Rabu, 15 Agustus 2012

JANJI



TITTLE : JANJI
AUTHOR : ZULAIPATNAM
GENDRE : ROMANCE,
LEGHT : DRABBLE ( 857 KALIMAT)
RATED : GENERAL
>>> STORY <<<
“3 thn lagi aku akan kembali.”
Senyumku terpaksa terulas ketika dia mengengamkan kalung berliontin hati di genggamanku, dia menangkup tanganku kuat dan hangat, matanya menatap lurus padaku dengan iba. Akhirnya hari ini datang juga, setelah 6 bulan yang lalu dia mengatakan akan pergi ke Jakarta untuk meneruskan study-nya.
“itu waktu yang sangat lama.”
Kataku tidak menyetujui akan janjinya. Aku tidak mau dia jauh dariku apapun alasannya.
“kumohon, sayang!. Tunggulah aku!, aku berjanji akan kembali.”
Janji yang keluar dari mulutnya membuaiku, meski begitu tetap saja ketidak percayaan menggelayuti.
Aku menggeleng cepat, membuang segala ketidak percayaanku padanya, mana mungkin dia membohongiku dan pergi begitu saja dan melupakanku, kami sudah bersama sekian lama sejak SD malahan. Aku yakin dia akan memegang janjinya dan kembali padaku.
Di peron ini, 23 September 2009. Kami duduk bersama di bangku tunggu stasiun, tangannya terus mengenggam erat jemariku, dia tidak berkeinginan untuk melepaskan kontak tersebut hingga terdengar suara dari megaphone mengenai kedatangan kereta jurusan Jakarta. Perlahan kutatap dirinya yang mencoba terlihat santai meski matanya mengisyaratkan ketidak relaan untuk pergi, hah.., dengan itu aku yakin jika dia pasti akan menepati janjinya untuk kembali.
“itu keretamu bukan?.”
Tanyaku mencoba mengulas senyum dan terlihat rela.
Dia mengangguk dan kami beranjak bersamaan, masih kami berpegangan tangan. Serasa tidak ikhlas akan perpisahan yang sebentar lagi datang. Bersama kami berjalan menuju pintu kereta, sengaja kuantar kepergiannya hingga dia hilang dari pandanganku.
“aku akan kembali.”
Kembali dia meyakinkanku, kedua tangannya memegang pundakku erat dan menatap mataku tajam. Aku mengangguk melepas kepergiannya.
“aku mengerti, kau tidak akan pernah mengingkari janji bukan.”
“jaga baik-baik kalung itu!.”
Itulah kalimat yang kudengar darinya untuk terakhir kali ketika kereta tengah melaju dan kepalanya menyembul dari jendela untuk memperingatiku. Kugenggam kalung berliontin hati pemberiannya erat-erat dan mengangguk. Entah mengapa ketika kereta menghilang dari pandanganku sebutir air mata menetes dan diikuti air mata lainnya.
+++++
3 thn kemudian
“usiamu sudah 28 thn, ndok…, apa kamu mau jadi perawan tua?.”
Ibu bertanya penuh ibah sedangkan aku hanya diam, kutangkupkan kedua tanganku di dada untuk mengenggam liontin kalung pemberiannya. Usiaku memang sudah 28 thn dan itu dapat disebut sebagai perawan tua didesaku, aku bukan wanita kota metropolis yang akan terlihat muda dan fress meski diusia akhir 30an, aku wanita desa yang hanya bergantung pada orang tua dan bolak-balik sawah untuk mencari nafkah.
“kalau kamu mau, ibu sama bapak sudah punya pilihan buat kamu. Dia pegawai bank, anaknya tampan, baik, pekerjaannya juga menjanjikan. Rumahnya berada di tepi kota dan kamu akan senang kalau kesana.”
