Kamis, 26 Mei 2011

Cinta Dibawa Mati

=Cinta Dibawa Mati=

Penulis = Zulai

Cast= Oni dan reza plus family. (semua cast milik author)

Hujan yang lebat tidak mengurungkan niat Oni untuk tetap berlari menuju rumah neneknya. Ia terus berlari dan berlari membela derasnya hujan. Berbekal tas pungungnya oni memakainya untuk alat peneduh sambil berlari. Sesampainya didepan rumah neneknya. Oni menghentikan larinya, seolah kakinya lumpuh untuk digerakkan.

Dua pria yang sangat ia kenal, yang satu memakai jaket jumper dan satunya mengenakan kaos oblong berwarna hijau tua. keduanya turun dari motor masing-masing dan beranjak masuk kedalam rumah neneknya. Oni mundur secara perlahan, ia tidak percaya dgn apa yang sudah ia lihat.. Kakak tiri yang selama ini disembunyikan oleh ayahnya adalah….

 Oni memang sangat membenci pernikahan kedua ayahnya, dan mengatakan “ayah boleh nikah lagi, asal istri ayah gag punya anak. Anak kalian berdua nanti Cuma aku. Oni anak satu-satunya, aku gag sudi punya saudara tiri” gertak Oni pada ayahnya waktu itu. Ia tidak menyangka jika ayahnya setega ini padanya, membohongin dirinya. Baru beberapa hari ini ayah Oni mengatakan yang sejujurnya pada Oni, bahwa oni memiliki kakak tiri, anak semata wayang juga dari Ibu tirinya. aWalnya oni sangat marah tapi, dgn seiring waktu berjalan oni mulai bisa menerima kehadiran kakak tirinya, tanpa ia ketahui kakak tirinya adalah reza. Pacarnya sendiri. Ia tidak menyangka jika ayah tiri yang dimaksud reza selama ini adalah ayahnya sendiri.

Memang hubungan oni berdasarkan persamaan nasib, yaitu sebagai anak tiri. Pertemuan pertama mereka yatiu 1,5thn yang lalu. Saat itu Oni menghabiskan waktu istirahat sekolahnya dgn membaca buku diperpustakaan sekolah, reza yang notabenya adalah murid baru merasa dirinya terkucilkan dan memilih berlari keperpustakaan. Sama halnya dengan Oni reza saat itu juga membaca buku, duduk berdampingan tanpa saling menyadari keberadaan satu sama lain.sampai akhirnya Oni beranjak dan tidak sengaja menjatuhkan tas punggung reza. Bermulai dari pertemuan diperpustakaan, keduanya mulai menjalin hubungan pertemanan, saling curhat mengenai kehidupan mereka, sampai dengan rencana pernikahan orang tua mereka. Menurut reza pernikahan kedua ibunya adalah hal yang wajar, pasti setiap manusia menginginkan kebahagiaan sempurna. Berbeda dengan reza yang setuju ibunya menikah lagi, Oni tidak sama sekali, ia menentang pernikahan kedua ayahnya, jika bukan karena nenek yang menasehatinya pasti sampai sekarang Oni tidak akan memiliki ibu tiri sebaik ibunya itu.

Oni berlari menjauh, tidak terasa air matanya mengalir melewati pipi mulusnya, beberapa kali oni mengusap air matanya dengan punggung tangannya, tapi kenapa air matanya tidak berhenti dan terus mengalir, bahkan semakin deras. Guyuran hujan sudah tidak ia hiraukan kembali, tubuhnya basah kuyup. Ditengah dingin udara malam Oni terus berlari melewati jalanan sepi.

+++

Ayah melirik jam tangannya. Beserta reza dan nenek mereka bertiga duduk bersama di ruang tamu. Pertemuan ini tidak akan terasa lengkap jika Oni tidak datang, lagipula pertemuan ini memang khusus untuk Oni, agar dia mengenal kakak tirinya.

“mana Oni fajar..?” tanya nenek tidak sabar. Sudah sekitar 1 jam mereka menunggu kedatangan oni.

“sabar buk. Mungkin sebentar lagi oni datang” hibur ayah menenangkan nenek.

Reza tertunduk diantara percakapan kedua orang tua tadi. Ini bukan tempat baginya untuk berbicara, reza tidak begitu akrab dengan ayah tirinya ini, maklumlah, selama 1 thn ibunya menikah lagi, baru sekarang ini reza melihat tampang ayah barunya. Pada saat pernikahan saja reza tidak datang meskipun ibunya mendesak. Alasannya karena ujian, padahal, reza sengaja tidak datang karena masih dongkol pada ibunya yang kawin lagi.

“coba kamu telephone Oni” titah nenek. Ayah bergegas merogoh sakunya mengambil ponsel.

“no yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan…” sapa operator ramah. Klek. Ayah mematikan sambungan telephone. “hp-nya tidak aktif”

Nenek semakin gusar. “jangan-jangan ada apa-apa ini?, diakan belum sembuh total” tebak nenek sembarangan, perasaannya sudah kacau.

Ayah yang sedari tadi tenang terpancing kini mulai terpancing emosinya. “ibu ini ngomong apa-siih.., udah kita tunggu aja sampai jam setengah sembilan”

Reza mendongak menatap jam dinding, pukul 20:00. tinggal setengah jam lagi sampai ia terbebas dari tempat ini atau dia malah terseret untuk ikut mencari Oni jika benar Oni tidak datang.

Sudah seperempat menit. Nenek bolak-balik terus, cemas memikirkan nasib cucunya yang tidak kunjung datang. akhirnya nenek duduk juga.

“kenapa buk..” tanya ayah cemas, jangan-jangan penyakit ibunya kambuh lagi. Penyakit asma yang sudah bersarang ditubuh wanita tua itu selama hampir 4thn.

“ibuk gag papa. Cuma capek aja”

“rez.. coba kamu pergi ke kamar nenek. Ambil obat asmanya, pasti penyakit nenek kambuh lagi ini” titah ayah pada reza, reza terhenyak mendengar perkataan ayah tirinya tersebut.

“tap tap tapi yah..(reza merasa canggung untuk melakukannya) reza..”

“udah cepet nanti nenek kamu kenapa-kenapa gimana?” potong papa. Reza beranjak dari tempat duduknya menuju kamar nenek.

Didalam kamar nenek. Kamar yang sudah ditempati selama 68thn ini sangat bersih, hanya ada 1ranjang besar berseprai putih, 3 bantal dan 1 guling beserta selimut besar tebal warna hijau. Buvet kecil disebelah ranjang, dan 1 almari tempat nenek menyimpan pakaian sehari-harinya.

“pasti didalam laci buvet ini’ tebak reza dan membuka laci buvet. Benar sekali, nenek memang biasa menyimpan obat asmanya dalam laci buvet tersebut. Reza meraih beberapa plastic obat kemudian keluar dari kamar.

“nih yaah” reza menyerahkan obat yang ia bawa.

“minum dulu buuk, sebelum kumat” ayah menasehati nenek.

“Oni kemana Jar.. sampai jam segini belum datang, gag ngasih kabar lagi. Ibuk kepikiran yang gak gak” nenek mengurut dada.

Ayah dan reza saling pandang.

++++

Oni duduk disebuah bok dipinggir sungai kecil. Ia sendirian, hujan sudah redah dan bajunya mulai sedikit kering karena terpaan angin malam. Meskipun hujan reda tapi tangis oni tidak, ia masih tersedu-sedu apalagi saat ia memikirkan bahwa reza adlaah kakak tirinya.

“AAAAaaaaaaaaa” teriak oni melepaskan semua beban dalam hatinya.

“ini tidak mungkin TIDAK” jerit oni menjambaki rambutnya. Tangisnya semakin menjadi.

++++

“ibuk tidur saja. Aku sama reza pamit pulang, nanti kalau sudah ada kabar dari Oni. aku pasti bakalan ngabarin ibuk” hibur ayah.

“iyah. Ati-atiyaah” angguk nenek. Ayah dan reza menaiki motor masing-masing sebelum akhirnya melesat jauh meninggalkan nenek sendirian lagi bersama rumah tuanya.

Setibanya dirumah. Ibu menanti dengan harap-harpa cemas, sengaja ibu tidak ikut kerumah nenek karena tidak ingin melihat ekspresi Oni saat melihat kakak tirinya, tidak tega rasanya bagi ibu untuk melihat rasa benci dan dendam diraut wajah oni ketika melihat anak semata wayangnya.

“lho.. mana Oni” tanya mama heran melihat ayah dan reza datang tanpa ada Oni.

