Sabtu, 07 Januari 2012

SEBAGIAN CERITAKU


Judul : membunuh untuk mati

Author : Zulaipatnam

Gendre : Thriller

Rated : [PG 15]

Yah itung-itung sambil mengisi waktu luang
Eh ternyata bikin cerita yang kayak gini
Gag nyambung? It’s Okey
Aku juga gag begitu ngerti.
Okey Author gag banyak bacot.

STORY
Kupandangi foto lucek dan sedikit sobek yang diberikan klienku tadi terus-menerus, mampukah aku melaksanakan tugasku hari ini dengan keadaan seperti ini, jujur saat ini kepalaku sangat pusing dan terasa berat, pandanganku sedikit-sedikit kabur kadang tidak, apa aku bisa melaksanakan tugas hari ini dengan baik seperti biasanya, entahlah aku juga tidak tahu. Lihat saja nanti.
Kumasukkan semua peralatanku kedalam mantel panjang warna hitam yang kukenakan.
“gadis itu tinggal sendirian di apartemennya di daerah XXX” aku masih ingat kalimat orang yang menyuruhku untuk membunuh gadis ini.
Untuk pergi kesana aku naik motor besar milikku, dinginnya udara malam sedikit membuatku merasa merinding. Gemerlap lampu kota dan hiruk-pikuk kehidupan malam kota sangatlah indah. Jalanan cukup sepi mengingat sekarang sudah hampir tengah malam. Setelah menempuh perjalanan sekitar 3o menit, akhirnya aku sampai dijalanan kecil yang muat untuk 1 mobil, kuparkir motorku diujung jalan dan berganti berjalan menuju apartemen kecil dan kumuh sigadis.
Dengan sedikit keahlianku kumasukkan kawat kecil sebagai pengganti kunci.
KLEK
Berhasil, pintu terbuka, apartemen ini memang sangat kecil. Hanya ada 3 ruangan, ruang tamu sekaligus kamar, kamar mandi dan dapur. Gadis itu terlelap dibalik selimut lusuhnya, dia tidur seperti malaikat bagiku. Ternyata bukan hanya difotonya di terlihat cantik, aslinya bahkan lebih dari cantik. Sangat sayang bagiku untuk membunuh makhluk indah didepanku ini, namun bagaimana lagi, demi alasan profesionalitas aku harus melakukannya. Kukeluarkan pisauku dari saku mantel. Kudekati perlahan gadis itu, dia tidak bergeming dan pasti tidak menyadari keberadaanku.
Dengan tepat kuarahkan pisau ini kebagian dadanya agar pas mengena jantunya, saat akan menghujamkan pisauku tiba-tiba kepalaku terasa pusing luar biasa. Kututup mulutku cepat dan urung melakukan aksiku. Padahal tinggal satu langkah lagi. Sial.
Kepalaku tersa sangat pusing, berat dan bahkan aku tidak bisa merasakan jika kakiku menginjak lantai. Ada apa ini?, kenapa tiba-tiba kepalaku terasa sangat pusing.
“auw…” rintihku tidak tertahankan. Aku takut gadis ini akan terbangun jadinya aku mundur cepat dan keluar dari rumahnya.

++++

Aku datang berobat kerumah sakit. Setelah dokter selesai memeriksaku dokter itu memasang tampang heningnya, dia mengatakan semuanya dengan tenang dan penuh rasa simpati.
“anda menderita tumor otak”
Kalimat dokter itu terus mengiang ditelingaku, tumor otak stadium 3. Bagaimana mungkin aku menderita penyakit itu?, aku bahkan tidak mengerti kenapa bisa.

++++

Malam selanjutnya, aku harus segera menyelesaikan tugasku sebelum berhenti dari pekerjaan ini.
Dia tidak ada ditempat tidurnya, ruangan ini kosong. Aku jadi bingung dan takut jika gadis itu belum tidur.
Benar dugaanku, baru saja aku membuka pintunya beberapa detik kemudian pintu kamar mandi terbuka dan gadis itu hanya mengenakan kaos oblong, celana training, dan rambut yang ditutupi oleh handuk.
Kami saling tatap.
“siapa kau?” katanya ketakutan.
“bukan siapa-siapa?” jawabku dan mau mendekatinya, aku yang memulai dan harus mengakhiri, dari pada aku kabur dan dia mengenali wajahkku lebih baik kuselesaikan mala mini juga.
Kutarik lengannya agar dia keluar dari kamar mandi setelah kututup rapat pintu apartemennya, dia memberontak dan mulai berteriak.
“diam” printahku dengan membekap mulutnya.
“apa yang kau mau dariku?,” tanyanya ketakutan, air matanya kini mengalir. Kutarik dia sampai terjerembab di lantai ruang tamu, tubuhnya tersungkur, kepalanya memandangku ketakutan.
Pertama-tama aku bermain disekitar wajahnya, sedikit pukulan dan pipinyamerah akan hal itu, dia berhenti menangis. Dia sama sekali tidak bergerak dan menundukkan kepalanya dengan bersimpuh.
“ayah.” Nadanya seperti memohon bantuan.
“ayahmu tidak akan sanggup menolongmu” ucapku kejam.
Dia menggeleng.  Aku hanya diam.
“ayahku yang menyuruhmu?” pertanyaannya membuatku berfikir.
Tidak ingin larut dengan kehidupannya kujambak rambutnya agar dapat melihat wajahnya, penuh luka lebam akibat pukulanku tadi.
Sambil menjambak rambutnya kukeluarkan pisauku, pisau yang sangat tajam yang biasa kugunakan dalam melancarkan aksiku.
“bilang pada ayahku jika aku sangat menyayanginya” itu terdengar seperti permintaan terakhir.
Cepat lakukan Reza, jangan mengulur waktumu lagi.
JLEB
Sasaranku kali ini adalah perut gadis ini, pisau sudah menancap diperutnya. Darah segar mengalir dari pisauku menurun hingga jemari-jemariku, bau anyir darah segera menusuk hidungku. Gadis ini tetap menatapku, tatapannya sayu, tidak ada gambaran rasa sakit sama sekali dari ekspresinya.
Kutarik pisauku dan kembali menusukkannya kebagian perut lainnya, begitu berulang-ulang. Pupil mata gadis ini mengecil. Darah mengalir perlahan dari mulutnya.
Pasti seluruh organ tubuhnya sudah hancur, sulur-sulur putih berbalut darah segar sedikit keluar dari perutnya, pasti itu usus.
Tatapannya kini sangatlah datar, pupilnya berhenti bergerak dan darah mengalir perlahan menuruni dagunya. Dia sudah tiada, kudorong tubuhnya.
BRUK
Mayat gadis itu terlentang di ruang tamu apartemennya.
Pekerjaanku kini selesai, kubersihkan semua barang bukti agar polisi tidak dapat melacakku.

++++

Perjalanan pulang dengan motorku aku berfikir dan mengingat semua kejadian tadi.
Gadis itu bertanya apa ayahnya yang menyuruhku melakukan hal itu. Siapa ayah gadis ini?, kenapa begitu tega melakukan hal tersebut.
Setahuku orang yang menyuruhku melakukan tugas ini adalah seorang pria paruh baya yang menjadi pengusaha ternama di kota ini, kufikir gadis itu adalah selingkuhannya yang menuntut macam-macam. Tapi setelah kufikir-fikir. Mengingat wajah pria itu, tatapan matanya dan bentuk wajahnya hampir sama dengan gadis yang baru saja kubunuh.
Kenapa ada orang seperti itu?, salah apa anaknya sampai si ayah sanggup untuk membunuhnya. Dunia ini kejam, bahkan seseorang yang seharusnya melindungi kini malah membunuh.
Aku saking enaknya berfikir tentang gadis dan ayahnya itu membuat kepalaku kembali terasa sangat pusing dan berat, bahkan kali ini disertai mual yang luar biasa sehingga membuatku tidak berkonsentrasi pada jalur yang kulewati, sebuah truk tronton tengah berjalan tepat didepanku. Aku kaget dan langsung berpindah jalur.

(author pov)

motor besar itu menabrak jalur menabrak body dari bus yang berada di jalur selatan, penumpangnya terpelanting sekitar 10 meter kejalur barat. Naas dari arah barat datang mobil sedan, beruntung pengemudi mobil sedan itu capak dan segera membanting setirnya. Dia selamat. Tidak, dari belakang mobil sedan ternyata ada pengendara motor bebek yang mau tidak mau harus menyantap tubuh Reza dengan keras. Bukan salah pengendara motor bebek itu, dia tidak tahu jika didepannya ada orang karena tertutup oleh mobil sedan tadi. saking kerasnya motor bebek itu melindar tubuh Reza sampai terdengar bunyi tulang yang patah atau bahkan remuk. Reza tidak bergerak kembali, dia langsung tidak sadarkan diri. Pengendara motor bebek itu akhirnya terjatuh karena tidak mampu menyeimbangi laju motornya yang terus-terusan bergerak tidak stabil akibat tubrukan tadi.
keadaan jadi macet total akibat kecelakaan itu. Diperkirakan banyak mobil yang rusak akibat saling tubruk karena mengerim dadak untuk menghindari kecelakan didepannya yang terjadi dengan tiba-tiba.

++++

Disebuah makam umum, ada dua rombongan yang sedang menguburkan jenazah.
“siapa yang meninggal?” tanya orang kampong.
“katanya sih satunya korban kecelakaan dan satunya korban pembunuhan” jawab yang ditanyan.
“ck ck ck…ternyata cara orang untuk mati itu sangat bermacam-macam yah, jangan sampek kita nanti kayak gitu. Lebih baik mengalami sakarotul maut yang lancar dan penuh keikhlasan” ucap yang bertanya tadi dengan mngurut dada.
“iya. Ih ngeri deh kalau sampai kayak gitu” angguk yang ditanya.

=== TAMAT ===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar