Jumat, 09 Maret 2012

SESEORANG YANG MEMBERIKU SEMANGAT


CEREPN : SESEORANG YANG MEMBERIKU SEMANGAT
AUTHOR : ZULAIPATNAM
GENDRE : FNTASY, ROMANCE,LIFE
RATED : [PG 13+]
CREDTI SONG : JUDIKA_BUKAN DIA TAPI AKU
STORY
Aku pasti akan masuk neraka jika mempercayai apa yang kurasakan dan apa yang kulakukan. Dimasa itu, aku berbaring di tengah gelapnya malam di atas bukit  sendirian, seluruh teman serombongan sedang asyik menikmati acara bakar-bakar jagung, menyanyi bersama, dalam acara api unggun yang kuadakan, aku adalah ketua pelaksana acara persami refresing ini dan aku sama sekali tidak merasa refresh sama sekali, malah fikiranku bertambah banyak dua kali lipat dan tidak ada yang terpecahkan. Kunyalakan mp3 player di ponselku, memutarkan lagu beat dari boy band korea yang beraliran elektrik, sambil menikmati gelapnya langit malam dan kerlap-kerlip bintang aku meninggalkan keramaian dan lari dari tanggung jawab untuk sementara waktu, toh aku juga punya panitia penanggung jawab di bawahku.

Disaat aku masih mendengarkan lagu yang mengalun dengan nikmat, lagu tiba-tiba berhenti dan sebuah sosok duduk disampingku, sosok pria yang mengenakan jaket warna hitam dan celana jins hitam, dia tidak mengenakan alas kaki. Aku tersentak melihat keberadaan pria itu, kubenakkan posisiku dan bangkit ke posisi duduk sama halnya dengan pria ini. Kuperhatikan wajahnya dan penampilannya dari atas, bawah, kanan, dan kiri. Dia bukan anggota rombonganku, aku sama sekali tidak pernah melihat pria ini, belum sempat aku membuka mulut untuk menanyakan siapa pria ini dia sudah menatapku, tatapan tajam dan seringai mengerikan.

“jangan menyalakan benda itu disini!. Aku tidak suka.” Putusnya dan kembali memalingkan pandangan dariku.

Apa yang dimaksudnya benda ini adalah ponselku?, apa haknya melarangku mendengarkan lagu yang kusuka, toh ini tempat umum, sepi dan jauh dari pemukiman atau perkemahan. Tidak ada pihak yang dirugikan dari kegiatanku menyalakan mp3 diponsel untuk sekarang ini.

“kau siapa berani-beraninya melarangku?,” sungutku tidak terima dan merebut ponsel milikku yang berada padanya.

Setelah berhasil mendapatkan ponsel, dia kembali menatapku, kali ini tatapannya sangat berbeda dari yang tadi, tatapannya melemas dan sangat lembut.

“tunggu sebentar disini!.” Kembali dia memperintahku, malahan sekarang tidak lagi memalingkan wajah melainkan pergi meninggalkanku.

“hei…kau kira kau siapa, ugh…sebel.” Pekikku gemas dan kembali berbaring, biarlah yang tadi menjadi angin lalu dan penghiburku disaat fikiran sedang sumpek.

Kembali lagu yang terpaksa dihentikan tadi mengalun indah ditelingaku, kurasakan belum 1 menit lagu itu mengalun, lagi-lagi pria tadi sudah berada ditempat awalnya sebelum pergi dan mematikan lagunya.

“kau ada masalah denganku, apa kau mau mencari masalah!.” Bentakku sudah tidak tahan, dia pasti pria gila yang berkeliaran di perkebunan ini, buktinya dia saja berjalan-jalan tidak memakai alas kaki.

“aku sudah bilang, aku tidak suka kau menyalakan benda itu. Itu membuatku pusing dan gusar.” Jawabnya yang dapat kuartikan curhat.

“untuk apa kau pusing dan gusar hanya karena mendengar lantunan laguku, kau Gila yah…?.” Kataku akhirnya, oke, aku memang gadis yang ceplas-ceplos dan tidak fikir panjang saat berbicara, tidak memikirkan akibat kebelakang apakah lawan bicaraku akan sakit hati atau tidak. Pernah sewaktu aku SMK seniorku marah dan menaparku karena sifatku tadi, tapi kan itu karena memang dia yang salah dan terlalu sok, jadinya aku melawan dan mengatakan semua isi otakku padanya. Dan sekarang, aku melihat mimic wajah pria didepanku berubah menjadi dingin, apa itu karena perkataanku yang mengatakan dia GILA. Oh God, itu terserahlah yang penting dengan menghinanya tadi rasa stress dan sumpek dikepalaku sedikit hilang.

“apa hak-mu mengatakan aku Gila, hem..?. manusia Gila.” Dia membalikkan ucapanku, dan sekarang dialah yang mengatakan jika aku yang Gila.

“ugh…” kesalku lalu kembali untuk kedua kalinya merebut ponselku dari genggamannya, aku beranjak berdiri dan meninggalkan pria itu.

+++++

“kau dari mana?, tiba-tiba menghilang begitu saja. Tidak tahu yang disini mencari dan cemas.” Sarah berlari sambil nyerocos kearahku yang baru saja keluar dari belakang bukit. Sebenarnya aku tidak akan kembali kesini sampai nanti subuh, hanya saja ada problem yang mengharuskanku kembali ketempat tidak menyenangkan ini.

Sekitar 20 peserta mengelilingi api unggun, Bahar, sekretaris acara duduk di kursi lipat dengan memangku gitarnya, jemari-jemari pendek dan gemuknya memetik senar gitar dengan lincah, menghasilkan nada yang sangat tenang, lantunan lagu dengan otomatis keluar dari mulut masing-masing peserta, aku tidak ikut bagian dalam hal ini, karena aku sama sekali tidak mengetahui lagu yang sedang mereka mainkan. Yang kuingat liriknya seperti ini.

Kuakui, sungguh beratnya
Meninggalkanmu yang dulu pernah ada
Namun harus, aku lakukan
Karena kutahu ini yang terbaik

Kuharus pergi meninggalkan kamu
Yang telah hancurkan aku
Sakitnya-sakitnya oh sakitnya

Itu tadi sepenggal lirik yang kuingat.

“kau dipanggil Kak Hardi.” Bisik Rendi tiba-tiba dari belakangku, aku yang menikmati lantunan lagu langsung buyar, digantikan dengan perasaan takut dan gugup, perutku terasa seperti diaduk-aduk.

+++++

Cukuplah, aku sudah kenyang dengan semuanya. Aku berlari kearea kebun yang gelap dan sepi, tangisku pecah disana, setelah kejadian tadi, saat kak Hardi memanggilku, ternyata dia kecewa dengan caraku yang tiba-tiba kabur dari acara tadi. Tentu saja aku kabur bukan karena tanpa alasan, baru saja tadi pagi nenekku difonis dokter menderita gagal ginjal, dan desakan dari panitia yang memaksaku untuk membuat acara yang seru dan asyik sementara mereka tidak mau melakukan apa-apa, hanya duduk diam menunggu hasil kerjaku, baru nanti jika mendapatkan pujian mereka bergaya seolah-olah ikut berpartisipasi dalam pembuatan konsep acara. Benar-benar panitia gila. Lalu sekarang, kak Hardi secara terang-terangan mengungkapkan kekecewaannya padaku dengan ungkapan kata-kata yang tidak senonoh dan kasar.

“hai. Manusia Gila, masih bisa menangis?.” Pria itu lagi, dia itu hantu atau apa?, kenapa bisa berada ditempat yang tidak semestinya.

Aku masih menangis dan duduk diatas batu besar yang menghadap ladang bunga kol.

“APA.” Sungutku kesal.

Dia mendekat dan mengambil tempat disampingku, bahkan dengan tidak sopannya dia mengeser bokongku minta diberikan tempat yang pas.

“hei…apa-apaan.” Semprotku.

Dia berhasil mendapatkan tempat duduk lalu diam, kembali dia terlihat dingin, aku tidak menghiraukan keberadaan pria Gila ini dan kembali melihat ladang bunga kol. Kuning dan indah, meskipun dimalam hari masih dapat terlihat dengan jelas, bahkan hanya dengan bantuan temaran bulan saja. Warna kuning memang indah.

Kurasakan saat aku mulai menunduk dan menahan tangisku kembali, sebuah sentuhan hangat mendarat di punggungku. Kuurungkan niat untuk menunduk dan kembali tegak. Pandangan kami bertemu dan dia memamerkan seriangai indahnya, sejak kapan seringai senyum menjadi sangat indah.

“bertahanlah, fikirkan dari hal positifnya bukan negativenya. Yang kau hadapi adalah cobaan, tidak seharusnya kau menjadi rapuh dan lemah seperti ini hanya karena hantaman beberapa masalah. Aku yakin kau pasti bisa melewati ini semua, sayang.” Dia memberikan dukungan padaku dengan hiasan kata sayang. Apa aku tidak bermimpi, bahkan sentuhannya di punggungku terasa sangat hangat dan membangun untukku.

“heh…(aku mendesah) kau orang pertama yang memberikanku dukungan seperti ini. Terimakasih.” Putusku, kugerakkan badanku risih karena dia tidak kunjung mau menurunkan tangannya dari punggungku, pasti jika dilihat kami tengah berpelukan.

“aku suka berada didekatmu, rasanya aneh dari setiap orang yang kuikuti sebelumnya.” Tiba-tiba saja pria ini membuka mulut dengan kata-kata yang tidak kumengerti.

“diamlah, kau itu orang Gila, setiap kata yang keluar dari mulutmu harus dicerna 100 kali baru orang akan mengerti.” Ledekku sekenanya.

“itu karena kau tidak mengerti, seandainya kita sama pasti kau tidak akan memanggilku Gila. Aku jamin itu.” Yakinnya membuatku tersenyum geli. Dia memang sangat dingin, tersenyum hanya dengan seringai, dan gayanya yang misterius membuatku ingin menatapnya terus dan terus.

“namaku Oni Seftia, kau…” dengan berani aku memperkenalkan diri meskipun dia tidak menanyakannya dan memasang tampang ingin tahu, aku merasa terdorong untuk mengenal pria ini lebih dalam malam ini. Setidaknya namanya dan dimana dia bersekolah.

Dia tidak menjawab, menyisahkan tampang kecewa dan maluku yang menanti dengan penuh hati seperti kucing yang menunggu ikan asin.

“terserah kau lah..” aku frustasi dan memalingkan wajah, kembali menatap hamparan bunga kol kuning yang indah, membuat fikiranku fresh kembali.

DUK

Kurasakan pundak kiriku berat, pria ini menyandarkan kepalanya di pundakku. Oh tuhan…apa-apaan ini, apa yang dia pikirkan.

“berhentilah memikirkan semua masalahmu, hadapi saja dan jangan membuatnya sebagai beban berat, setidaknya kau akan mendapatkan manisnya suatu saat nanti. Jangan menyerah, sayang.” Kembali dia memberikanku semangat dengan bumbuhan kata sayang.

“terimakasih sudah memberikanku semangat dan kata-kata yang membangun. Terimakasih.” Ucapku menahan nafas sebelum akhirnya kuberanikan untuk menyentuh dagunya dan mendekatkan wajah kami. Cup…Kissu~. Oh Got, maafkan hambamu ini yang keterlaluan dan lepas control. Ciuman itu hanya beberapa detik, bahkan sebelum aku mengedipkan mata aku sudah melepaskannya.

“kau orang pertama yang memperhatikanku.” Tegasku akhirnya, “maaf karena telah menciummu.” Kataku menunduk.

Dari kejadian itu, kami berpisah. Lebih tepatnya aku yang meninggalkannya, aku beranjak dan kembali kelokasi acara, mendapati mereka semua sudah tertidur pulas. Mulai hari ini akan kutunjukkan jika kepemimpinanku di organisasi ini bukanlah main-main, terserah kalian akan melakukan atau mengatakan apa, yang jelas dan pasti aku akan tetap berjalan maju.

+++++

“kau kemarin malam dari mana?.” Tanya Sarah.

“aku bertemu pria yang menjadi pemupuk semangatku.” Jawabku riang.

“pria berjaket hitam dengan bertelanjang kaki?.” Sahut seorang diantara rombongan. Dia juniorku.

Aku mengangguk heran. Bagaimana bisa dia tahu akan hal itu.

“dia adalah arwah bukit ini kak, dia digambarkan sebagai seorang yang tampan, perhatian namun dingin. apa kakak bertemu sosok itu?.” Yakinnya lagi. Aku saling pandang dengan Sarah. Bernarkan perkataan junior ini, tapi yang kulihat terlalu nyata, bahkan aku menciumnya.

“jika kakak bertemu sosok itu, maka…”

“maka apa?.” Tanya Sarah penasaran karena junior tadi menghentikan kalimatnya.

“maka kakak menemukan kebahagiaan hidup yang selama ini kakak cari.” Aku tidak akan pernah mengerti dan percaya setiap jengkal kalimat dari mulut junior ini, mana mungkin pria itu adalah arwah bukit ini, aku tidak akan percaya. Entah itu sebuah kebenaran atau itu sama halnya aku menaruh harapan pada hantu.

Dia telah memupuk kembali semangat dan gairah hidupku, dia orang pertama yang memberikanku semangat. Tidak semudah itu seseorang mengatakan dia ilusi, dia adalah dia yang dapat mengisi kekosongan hidupku. Entah kami akan bersama atau aku yang akan melawan arus demi bersama dengannya.
=== TAMAT ===

Tidak ada komentar:

Posting Komentar