CEREPN
: SESEORANG YANG MEMBERIKU SEMANGAT
AUTHOR
: ZULAIPATNAM
GENDRE
: FNTASY, ROMANCE,LIFE
RATED
: [PG 13+]
CREDTI
SONG : JUDIKA_BUKAN DIA TAPI AKU
STORY
Aku
pasti akan masuk neraka jika mempercayai apa yang kurasakan dan apa yang
kulakukan. Dimasa itu, aku berbaring di tengah gelapnya malam di atas
bukit sendirian, seluruh teman
serombongan sedang asyik menikmati acara bakar-bakar jagung, menyanyi bersama,
dalam acara api unggun yang kuadakan, aku adalah ketua pelaksana acara persami
refresing ini dan aku sama sekali tidak merasa refresh sama sekali, malah
fikiranku bertambah banyak dua kali lipat dan tidak ada yang terpecahkan.
Kunyalakan mp3 player di ponselku, memutarkan lagu beat dari boy band korea
yang beraliran elektrik, sambil menikmati gelapnya langit malam dan
kerlap-kerlip bintang aku meninggalkan keramaian dan lari dari tanggung jawab
untuk sementara waktu, toh aku juga punya panitia penanggung jawab di bawahku.
Disaat
aku masih mendengarkan lagu yang mengalun dengan nikmat, lagu tiba-tiba
berhenti dan sebuah sosok duduk disampingku, sosok pria yang mengenakan jaket
warna hitam dan celana jins hitam, dia tidak mengenakan alas kaki. Aku
tersentak melihat keberadaan pria itu, kubenakkan posisiku dan bangkit ke
posisi duduk sama halnya dengan pria ini. Kuperhatikan wajahnya dan
penampilannya dari atas, bawah, kanan, dan kiri. Dia bukan anggota rombonganku,
aku sama sekali tidak pernah melihat pria ini, belum sempat aku membuka mulut
untuk menanyakan siapa pria ini dia sudah menatapku, tatapan tajam dan seringai
mengerikan.
“jangan
menyalakan benda itu disini!. Aku tidak suka.” Putusnya dan kembali memalingkan
pandangan dariku.
Apa
yang dimaksudnya benda ini adalah ponselku?, apa haknya melarangku mendengarkan
lagu yang kusuka, toh ini tempat umum, sepi dan jauh dari pemukiman atau
perkemahan. Tidak ada pihak yang dirugikan dari kegiatanku menyalakan mp3
diponsel untuk sekarang ini.
“kau
siapa berani-beraninya melarangku?,” sungutku tidak terima dan merebut ponsel
milikku yang berada padanya.
Setelah
berhasil mendapatkan ponsel, dia kembali menatapku, kali ini tatapannya sangat
berbeda dari yang tadi, tatapannya melemas dan sangat lembut.
“tunggu
sebentar disini!.” Kembali dia memperintahku, malahan sekarang tidak lagi
memalingkan wajah melainkan pergi meninggalkanku.
“hei…kau
kira kau siapa, ugh…sebel.” Pekikku gemas dan kembali berbaring, biarlah yang
tadi menjadi angin lalu dan penghiburku disaat fikiran sedang sumpek.
Kembali
lagu yang terpaksa dihentikan tadi mengalun indah ditelingaku, kurasakan belum
1 menit lagu itu mengalun, lagi-lagi pria tadi sudah berada ditempat awalnya
sebelum pergi dan mematikan lagunya.
“kau
ada masalah denganku, apa kau mau mencari masalah!.” Bentakku sudah tidak
tahan, dia pasti pria gila yang berkeliaran di perkebunan ini, buktinya dia
saja berjalan-jalan tidak memakai alas kaki.
“aku
sudah bilang, aku tidak suka kau menyalakan benda itu. Itu membuatku pusing dan
gusar.” Jawabnya yang dapat kuartikan curhat.
“untuk
apa kau pusing dan gusar hanya karena mendengar lantunan laguku, kau Gila
yah…?.” Kataku akhirnya, oke, aku memang gadis yang ceplas-ceplos dan tidak
fikir panjang saat berbicara, tidak memikirkan akibat kebelakang apakah lawan
bicaraku akan sakit hati atau tidak. Pernah sewaktu aku SMK seniorku marah dan
menaparku karena sifatku tadi, tapi kan itu karena memang dia yang salah dan
terlalu sok, jadinya aku melawan dan mengatakan semua isi otakku padanya. Dan sekarang,
aku melihat mimic wajah pria didepanku berubah menjadi dingin, apa itu karena
perkataanku yang mengatakan dia GILA. Oh God, itu terserahlah yang penting
dengan menghinanya tadi rasa stress dan sumpek dikepalaku sedikit hilang.
“apa
hak-mu mengatakan aku Gila, hem..?. manusia Gila.” Dia membalikkan ucapanku,
dan sekarang dialah yang mengatakan jika aku yang Gila.
“ugh…”
kesalku lalu kembali untuk kedua kalinya merebut ponselku dari genggamannya,
aku beranjak berdiri dan meninggalkan pria itu.
+++++
“kau
dari mana?, tiba-tiba menghilang begitu saja. Tidak tahu yang disini mencari
dan cemas.” Sarah berlari sambil nyerocos kearahku yang baru saja keluar dari
belakang bukit. Sebenarnya aku tidak akan kembali kesini sampai nanti subuh,
hanya saja ada problem yang mengharuskanku kembali ketempat tidak menyenangkan
ini.
Sekitar
20 peserta mengelilingi api unggun, Bahar, sekretaris acara duduk di kursi
lipat dengan memangku gitarnya, jemari-jemari pendek dan gemuknya memetik senar
gitar dengan lincah, menghasilkan nada yang sangat tenang, lantunan lagu dengan
otomatis keluar dari mulut masing-masing peserta, aku tidak ikut bagian dalam
hal ini, karena aku sama sekali tidak mengetahui lagu yang sedang mereka
mainkan. Yang kuingat liriknya seperti ini.
Kuakui, sungguh beratnya
Meninggalkanmu yang dulu pernah ada
Namun harus, aku lakukan
Karena kutahu ini yang terbaik
Kuharus pergi meninggalkan kamu
Yang telah hancurkan aku
Sakitnya-sakitnya oh sakitnya
Itu
tadi sepenggal lirik yang kuingat.
“kau
dipanggil Kak Hardi.” Bisik Rendi tiba-tiba dari belakangku, aku yang menikmati
lantunan lagu langsung buyar, digantikan dengan perasaan takut dan gugup,
perutku terasa seperti diaduk-aduk.
+++++
Cukuplah,
aku sudah kenyang dengan semuanya. Aku berlari kearea kebun yang gelap dan
sepi, tangisku pecah disana, setelah kejadian tadi, saat kak Hardi memanggilku,
ternyata dia kecewa dengan caraku yang tiba-tiba kabur dari acara tadi. Tentu saja
aku kabur bukan karena tanpa alasan, baru saja tadi pagi nenekku difonis dokter
menderita gagal ginjal, dan desakan dari panitia yang memaksaku untuk membuat
acara yang seru dan asyik sementara mereka tidak mau melakukan apa-apa, hanya
duduk diam menunggu hasil kerjaku, baru nanti jika mendapatkan pujian mereka
bergaya seolah-olah ikut berpartisipasi dalam pembuatan konsep acara.
Benar-benar panitia gila. Lalu sekarang, kak Hardi secara terang-terangan
mengungkapkan kekecewaannya padaku dengan ungkapan kata-kata yang tidak senonoh
dan kasar.
“hai.
Manusia Gila, masih bisa menangis?.” Pria itu lagi, dia itu hantu atau apa?,
kenapa bisa berada ditempat yang tidak semestinya.
Aku
masih menangis dan duduk diatas batu besar yang menghadap ladang bunga kol.
“APA.”
Sungutku kesal.
Dia
mendekat dan mengambil tempat disampingku, bahkan dengan tidak sopannya dia
mengeser bokongku minta diberikan tempat yang pas.
“hei…apa-apaan.”
Semprotku.
Dia
berhasil mendapatkan tempat duduk lalu diam, kembali dia terlihat dingin, aku
tidak menghiraukan keberadaan pria Gila ini dan kembali melihat ladang bunga
kol. Kuning dan indah, meskipun dimalam hari masih dapat terlihat dengan jelas,
bahkan hanya dengan bantuan temaran bulan saja. Warna kuning memang indah.
Kurasakan
saat aku mulai menunduk dan menahan tangisku kembali, sebuah sentuhan hangat
mendarat di punggungku. Kuurungkan niat untuk menunduk dan kembali tegak.
Pandangan kami bertemu dan dia memamerkan seriangai indahnya, sejak kapan
seringai senyum menjadi sangat indah.
“bertahanlah,
fikirkan dari hal positifnya bukan negativenya. Yang kau hadapi adalah cobaan,
tidak seharusnya kau menjadi rapuh dan lemah seperti ini hanya karena hantaman
beberapa masalah. Aku yakin kau pasti bisa melewati ini semua, sayang.” Dia
memberikan dukungan padaku dengan hiasan kata sayang. Apa aku tidak bermimpi,
bahkan sentuhannya di punggungku terasa sangat hangat dan membangun untukku.
“heh…(aku
mendesah) kau orang pertama yang memberikanku dukungan seperti ini.
Terimakasih.” Putusku, kugerakkan badanku risih karena dia tidak kunjung mau
menurunkan tangannya dari punggungku, pasti jika dilihat kami tengah
berpelukan.
“aku
suka berada didekatmu, rasanya aneh dari setiap orang yang kuikuti sebelumnya.”
Tiba-tiba saja pria ini membuka mulut dengan kata-kata yang tidak kumengerti.
“diamlah,
kau itu orang Gila, setiap kata yang keluar dari mulutmu harus dicerna 100 kali
baru orang akan mengerti.” Ledekku sekenanya.
“itu
karena kau tidak mengerti, seandainya kita sama pasti kau tidak akan
memanggilku Gila. Aku jamin itu.” Yakinnya membuatku tersenyum geli. Dia memang
sangat dingin, tersenyum hanya dengan seringai, dan gayanya yang misterius
membuatku ingin menatapnya terus dan terus.
“namaku
Oni Seftia, kau…” dengan berani aku memperkenalkan diri meskipun dia tidak
menanyakannya dan memasang tampang ingin tahu, aku merasa terdorong untuk
mengenal pria ini lebih dalam malam ini. Setidaknya namanya dan dimana dia
bersekolah.
Dia
tidak menjawab, menyisahkan tampang kecewa dan maluku yang menanti dengan penuh
hati seperti kucing yang menunggu ikan asin.
“terserah
kau lah..” aku frustasi dan memalingkan wajah, kembali menatap hamparan bunga
kol kuning yang indah, membuat fikiranku fresh kembali.
DUK
Kurasakan
pundak kiriku berat, pria ini menyandarkan kepalanya di pundakku. Oh
tuhan…apa-apaan ini, apa yang dia pikirkan.
“berhentilah
memikirkan semua masalahmu, hadapi saja dan jangan membuatnya sebagai beban
berat, setidaknya kau akan mendapatkan manisnya suatu saat nanti. Jangan
menyerah, sayang.” Kembali dia memberikanku semangat dengan bumbuhan kata
sayang.
“terimakasih
sudah memberikanku semangat dan kata-kata yang membangun. Terimakasih.” Ucapku
menahan nafas sebelum akhirnya kuberanikan untuk menyentuh dagunya dan
mendekatkan wajah kami. Cup…Kissu~. Oh Got, maafkan hambamu ini yang keterlaluan
dan lepas control. Ciuman itu hanya beberapa detik, bahkan sebelum aku
mengedipkan mata aku sudah melepaskannya.
“kau
orang pertama yang memperhatikanku.” Tegasku akhirnya, “maaf karena telah
menciummu.” Kataku menunduk.
Dari
kejadian itu, kami berpisah. Lebih tepatnya aku yang meninggalkannya, aku
beranjak dan kembali kelokasi acara, mendapati mereka semua sudah tertidur
pulas. Mulai hari ini akan kutunjukkan jika kepemimpinanku di organisasi ini
bukanlah main-main, terserah kalian akan melakukan atau mengatakan apa, yang
jelas dan pasti aku akan tetap berjalan maju.
+++++
“kau
kemarin malam dari mana?.” Tanya Sarah.
“aku
bertemu pria yang menjadi pemupuk semangatku.” Jawabku riang.
“pria
berjaket hitam dengan bertelanjang kaki?.” Sahut seorang diantara rombongan.
Dia juniorku.
Aku
mengangguk heran. Bagaimana bisa dia tahu akan hal itu.
“dia
adalah arwah bukit ini kak, dia digambarkan sebagai seorang yang tampan,
perhatian namun dingin. apa kakak bertemu sosok itu?.” Yakinnya lagi. Aku
saling pandang dengan Sarah. Bernarkan perkataan junior ini, tapi yang kulihat
terlalu nyata, bahkan aku menciumnya.
“jika
kakak bertemu sosok itu, maka…”
“maka
apa?.” Tanya Sarah penasaran karena junior tadi menghentikan kalimatnya.
“maka
kakak menemukan kebahagiaan hidup yang selama ini kakak cari.” Aku tidak akan
pernah mengerti dan percaya setiap jengkal kalimat dari mulut junior ini, mana
mungkin pria itu adalah arwah bukit ini, aku tidak akan percaya. Entah itu
sebuah kebenaran atau itu sama halnya aku menaruh harapan pada hantu.
Dia
telah memupuk kembali semangat dan gairah hidupku, dia orang pertama yang
memberikanku semangat. Tidak semudah itu seseorang mengatakan dia ilusi, dia
adalah dia yang dapat mengisi kekosongan hidupku. Entah kami akan bersama atau
aku yang akan melawan arus demi bersama dengannya.
===
TAMAT ===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar