Judul : membunuh untuk mati
Author : Zulaipatnam
Gendre : Thriller
Rated : [PG 15]
Yah itung-itung sambil mengisi waktu
luang
Eh ternyata bikin cerita yang kayak
gini
Gag nyambung? It’s Okey
Aku juga gag begitu ngerti.
Okey Author gag banyak bacot.
STORY
Kupandangi foto lucek dan sedikit sobek yang diberikan
klienku tadi terus-menerus, mampukah aku melaksanakan tugasku hari ini dengan
keadaan seperti ini, jujur saat ini kepalaku sangat pusing dan terasa berat,
pandanganku sedikit-sedikit kabur kadang tidak, apa aku bisa melaksanakan tugas
hari ini dengan baik seperti biasanya, entahlah aku juga tidak tahu. Lihat saja
nanti.
Kumasukkan semua peralatanku kedalam mantel panjang warna
hitam yang kukenakan.
“gadis itu tinggal sendirian di apartemennya di daerah XXX”
aku masih ingat kalimat orang yang menyuruhku untuk membunuh gadis ini.
Untuk pergi kesana aku naik motor besar milikku, dinginnya
udara malam sedikit membuatku merasa merinding. Gemerlap lampu kota dan
hiruk-pikuk kehidupan malam kota sangatlah indah. Jalanan cukup sepi mengingat
sekarang sudah hampir tengah malam. Setelah menempuh perjalanan sekitar 3o
menit, akhirnya aku sampai dijalanan kecil yang muat untuk 1 mobil, kuparkir
motorku diujung jalan dan berganti berjalan menuju apartemen kecil dan kumuh
sigadis.
Dengan sedikit keahlianku kumasukkan kawat kecil sebagai
pengganti kunci.
KLEK
Berhasil, pintu terbuka, apartemen ini memang sangat kecil.
Hanya ada 3 ruangan, ruang tamu sekaligus kamar, kamar mandi dan dapur. Gadis
itu terlelap dibalik selimut lusuhnya, dia tidur seperti malaikat bagiku.
Ternyata bukan hanya difotonya di terlihat cantik, aslinya bahkan lebih dari
cantik. Sangat sayang bagiku untuk membunuh makhluk indah didepanku ini, namun
bagaimana lagi, demi alasan profesionalitas aku harus melakukannya. Kukeluarkan
pisauku dari saku mantel. Kudekati perlahan gadis itu, dia tidak bergeming dan
pasti tidak menyadari keberadaanku.
Dengan tepat kuarahkan pisau ini kebagian dadanya agar pas
mengena jantunya, saat akan menghujamkan pisauku tiba-tiba kepalaku terasa
pusing luar biasa. Kututup mulutku cepat dan urung melakukan aksiku. Padahal
tinggal satu langkah lagi. Sial.
Kepalaku tersa sangat pusing, berat dan bahkan aku tidak bisa
merasakan jika kakiku menginjak lantai. Ada apa ini?, kenapa tiba-tiba kepalaku
terasa sangat pusing.
“auw…” rintihku tidak tertahankan. Aku takut gadis ini akan
terbangun jadinya aku mundur cepat dan keluar dari rumahnya.
++++
Aku datang berobat kerumah sakit. Setelah dokter selesai
memeriksaku dokter itu memasang tampang heningnya, dia mengatakan semuanya
dengan tenang dan penuh rasa simpati.
“anda menderita tumor otak”
Kalimat dokter itu terus mengiang ditelingaku, tumor otak
stadium 3. Bagaimana mungkin aku menderita penyakit itu?, aku bahkan tidak
mengerti kenapa bisa.
++++
Malam selanjutnya, aku harus segera menyelesaikan tugasku
sebelum berhenti dari pekerjaan ini.
Dia tidak ada ditempat tidurnya, ruangan ini kosong. Aku jadi
bingung dan takut jika gadis itu belum tidur.
Benar dugaanku, baru saja aku membuka pintunya beberapa detik
kemudian pintu kamar mandi terbuka dan gadis itu hanya mengenakan kaos oblong,
celana training, dan rambut yang ditutupi oleh handuk.
Kami saling tatap.
“siapa kau?” katanya ketakutan.
“bukan siapa-siapa?” jawabku dan mau mendekatinya, aku yang
memulai dan harus mengakhiri, dari pada aku kabur dan dia mengenali wajahkku
lebih baik kuselesaikan mala mini juga.
Kutarik lengannya agar dia keluar dari kamar mandi setelah
kututup rapat pintu apartemennya, dia memberontak dan mulai berteriak.
“diam” printahku dengan membekap mulutnya.
“apa yang kau mau dariku?,” tanyanya ketakutan, air matanya
kini mengalir. Kutarik dia sampai terjerembab di lantai ruang tamu, tubuhnya
tersungkur, kepalanya memandangku ketakutan.
Pertama-tama aku bermain disekitar wajahnya, sedikit pukulan
dan pipinyamerah akan hal itu, dia berhenti menangis. Dia sama sekali tidak
bergerak dan menundukkan kepalanya dengan bersimpuh.
“ayah.” Nadanya seperti memohon bantuan.
“ayahmu tidak akan sanggup menolongmu” ucapku kejam.
Dia menggeleng. Aku
hanya diam.
“ayahku yang menyuruhmu?” pertanyaannya membuatku berfikir.
Tidak ingin larut dengan kehidupannya kujambak rambutnya agar
dapat melihat wajahnya, penuh luka lebam akibat pukulanku tadi.
Sambil menjambak rambutnya kukeluarkan pisauku, pisau yang
sangat tajam yang biasa kugunakan dalam melancarkan aksiku.
“bilang pada ayahku jika aku sangat menyayanginya” itu
terdengar seperti permintaan terakhir.
Cepat lakukan Reza, jangan mengulur waktumu lagi.
JLEB
Sasaranku kali ini adalah perut gadis ini, pisau sudah
menancap diperutnya. Darah segar mengalir dari pisauku menurun hingga
jemari-jemariku, bau anyir darah segera menusuk hidungku. Gadis ini tetap
menatapku, tatapannya sayu, tidak ada gambaran rasa sakit sama sekali dari ekspresinya.
Kutarik pisauku dan kembali menusukkannya kebagian perut
lainnya, begitu berulang-ulang. Pupil mata gadis ini mengecil. Darah mengalir
perlahan dari mulutnya.
Pasti seluruh organ tubuhnya sudah hancur, sulur-sulur putih
berbalut darah segar sedikit keluar dari perutnya, pasti itu usus.
Tatapannya kini sangatlah datar, pupilnya berhenti bergerak
dan darah mengalir perlahan menuruni dagunya. Dia sudah tiada, kudorong
tubuhnya.
BRUK
Mayat gadis itu terlentang di ruang tamu apartemennya.
Pekerjaanku kini selesai, kubersihkan semua barang bukti agar
polisi tidak dapat melacakku.
++++
Perjalanan pulang dengan motorku aku berfikir dan mengingat
semua kejadian tadi.
Gadis itu bertanya apa ayahnya yang menyuruhku melakukan hal
itu. Siapa ayah gadis ini?, kenapa begitu tega melakukan hal tersebut.
Setahuku orang yang menyuruhku melakukan tugas ini adalah
seorang pria paruh baya yang menjadi pengusaha ternama di kota ini, kufikir
gadis itu adalah selingkuhannya yang menuntut macam-macam. Tapi setelah kufikir-fikir.
Mengingat wajah pria itu, tatapan matanya dan bentuk wajahnya hampir sama
dengan gadis yang baru saja kubunuh.
Kenapa ada orang seperti itu?, salah apa anaknya sampai si
ayah sanggup untuk membunuhnya. Dunia ini kejam, bahkan seseorang yang seharusnya
melindungi kini malah membunuh.
Aku saking enaknya berfikir tentang gadis dan ayahnya itu
membuat kepalaku kembali terasa sangat pusing dan berat, bahkan kali ini
disertai mual yang luar biasa sehingga membuatku tidak berkonsentrasi pada
jalur yang kulewati, sebuah truk tronton tengah berjalan tepat didepanku. Aku
kaget dan langsung berpindah jalur.
(author pov)
motor besar itu menabrak jalur menabrak body dari bus yang
berada di jalur selatan, penumpangnya terpelanting sekitar 10 meter kejalur
barat. Naas dari arah barat datang mobil sedan, beruntung pengemudi mobil sedan
itu capak dan segera membanting setirnya. Dia selamat. Tidak, dari belakang
mobil sedan ternyata ada pengendara motor bebek yang mau tidak mau harus
menyantap tubuh Reza dengan keras. Bukan salah pengendara motor bebek itu, dia
tidak tahu jika didepannya ada orang karena tertutup oleh mobil sedan tadi.
saking kerasnya motor bebek itu melindar tubuh Reza sampai terdengar bunyi
tulang yang patah atau bahkan remuk. Reza tidak bergerak kembali, dia langsung
tidak sadarkan diri. Pengendara motor bebek itu akhirnya terjatuh karena tidak
mampu menyeimbangi laju motornya yang terus-terusan bergerak tidak stabil
akibat tubrukan tadi.
keadaan jadi macet total akibat kecelakaan itu. Diperkirakan
banyak mobil yang rusak akibat saling tubruk karena mengerim dadak untuk
menghindari kecelakan didepannya yang terjadi dengan tiba-tiba.
++++
Disebuah makam umum, ada dua rombongan yang sedang
menguburkan jenazah.
“siapa yang meninggal?” tanya orang kampong.
“katanya sih satunya korban kecelakaan dan satunya korban
pembunuhan” jawab yang ditanyan.
“ck ck ck…ternyata cara orang untuk mati itu sangat
bermacam-macam yah, jangan sampek kita nanti kayak gitu. Lebih baik mengalami
sakarotul maut yang lancar dan penuh keikhlasan” ucap yang bertanya tadi dengan
mngurut dada.
“iya. Ih ngeri deh kalau sampai kayak gitu” angguk yang
ditanya.
=== TAMAT ===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar