Selasa, 06 September 2011

SEBAGIAN CERITAKU


Tittle               : Sayap Seorang Gadis

Author            : Zulai

Gendre           : Fantasy

Nb                   : Hany Asebuah fIKSI, bilamana ada yang tidak berkenan dihati mohon dimaafkan

STORY

Gadis tersebut terus saja berdiri di sana, di halte bus yang sudah kosong. Hanya bertemankan terang bulan dan pekatnya malam, dia tetap berada disana, mengecek jam tangannya dan mencoba menghangatkan tubuh dengan cara menggosok-gosokkan tepalak tangannya satu sama lain.

02:00 am.

Gadis itu masih berada disana, entah apa yang ia tunggu, bus yang berhenti tidak ia naiki, tawaran cold tidak ia hiraukan. Menunggu apa gadis ini??. entahlah, yang tahu hanya dia saja.

03:00 am

Dari arah samping kiri gadis tadi berjalan seorang pria dengan jaket hoody warna hijau. Pria tersebut berjalan sangat cepat, seperti tergopoh-gopoh. Gadis itu tidak menyadari keberadaan si pria, sampai pria tadi terbatuk.

“uhuk uhuk”

Gadis itu menoleh kearah suara. Didapatinya pria tadi sedang tertunduk-tunduk karena batuknya. Merasa khawatir, gadis itu mendekati pria batuk tadi dan menyapa.

“anda tidak apa-apa tuan?” sapa gadis tadi ramah. Si pria kini mendongakkan wajahnya menatap sigadis.

“tidak” pria tadi menggeleng dengan tangan kanannya menekan dadanya. “aku tidak papa. Trimakasih sudah peduli padaku” tambah si pria.

Gadis tadi kini menjauh dan berjalan menuju halte kembali. Duduk disalah satu kursi tunggu yang telah disediakan.

“boleh aku duduk disampingmu?” tanya si pria yang ternyata sudah berada disamping gadis tadi.

Sigadis mengangguk ramah. Pria tersebut duduk disebelah gadis tadi tepat.

“itu cincin pernikahan?” terdengar nada ragu-ragu saat si pria menanyakannya. Gadis tadi tersenyum kecil dan menggeleng.

“tidak. Jadi dari tadi tuan memperhatikan jemariku. Hahahah…, lucu sekali” tanggapan sigadis membuat pria tadi malu.

“ini hanya cincin pasangan…, kami membelinya saat berlibur bersama ke Jogja” jelas sigadis bersemangat dengan memandangi cincin berwarna perak bertahtahkan batu hitam pekat yang menghiasi jari manisnya.

“indah sekali” puji sipria.

“trimakasih. Tuan adalah orang pertama yang memuji cincin kami ini” lagi-lagi jawaban si gadis membuat pria tadi malu.

Keduanya bercengkrama sepanjang malam, membuat kedekatan diantara mereka berdua semakin erat, meskipun baru bertemu tapi keduanya sudah terlihat seperti teman lama yang baru saja bertemu.


“anda percaya dengan malaikat pencabut nyawa” tiba-tiba saja sigadis menanyakan hal tersebut.

Si pria menautkan kedua alisnya “kenapa tiba-tiba kau menyakan hal itu?”

“hah..,sudahlah  itu hanya pertanyaan konyol. sudah jangan dihiraukan” ujar sigadis.

Diam. Tidak terjadi percakapan seperti tadi diantara keduanya sekarang, sekian menit hanya hening, baru ketika si pria melirik gadis yang duduk disebelahnya melalui ekor matanya. Pria tadi terlonjak kaget. Gadis tadi memiliki sayap berwarna putih yang mengepak ringan dibelakang punggung.

Sigadis menyadari kekagetan pria disampingnya.

“apakah tuan dapat melihatnya?” sigadis menyakan hal tersebut hati-hati. Takut jika dugaannya salah.

“ehem” angguk si pria pelan.

“benarkah” mimic wajah sigadis terlihat gembira.

“kau…, siapa kau” tanya si pria ketakutan sembari berdiri dari duduknya, mencoba menjauh secara perlahan. Sigadis menyadari pergerakan pria tersebut dan ikut beranjak dari duduk.

“anda tidak perlu takut. Aku bukanlah hantu atau apa?” jelas si gadis.

“kalau kau bukan hantu lalu apa?, kenapa ada sayap dipunggungmu” tuduh sipria.

“ini” gadis itu melirik sayapnya yang masih mengepak ringan. “ini adalah sayapku. Aku adalah manusia dengan kelebihan tersendiri tuan” jelas si gadis.

“maksudmu apa?”

++++

03:30 am

“kalau begitu kau sama denganku” tegas si pria.

“ehem. (angguk si gadis mantap) hanya saja aku memiliki sayap yang dapat memudahkanku untuk terbang, tidak lebih. Hanya itu kelebihan dari kami” jelas sigadis.

“kamu tidak bisa membaca fikiran manusia, melihat kemasa depan, menyembuhkan luka. Seperti itu?”

“tidak. Aku tidak bisa melakukan hal-hal tersebut”

“jadi kelebihanmu hanya terbang. Itu saja.., tidak ada yang lainnya” pria tersebut masih heran dan tidak percaya.

“iya”

“bisa kau tunjukkan bagaimana saat kau terbang” usul si pria. Gadis tadi tersenyum tipis dan beranjak dari kursinya. Menjulurkan tangannya kepada si pria, seolah mengajak si pria untuk terbang bersamanya.

“apa?”

“tuan mau ikut terbang bersamaku?” ajak sigadis.

“tidak trimakasih”

“baiklah. Dada” sedetik kemudian gadis dihadapan si pria sudah menghilang menembus langit, meninggalkan si pria sendirian.

Heran, kenapa hal aneh tersebut menimpa dirinya, si pria beranjak dari kursinya dan memandangi lagit.mencoba mencari dimana gadis itu.

“uhuk uhuk” kembali .batuk si pria menyerangnya. Semakin sakit dan sakit, dada si pria terasa sesak dan gatal.

Batuknya semakin menjadi, si pria menutupi mulutnya dengan membekap menggunakan kedua telapak tangannya, terasa lengket di telapak tangannya, pria tadi melepaskan bekapan dan melihat cairan merah ditelapaknya, darah. Ini akhir pikir si pria. Kembali si pria batuk dan batuk. Bahkan batuknya kali ini terasa sangat sesak. Nafasnya habis karena terus-terusan batuk. Dadanya terasa berat dan desahan nafas terakhir keluar dari raganya.

Sipria tergeletak dihalte bus sendirian dalam dingin.

“sekarang saatnya” gumam sigadis yang entah darimana sudah berada di samping tubuh sipria. Gadis tersebut mengusap perut sipria lembut setelah itu menggerakkan tangannya seperti menarik sesuatu. Cukup sulit. Kringat mulai memenuhi kening sigadis. Dan dengan usaha yang lebih keras. Gerakan menarik itu ia tambahkan dengan hentakkan cepat keatas. Akhirnya. Sesuatu yang dicari keluar. Sebuah cahaya yang berpendar sangat terang terangkat dari pusar sipria. Benda aneh tersebut mengambang diudara untuk waktu yang sedikti lama, sampai pada akhirnya gadis tadi mengangkat tangannya yang bertahtahkan cincin ke udara dan secara perlahan. Benda bercahaya tersebut terbang menuju cincin sigadis dan terserap kedalam batu hitam pekat

“akhirnya. Trimakasih tuan, telah ikut berpartisipasi dalam tugasku hari ini. akan kujaga jiwamu dengan sangat baik. Permisi” gadis tersebut mengepakkan sayapnya cepat dan terbang lurus kelangit. Meninggalkan jasad si pria sendirian dalam dingin dihalte bus.

Beginilah pekerjaan seorang pencabut nyawa. Terbang kesana-kemari untuk mencari pekerjaan, menyamar sebagai manusia dengan kelebihan saat manusia itu menyadari fisik aslinya.

Jadi alasan kenapa sigadis terus-terusan berada dihalte bus, menolak setiap tawaran angkut yang lewat adalah ini. menunggu kedatangan pria yang akan ia ambil nyawanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar