Kamis, 11 Agustus 2011

SEBAGIAN CERITAKU


Keyakinanku



Author             : Zulai

Cast                 : Reza, Oni (Ini cast milik author)

Gendre             : Romantic (aku pikir gendrenya ini, cos aku juga bingung // ngook)

NC                  : Insya Allah bisa untuk semua umur, asal jangan balita ajah, cos mereka-kan gag bisa baca // ahai ahai//.

STORY INI 100% KARANGAN SAYA, BILA MANA ADA KEMIRIPAN NAMA, DAN KISAHNYA. YAAH DIMAKLUMI SAJA. NAMANYA JUGA KEMIRIPAN.

STORY

“Aku mencintainya.”

Selalu kalimat itu yang ku ucapkan agar perasaanku tidak goyah sama sekali pada-nya. Laki-laki yang sudah merebut hatiku.

Seperti sekarang, kembali aku melihatnya duduk diam di taman belakang rumahnya yang luas, dia duduk sendirian dibangku kayu bercat coklat, nampak dia sedang memikirkan sesuatu, tangan kanannya ia gunakan untuk menyangga kepalanya.

Kulangkahkan kakiku mantap untuk mendekati-nya.

Kurasakan jantungku berdetak sangat kencang setiap jarak kami berdua berdekatan.

Dia bergerak untuk melipat kedua tangannya di dada, kini kuhentikan langkahku cepat. Apa dia merasakan keberadaanku??.

“apa itu bibik?, aku minta ambilkan jus lagi donk bik” aku mengurut dada karena dia tidak menyadari jika yang berada di belakangnya sekarang adalah aku. Oni wijaya yang notabenya adalah tunangan yang dibuang atau lebih halusnya dilupakan.

Dia menoleh kearahku, bisa kulihat dia megerutkan dahi karena melihatku bukan pembantu setianya.

“kamu?” tanyanya penuh penekanan. Memang setiap melihatku dia bertingkah seolah aku adalah orang asing, padahal hampir setiap hari aku menyambanginya disini.

Mencoba menyunggingkan senyum adalah hal yang selalu kulakukan setiap dia melihatku.

“apa kita pernah bertemu?” tanyanya kemudian, pertanyaan yang selalu sama selama kurang lebih 4 bln belakangan ini.

Hatiku rasanya miris dan hancur setiap dia mengatakan kalimat itu padaku.

Kugelengkan kepala dan menjawab “tidak” dengan senyum yang masih kupaksakan.

“oh…kalau begitu ada keperluan apa kamu kesini?”

Aku ingin meneriakimu, mencakar mukamu, memukul-mukul tubuhmu karena sudah melupakanku dengan sangat mudah. Aku ingin melakukannya.

“aku hanya ingin melihatmu. Itu saja” jawabku.

Dia menautkan alis, berdiri dari tempat duduknya dan mendekatiku, jantungku berdetak makin cepat karena jarak kami berdua sudah lumayan dekat, kulangkahkan kakiku mundur dan mundur.

“pergi kau dari sini. Pergi, aku tidak mau melihatmu” jeritnya padaku, dia meraih pundakku dan menyungkurkan tubuhku ketanah.

Ada apa denganmu reza. Aku sudah bersabar untuk menunggu dan menunggu sampai kamu mengingatku lagi, tapi kenapa selalu seperti ini. awalnya kamu Cuma diam dan bersifat bisa tapi beberapa menit kemudian kamu bersifat sangat kasar.

“pergi kamu pergi” teriak-nya terus padaku, malah kali ini dia menjambaki rambut panjangku. Padalah sekarang posisi kami dengan aku di bawah dgn dia menindihku dengan tubuhnya kemudian menjambakiku.

Kubungkam mulut ini agar tidak menjerit karena sakit, biar saja rasa sakitku terpendam. Aku tidak mau membuat dia yang kucintai mendengar teriakan kesakitanku.

“dasar wanita jalang. Aku tidak sudi melihat kamu” trus reza mengatakan kalimat itu berulang kali. Dai melepaskan jambakan di rambutku dan berganti memukul-mukuli tubuhku sekenanya.

Terasa air mataku menetes, dadaku sesak karena harus menahan sakit dan isak tangis.

“kamu menangis, kenapa?, apa aku menyakitimu?” tanyanya dan megelus pipiku halus, tidak lagi memukuliku atau berteriak, kembali pada sifat lembutnya yang perhatian.

Reza jangan buat aku menderita seperti ini. penyakitnya. Gangguan Identitas, salah satu gangguan jiwa yang berasal dari trauma yang cukup ekstrim pada masa lalu sehingga mengakibatkan sipenderita memiliki dua kepribadian yang selalu muncul dan memegang kendali dalam tubuh sipenderita.

Dan hal trsebut itulah yang sedang reza alami. Dia mempunyai dua sifat yang saling dominan di dalam tubuhnya, kadang sifat baik kadang jahat.

Dia menangkup wajahku dengan jemarinya yang besar, melihatku dengan tatapan lembut yang penuh dengan keibahan karena melihat air mataku, dia membimbingku berdiri dan membantuku berjalan menuju ruang tengah.

Disana dia berteriak memanggil pembantunya dan mendudukkanku disofa.

Wanita pendek dengan rambut dikuncir kuda datang mendekati reza.

“ada apa den?” tanyanya.

“bawakan saya peralatan P3K” printah reza. Wanita pendek tadi mematuhi dan melihat kearahku yang duduk di sofa.

“lho non Oni. kenapa bisa begini?. Apa…..?” buru-buru wanita tersebut menutup mulutnya karena hampir keceplosan. Aku mengangguk dan kembali menatap reza yang terlihat sangat cemas dengan keadaanku.

Rambutku acak-acakkan, diwajahku ada bekas cakaran dan lebam karena tamparan. Itu yang terlihat, sedangakn yang tidak, entahlah separah apa?, tapi yang paling sakit adalah perasaanku.

Aku menerima semua perlakuan reza padaku, sayang kemudian di siksa. Apa aku terlalu bodoh menjadi seorang gadis yang hanya mematenkan cintanya pada seorang pria dengan gangguan identitas seperti reza ini?.

Sudah berkali-kali aku berfikir untuk pergi dan lepas dari reza, tapi sulit, aku lagi-lagi kembali menemui reza dan mendapatkan lebam di tubuh dan perasaan.

Reza mengelus wajahku yang lebam, dia mengelus dengan lembut sebelum akhirnya dia memejamkan matanya.

“aku merasa kita sudah saling kenal dan dekat sebelum ini” ucapnya dalam pejaman mata.

Aku meringis karena sentuhannya yang membuat lebam tadi terasa sakit. kuaraih jemari reza yang mengelus wajahku dan menurunkannya dari sana.

“kita berdua. Hampir saja menikah sebelum akhirnya kamu menderita penyakit ini” tuturku. Reza membuka matanya.

“aku Oni wijaya. Gadis yang kamu telantarkan di hari-hari menjelan tunangan kita, kamu tiba-tiba masuk rumah sakit karena pingsan tiba-tiba. Kamu tahu betapa takut-nya aku saat itu?. Aku sampai tidak mampu lagi bernafas karena cemas. Selama hampir 2 hari aku berada dirumah sakit menemani ibuk kamu siang dan malam untuk menjaga kamu, aku berharap kamu akan sadar dan kita berdua dapat melaksanakan acara tunangan kita yang tertunda waktu itu. Tapi tidak. Kamu sadar dengan berbagai perlakuan aneh, tidak lagi mengingatku, sedikit-sedikit berubah sikap. Dari sangat lembut seperti ini berubah menjadi sangat jahat dan kasar seperti tadi” celotehku agar dia dapat mengerti situasi.

“aku tidak mengerti dengan maksud ucapan kamu?” tanyanya tidak mengerti.

Aku menatap reza tajam dan berfikir.

Sudah cukup.

Rasa sakit yang kudapatkan setiap bertemu denganmu itu tidak seberapa, tapi jika kamu berkata ‘apa kita dulu pernah bertemu’ itu akan sangat sakit untukku, sakit yang butuh waktu lama untuk sembuh.

Wanita pendek datang dengan kotak besar di tangannya.

“ini den peralatan obatnya”

“trimakasih” kata reza. Wanita pendhek pergi meninggalkan kami berdua.

Reza mulai melakukan tugasnya, dia mengobati lebam dan bekas cakaran di wajahku.

Ditengah saat reza mengoleskan obat merah di wajahku. Rasanya dia sudah mengobati sakit hatiku.

Reza. Aku akan selalu mencintaimu, sesakit apa yang tubuhku rasakan, kamu akan selalu mengobatinya. Seperti itulah yang kurasakan untuk perasaanku.

Selama apa kamu dapat mengingatku secara utuh. Aku akan menunggu dan setia menunggu.

Memang aku gadis bodoh yang cintanya stag pada pria dengan gangguan identitas.

Tidak akan kusesali pilihaku untuk tetap mencintaimu dan menunggu. Aku akan selalu menunggu dan menerima perlakuanmu padaku.

Karena aku yakin. Pada akhirnya kamu akan mengingatku dan mulai mencintaiku kembali seperti dulu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar