAIPATNAM
GENDRE : FANATASY
& ROMANCE
RATED :[PG 16]
+++++++
“kau lupa denganku?.”
Tanyaku tidak percaya melihat ekspresi wajahnya yang begitu aneh melihatku
berdiri tegap dan mengulurkan tangan meminta di jabat.
“memangnya kau siapa?.
Kita pernah bertemu sebelum ini?.” Dia bertanya dengan nada penuh kebingungan,
kedua alisnya saling bertautan. Mataku membulat menyadari itu, dia benar-benar
melupakanku. Kuhempaskan tanganku kesamping tubuh.
“ehm…, kurasa aku
salah orang. yah, kita memang tidak pernah bertemu sebelum ini.” Ungkapku
begitu kecewa, bagaimana bisa dia mengatakan semua kalimat itu di depanku, dia
lupa dengan 3 thn itu. Dia lupa?.
“oh.” Hanya itu
katanya, satu kata yang tidak berarti bagiku.
“fuck it.” Ucapku menahan
emosi saat berbalik meninggalkannya. Aku meruntuki kebodohanku saat dengan
PeDenya berjalan mendekatinya yang tengah asik duduk bersama seorang gadis dan
aku langsung mengulurkan tangan hendak berjabat. Seharusnya aku tidak melakukan
hal itu, seharusnya aku bisa menahan diriku saat melihatnya, bukanya berjalan
mendekat seperti besi yang tertarik oleh magnet.
Kubuka pintu café ini
dengan enggan, kulenggangkan kakiku menyusuri tangga kecil di depan pintu,
pergi meninggalkan café yang ia tempati. Kuhirup dalam-dalam udara yang
bercampur polusi ini, hah. Disaat seperti ini aku berharap polusi akan dapat
membunuh orang dengan segera. Tapi tidak, polusi yang kuhirup tidak dapat
membunuhku saat itu juga.
++++++++
“siapa gadis itu?.”
Tanya perempuan di depanku, dia asik mengaduk cokopinya sesaat setelah aku
duduk kembali di kursi.
“entahlah.” Ungkapku
jujur.
“dia sepertinya sangat
mengenalmu.” Seru perempuan bergaun putih menjadikanku berfikir. Mengenalku?, aku tidak
mengenalnya.
“entahlah.” Kusesap
gelas berisikan cafelate yang kupesan.
“bagaimana kalau dia
adalah seseorang yang sangat penting bagimu?.”
“pertanyaan aneh.” Perempuan
gaun putih itu tersenyum penuh arti padaku, dia menelitik begitu dalam hingga
aku tak kuat. “APA?.”
“yakin tidak mengenal
gadis itu?.”
“hah. Terserah kau
lah.”
Siapapun gadis itu aku
tidak peduli, toh kami baru bertemu saat ini.
+++++++
“hai.” Tegurnya
padaku, aku menengadahkan kepala, mendapati sosoknya berdiri menghalau sinar
matahari untukku. “kenapa sendirian?.” Dia bertanya seolah tidak terjadi
apa-apa.
“kau gila.” Pekikku
berdiri dan mendorong tubuhnya, dia terhentak beberapa langkah kebelakang,
kulangkahkan kakiku menjauhinya. Hendak masuk kembali kedalam rumah namun
langkahku terhenti, sepasang lengan telah melingkar di perutku. Kuperhatikan
siapa pemilik lengan itu.
“jangan seperti itu
padaku. Aku tidak bisa jika kau marah.” Ungkapnya penuh permohonan.
Kau tidak bisa jika
aku marah tapi kenapa kau membuatku marah?.
“lepaskan!.” Pintaku
setengah berteriak, dia malah menguatkan lengannya di perutku. “aku bilang
lepas!.” Pintaku lagi dengan menyentuh lengannya. Dia tidak bergeming.
“jangan membuatku
gila.” Tambahku akhirnya.
Bahuku terasa berat,
ada sentuhan disana yang diciptakan oleh kepalanya. Kugerakkan bahuku agar dia
bergerak.
“diamlah!. Lama aku
tidak melihatmu.” Ungkapnya menjadikanku merasakan jika kerinduan yang baru
terobati itu menyenangkan. Andai saja obat kerinduanku tadi padanya mendapat
tanggapan kebenaran?.
“kenapa tadi kau
berpura-pura tidak mengenaliku?.” Tanyaku akhirnya meminta sebuah penjelasan.
“apa karena kau bersama dengan pacarmu?.”
Dia menggeleng lemas,
membuatku geli karena tersentuh rambutnya di bagian leherku.
“lalu?.”
“karena aku ingin
memberikan kejutan padamu. Aku ingin kamu merasa aneh saat bertemu denganku
untuk pertama kali setelah 3 thn itu, bukankah ideku sangat berhasil?.”
Bangganya semakin erat merangkulku.
“benarkah?.” Masih aku
meraguinya.
“kau tidak percaya
denganku?.”
“tidak.” Gelengku mantap.
“bagaimana kalau aku
membuatmu percaya padaku.” Tawarnya menjadikan aku bengong.
“dengan cara apa kau
mau membuatku percaya?.” Tanyaku bodoh.
“dengan caraku.”
Gumamnya parau di telingaku. Kuraskan lengannya melepaskan tubuhku, kedua
tangan besarnya memegangi pinggangku dan memutar tubuhku menghadapnya. Aku
dapat melihatnya dengan sangat jelas saat itu, matanya yang hitam pekat dan
hidungnya yang mancung.
“tatap mataku!.”
Titahnya, aku menurut saja.
“hanya ini caramu agar
aku mempercaimu?.” Tanyaku meremehkan.
“tentu saja tidak. Aku
ingin kamu merasakan tatapanku yang sangat tulus padamu.” Ungkapnya. Aku
mengangguk saja mencoba mengerti jalannya permainan.
“setelah 3 thn itu.
Kau pergi kemana?.” Tanyaku mencoba memecah kecanggungan. Dia hanya menatapku
lurus tanpa bergeming sedikitpun.
“aku pergi ke suatu
tempat yang indah yang tidak akan kau bayangkan.”
“kemana?.”
“sebuah tempat yang
kau pasti akan mengunjunginya sendiri nanti.”
“ehm…, apa tempat itu
dekat dengan kota ini?.”
“sangat dekat.”
“benar?.”
“ya.”
“kenapa kau tidak
memberiku kabar jika berada di tempat itu?.”
“karena aku tidak
bisa.”
“kenapa?. Sesibuk atau
sesulit apa sehingga kamu gag bisa menghubungiku?.”
“keadaannya berbeda.”
“oh.” Kali ini aku
yang mendesah dengan kata itu. Kata tiada arti yang ia ungkapkan tadi.
Okelah, dia pergi
kesuatu tempat yang aku juga akan mengunjunginya nanti. Dimana tempat itu
sebenarnya?, tempat yang menurutnya sangat indah dan tidak dapat kubayangkan.
Pandangan kami
mencapai puncak, kurasakan tatapan lain yang tidak dapat kumengerti.
“kau bersedih?.”
Tanyaku hati-hati. Dia menggeleng. “lantas kenapa pandangan matamu mengartikan
sesuatu yang tidak bisa kutebak?.”
“karena…” dia
memajukan kepalanya padaku.
“apa?.”
“aku merasa kesepian
tanpa kehadiranmu.”
“maksudnya apa?
kita..hmmmp-
Bibirnya mendarat di
bibirku, aku menolak dan mencoba mendorongnya mundur.
“jangan melawanku!.”
Titahnya saat melepaskan bibirnya.
“aku mohon jangan
melakukan ini padaku!.” Pintaku lemah dengan menunduk. Malu?. Tentu saja aku
sangat malu.
“kenapa?. Apa kau
sudah melupakanku dan perasaan cintaku padamu?.”
Pertanyaannya terlalu
dalam, kenapa aku harus melupakannya dan rasa cintanya?.
“tidak ada alasan
bagiku untuk melupakanmu dan rasa cinta yang kau berikan padaku.”
“lantas kenapa kau
menolakku?.”
Karena aku tidak bisa
menahan hati dan perasaanku untuk tetap beku hanya padamu. aku tidak bisa hanya
terbeku padamu. aku tidak bisa.
“jawab aku!.” Tukasnya
kembali menciumku dalam.
Kembali ku berikan
penyergahan padanya. Nihil, bagaimanapun aku tidak bisa menyaingi kekuatannya,
dia terlalu kuat bagiku. Bibirnya melumat bibirku dalam, dalam hingga aku
terhanyut olehnya, lututku lemas tak kuat menopang bobot badanku sendiri,
beruntung dia menahan tubuhku dengan pelukannya yang sangat nyaman.
+++++++
Perempuan bergaun
putih itu berdiri di belakang tubuh gadis yang tengah kucium, dia memberikan
senyum dengan mengangguk. Aku membulatkan mataku saat menyadari gadis ini
menerima ciumanku, bukannya memberikan penolakan seperti pada awalnya. Kuterima
penerimaannya dan kami bermain dengan indah hingga kurasakan dia melemah.
Perempaun bergaun putih terbang dengan sayap besar di belakang punggung yang ia
miliki, melesat jauh ke langit dan menghilang.
Lemah. Kurasakan
permainan bibir kami terhenti, tubuh gadis dalam pelukanku terhuyung padaku,
kutahan dan menatap matanya yang terpejam. Perempuan itu melakukan tugasnya
hari ini.
Wajah putih susu milik
si gadis berubah secara perlahan dengan pasti menjadi pucat, tubuhnya yang
penuh kehangatakan menjadi sedikit dingin. kugendong tubuhnya dan berjalan
masuk kedalam rumah yang kosong tanpa penghuni itu. Membaringkan tubuhnya di
atas ranjang tidur dan menyelimuti, biarkan gadis ini merasa nyaman untuk saat
itu.
“entah siapa kau
sebenarnya?. Yang ingin ku katakan adalah. Betapa beruntungnya pria itu
mendapatkan hatimu yang tak pernah meleleh akan cintanya. Pergilah dengan
keikhlasan dan tempu hidup barumu di sana dengan lebih baik.” Ucapku sembari
mundur meninggalkan gadis itu.
++++++
Tidak ada komentar:
Posting Komentar