Ibu kembali membujukku, ini sudah yang kesekian kalinya. Pasti ibu mengenal pria itu saat menabung di bank ketika habis panen, karena memang setelah hari itulah setiap kalimat tawaran pernikahan itu terselip di pembicaraan kami. Aku jengah, aku tidak mau mengingkari janjiku padanya untuk tetap menunggu dan menjaga pemberiannya ini.
Kugelengkan kepala dengan lemas tanpa berani menatap ibu langsung. Aku takut ibu akan kecewa padaku.
+++++
23 September 2012
Hari ini, hari yang kutunggu selama 3 thn lamanya, hari yang sama saat dia mengatakan janjinya padaku.
“bagaimana kalau dia sudah mempunyai gadis lain disana?.”
Ibu menghalangi langkahku menuju pintu dengan ucapannya, aku berhenti sejenak, kugelengkan kepala dan meneruskan langkahku pergi. Pergi menjemput janjinya.
Akhirnya, senyumku terkembang tidak tertahan sepanjang jalan menuju stasiun. Begitu banyak hal yang ingin kuceritakan padanya selama dia pergi, dari sawah di belakang rumah yang kini sudah semakin sedikit karena orang-orang kota yang membangun rumah singgah mereka, sungai bening tempat bapak-bapak dan bocah memandikan kambing atau sapi kini berubah menjadi sungai bertumpuk sampah, banyaknya gadis desa yang menanggalkan busana sopan mereka menjadi tshirt dan hot pan. Tidak hanya itu cerita yang ingin kusampaikan padanya, terlalu banyak jika kutulis disini.
Sesampainya di stasiun, kubayar si abang angkot dan berjalan cepat menuju peron. Kulihat jam dinding besar stasiun, menunjukkan pukul 14:00. Kemarin aku sudah kestasiun dan mengecek jam kedatangan kereta dari Jakarta. Hanya telat 15 menit, segera kuedarkan mataku menelitik setiap pengunjung stasiun, mencari-cari dimana dirinya berada. Sampai akhirnya mataku menatap tidak percaya, sebuah keluarga kecil bahagia duduk bersama di salah satu bangku tunggu stasiun, mereka bercanda dengan begitu senangnya, tertawa dan tertawa. Kebahagiaan benar-benar terpancar dari mata mereka.
Si ibu memangku bayi kecil berusia sekitar 1 thn dengan si ayah yang menggelitiki bayinya, menjadikan kelakar tawa renyah si bayi mengirama di peron. Tubuhku berhenti bekerja, segala kegiatan disini berjalan begitu lambat dan hanya keluarga itulah yang beraktifitas dengan normal, meninggalkan diriku dalam ketidak percayaan.
Kukagumi pemandangan itu sebagai sebuah jawaban akan janjinya. Liontin di leherku entah mengapa terasa begitu berat, membuatku menarik kalung monel pemberiannya dari leherku dengan keras, meninggalkan sakit peri akibatnya. Kutatap kalung tadi di tanganku dan menggenggamnya erat sebelum kulempar kesembarang arah tanpa peduli. Kuambil ponsel dari tas, menekan beberapa digit numb.
“ibu…, aku mau bertemu dengan pria pegawai bank itu.”
Kataku tanpa nada lalu mematikan saluran telpone.
Janji hanyalah janji, siapa yang berjanji dapat memenuhinya atau mengingkari. Kutarik nafas dalam-dalam dan melangkah menjauh, sudah cukup penantianku akan penebusan janji yang ternyata di ingkari begitu mudah. Untuk apa kujaga pemberiannya jika dia saja mengingkari, tak tahukah dia jika menunggu sebuah penebusan janji begitu sakit rasanya.
>>> TAMAT <<<























[PHOTO] KLASIK SAWAH ITALIANO









Minggu, 12 Agustus 2012

[PHOTO] RANDOM KENANGAN MASA LALU

















diintangi oleh.
SITI JULAIKHA
LINDA APRILIA
YAYUK SUSANTI
ROSITA DWI PALUPI
AGUSTIN MIKE H
RIRIN SETYOWATI
SULAEMAN