“itu” tunjuk reza. “Oni..” ucap reza heran,jadi Oni yang dimaksud ayah adalah Oni pacarnya. Reza tidak menyangka jika Oni adalah adik tirinya, memang saat mendengar nama Oni reza tertawa karena menyangka hanya kebetulan semata, nama adik tirinya sama dengan nama pacarnya. Tapi jika kesamaan nama diikuti kesamaan orangnya??. keheranan reza diikuti oleh ayah. Ayah merasa heran melihat Oni datang dengan keadaan seperti ini, pakaian basah kuyup dan rambut acak-acakkan beserta tas punggungnya yang diseret sembarangan di aspal.

“oni kamu dari mana saja” ayah berhambur turun dari motor dan mendekati anak gadisnya.

Oni tidak menjawab, ia melihat lurus kearah reza yang terpaku di atas motor sportnya.

“tadi ayah nunggu kamu dirumah nenek. Tapi kamunya gag datang-datang. kamu dari mana?. Kok sampai kayak gini?” heran papa.

“Oni dari jalan-jalan” jawab Oni cepat dan dingin. Ayah sudah tahu sebabnya pasti karena sekarang kakak tirinya ada disini.

“kamu jangan kayak gini donk!, ayah minta maaf karena udah bohong sama kamu”  ayah merangkul Oni.

“lepasin” pinta oni ketus. ayah heran dgn sikap anaknya. Begitu ayah melepaskan pelukannya Oni berjalan cepat tanpa memandang reza dan ibu menuju kedalam rumah.

Ayah dan ibu saling pandang. Mereka berdua sudah maklum dgn ekspresi Oni. tapi berbeda dgn reza, tubuhnya beku dan tidak dapat digerakkan. Seperti petir disiang bolong. Ternyata pacarnya adalah adik tirinya.

++++

Pagi hari di taman.

“apa maksud semua ini. Heh.” Tuntut Oni menantang reza.

Reza mendekati Oni, ia berusaha untuk menjelaskan tapi mulutnya terkunci rapat.

“gw gag rela kalau elo jadi kakak gw, gw gag rela” teriak oni sampai akhirnya tangisan Oni pecah. Reza mendekat untuk memeluk Oni.

“jangan sentuh gw” tolak Oni dan menghempaskan uluran tangan reza. “gw gag sudi loe dekt-deket gw” tambah Oni. reza mendhelik mendengar ucapan Oni. ia tidak percaya jika reaksi oni akan seperti Ini.

“ini bukan salah gw oni.., gw gag tahu sumpah” reza memastikan Oni.

“percuma elo ngomong kayak gitu. Sudah terlambat buat balikin waktu. Kita..(oni menelan ludahnya) PUTUS”  oni berbalik dan meninggalkan reza sendirian di tengah taman.

Beberapa langkah dari reza. Oni memegangi kepalanya dan mengernyit kesakitan. Kini tangisan Oni tidak hanya dari rasa sakit hatinya. Melainkan dari rasa sakit fisiknya yang sudah menyerangnya selama 3 thn terakhir ini.

++++

Kehidupan oni berubah Gadis yang sangat periang berubah menjadi sangat pendiam. Apalagi Oni harus tinggal satu atap dengan reza. Ibunya memborong anaknya tersebut kerumah ayah Oni, dikarenakan tidak ingin berpisah terlalu jauh dgn anaknya. Reza memang tinggal di kost yang lokasinya jauh dari sekolah dan rumah Oni.

Segala cara dilakukan reza untuk mendekati Oni kembali, sejak Oni mengetahui jika reza adalah kakak tirinya, oni seolah menjauh dari reza. Dari brangkat bareng kesekolah, membuatkan bekal untuk Oni yang limited edition buatan reza, dan hal gila lainnya.

Hingga akhirnya reza mendekati Oni dgn  membawakan seikat bunga dan cincin.

“will u marie me” tanya reza pada Oni yang saat itu asyik nonton tv.

“loe gila??” kata Oni geram dan melempar snack yang ia pegang sedari tadi tepat di muka Reza.

“gw gag gila”

“trus apa sinting. Iya?”

“gw serius”

“jangan bercanda rez..” Oni beranjak menuju kamarnya. Reza merasa tidak terima dan menarik pergelangan tangan Oni, menyeretnya menuju keluar dan memaksa Oni masuk kedalam Mobil. Tepatnya mobil milik ayah yang terparkir dibagasi.

“hya.. mau ngapain loe” tanya oni geram.

“kita pergi kesuatu tempat”

Selama perjalanan. Hening dan sepi, oni tidak berbicara sepatah katapun, begitu juga halnya dengan reza.

“tempat apa’an ini?” heran oni. reza menuntun Oni kesebuah hutan pinus yang memberikan pemandangan indah.

“ini tempat dimana loe, dan gw bakalan tunangan” pamer reza puas, dan menunjukkan  pemandnagan di tempat tersebut dgn bangga. “gimana menurut kamu” reza meminta pendapat Oni.

Plak. Oni menampar reza. Titih air mata menuruni pipi Oni.

“gw serius. Ini bukan lelucon atau sejenisnya. Ayah dan ibu sudah setuju” jelas reza. Benar kedua orangutan mereka sudah setuju. Desakan dan rasa kasihan yang mendasarinya. Ayah tidak sanggup melihat anak gadisnya menderita karena dirinya. Ayah merasa bersenang-senang di atas penderitaan orang lain, yaitu anaknya sendiri.

“rez..(oni mendesah) bagaimanapun kita tidak akan menikah. Sampai kapanpun tidak akan, meskipun ayah dan ibu mengizinkan. Kita tidak akan menikah, jangankan menikah memiliki rasa sayang sebagai seorang wanita dan laki-laki dewasa saja tidaka akan pernah terjadi. Perasaanku padamu sudah benar-benar hilang dan tidak tersisa, jadikumohon mulai sekarang berhenti melakukan hal yang tidak patut kita lakukan” meskipun jauh dalam hati oni menentang perkataannya sendiri, dia masih sangat dan sangat mencintai Reza.

Reza merasa marah. Ia melemparkan buket bunga yang ia pegang sedari tadi ketanah. Hatinya hancur. “kalau itu yang loe mau. Gw bisa mengabulkannya” ucap reza penuh emosi. Di berbalik meninggalkan Oni sendirian di hutan yang indah dan sejuk ini. Dibawah rimbunnya pohon pinus Oni memandang punggung reza yang semakin menjauh.

Oni kembali memegangi kepalanya dan sedikit menjambak rambutnya. Kepalanya rasanya mau pecah, nafasnya tersenggal-senggal dan tubuhnya lemas, dia terjatuh ketanah karena kakinya sudah tidak kuat menopang tubuhnya. Pupil mata Oni berubah menjadi agak kemerahan. Dia kini terbaring di tanah dengan tangannya yang bergerak seolah ingin menggait sesuatu didekatnya. Reza sudah melangkah menajuh dan terlalu jauh untuk menyadari keadaan Oni.

“re za. Ma af kan aku” kalimat terakhir yang keluar dari mulut manis Oni.

Sebegitu pekah reza dengan suara Oni. dia membalikkan tubuh dan mendapati Oni sudah terbaring dalam kebahagiaan yang menantinya di alam yang lain.

Reza menangis sejadi-jadinya. Ia tidak menyangka jika keputusannya melamar Oni hari ini akan menjadi hari yang sangat kelam baginya. Ayah datang dan menepuk pundak reza.

Tumor otak stadium 4. oni mengidap penyakit tersebut selama 3 thn terakhir.  Tidak ada yang mengetahui penyakit oni kecuali ayah dan nenek. Bahkan oni merahasiakannya dari reza.

Kini nisan berukirkan Nama Oni permatasari akan selamanya berdiri tegak disana.

Keputusan Oni sampai akhir. Cinta dibawa mati.

Reza duduk di atas ranjang Oni. dia merasakan sipemilik ranjang masih tertidur pulas diatasnya ditemani bantal-bantal empuk dan selimut hangat. Reza mengelus permukaan ranjang yang halus bagaikan rambut Oni. sampai ia merasakan basah di pipinya. Air mata reza leleh menuruni pipi. Dia terisak dan menahan nafas dalam-dalam agar sakit di hatinya tidak terasa.

Sentuhan hangan mendarat di pundak reza. Reza mendongakkan kepalanya, mendapati ayah tirinya berdiri disampingnya dan mengatakan “Kesedihan dan kerinduan hanya terasa selama yang kamu inginkan dan menyayat sedalam yang kamu ijinkan. Yang berat bukan bagaimana caranya menanggulangi kesedihan dan kerinduan itu, tapi bagaimana belajar darinya” tutur ayah. Reza menyentuh tangan ayah dipundaknya.

“maafkan aku Oni” ucap reza dan memejamkan mata mengingat wajah cantik dan ceriah oni dalam angan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar